Keluarga Antonio telah berangkat lebih awal ke Indonesia namun bukan ke Bali tapi mereka pergi ke Jakarta untuk mencari anak kecil yang sudah lama menghilang sejak lima belas tahun berlalu.
Tatkala mereka tiba ke Bandara Soetta untuk melanjutkan pencarian gadis kecil itu, di sisi lain gadis yang tengah di cari kini tengah tertawa di ruang tengah sambil menikmati keripik kentangnya.
Tawa itu sampai terdengar ke ruang tamu. Ana yang baru tiba dari kantor ikut bergabung dengan Vita.
“Vit kapan kamu pulang?”, tanya Ana dengan mengambil keripik dan di susul oleh Leon.
“Baru tiba”, jawab Vita dengan tertawa kembali.
“Kenapa wajah kamu?”, tanya Ana.
“Wajahku hanya babak belur saja”, jawab Vita.
“Kamu habis berkelahi ya?”, tanya Ana.
“Aku berkelahi untuk mencari keadilan bukan untuk bersenang-senang”, jawab Vita.
“Kamu harus sebagai seorang gadis jangan terlalu bar-bar. Para pria akan menjauh darimu”, nimbrung Leon di samping Ana.
“Masa bodo!”, sarkas Vita.
“Apakah kamu seharian seperti ini? Selalu berantakan rumah yang kau tempati?”, tanya Leon.
“Iya”, ketus Vita.
Ketika mereka sedang beradu sengit tiba-tiba Lisa datang dengan suara teriakannya.
“I’m coming!!!”, dengan kedua tangan di rentangkan.
Lalu Lisa berteriak histeris saat melihat Vita tengah duduk menonton video.
“Vita!!”, dengan berlari dan memeluk tubuh Vita lalu mencium pipinya dengan pelukan erat sambil berkata, “aku rindu kamu sayang”.
“Yah! Lepasin aku Lisa! Kamu bau bodoh! Minggirlah! Aku tidak bisa bernafas!”
Lalu Lisa melepaskan pelukan erat itu dengan bibir monyongnya.
“Apa kamu tidak rindu denganku? Aku aja merindukanmu”, ucap Lisa.
“Terserah kamu deh. Lebih baik kamu makan keripik saja daripada berpura-pura sok sedih”, kesal Vita dengan memberikan keripik kentangnya kepada Lisa dan pergi berlalu ke kamar.
“Vit! Kamu mau kemana?! Padahal aku masih kangen denganmu Vita!”, teriak Lisa sampai disumpal roti oleh Ana karena gendang telinganya hampir pecah.
Sampai di kamar, Vita vidcall dengan Park Jinwoo.
“Annyeonghaseyo”,sapa Vita dengan melambaikan tangan sambil melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.
“Kamu se-dang apa?”, tanya Park Jinwoo.
“Wahh, sekarang oppa bisa berbahasa Indonesia. Aku senang deh”, ucap Vita dengan senyum merekah.
“Vit ja-wab dong”, ucap Jinwoo.
“Iya aku jawab”, ucap Vita.
“Aku sekarang tengah tidur-tiduran”, jawab Vita.
Jinwoo tersenyum dengan menggeleng kepala sambil menikmati kopi di meja kerjanya.
“Oppa!”, panggil Vita.
“Kapan oppa datang ke Indonesia nih?”, tanya Vita.
“Kalau ada waktu luang”, jawab Jinwoo.
“Ya..kapan?”, tanya Vita dengan gemas.
“Nanti oppa kabari”, ucap Jinwoo.
“Aishhh”, desis Vita.
“Vit, aku matiin dulu ya. Soalnya aku sebentar lagi mau rapat”, ucap Jinwoo.
“Yaudah, fighting!”, ucap Vita memberi semangat Jinwoo.
“Bye, bye”,lambai Jinwoo.
“Bye”, lambai Vita.
Setelah Vidcall dengan Jinwoo,Vita beranjak dari tidur dan bersiap-siap pergi malam mingguan dengan si kembar bernama Nakula dan Sadewa.
Sebelum bertemu mereka Vita pergi ke apartemen dahulu untuk berbaring sebentar sambil menikmati makanan yang dikirim oleh Jinwoo di apartemennya.
Ketika menuruni tangga, Ana memanggilnya.
“Vita!”
“Kamu mau kemana?”, tanya Ana.
“Aku mau bersenang-senang”, ucap Vita.
“Kemana?”, tanya Ana.
Vita berhenti menuruni tangga dan berbalik ke arah Ana yang berada di belakang dengan mendekati wajahnya lalu mengatakan, “kepo”.
Lalu Vita melanjutkan pergi dan melambaikan tangan.
Lisa yang baru keluar dari dapur dengan membawa semangkuk mie rebus dan melihat Vita keluar pergi bertanya dengan Ana.
“An, Vita mau pergi kemana?”, tanya Lisa.
“Gak tahu”, jawab Ana dengan pergi berlalu membuka kulkas mengambil susu dan semangka.
Sementara Vita tengah asyik makan bakso mercon sendirian dengan porsi besar. Dia menikmati sambil kalap dan menghabiskan tiga minuman es teh sampai kenyang. Beberapa lama kemudian Vita telah menghabiskan bakso porsi besar dengan perut gendutnya yang terisi penuh sambil menghembuskan nafas karena sedikit sesak.
Setelah istirahat sebentar, Vita membayar baksonya dan pergi jalan-jalan sambil menunggu waktu janjian dengan nongkrong di halte.
Vita memandang padatnya jalanan yang hiruk pikuk kendaraan yang terus berlalu lalang tiada henti.
Kemudian beranjak dari tempat duduk dan berjalan pergi menuju gedung diskotik sembari berolahraga akibat makan bakso porsi besar.
Perjalanan yang ditempuh Vita cukup lama dan akhirnya telah sampai di gedung sesuai dengan yang dijanjikan. Di sana ada dua bocah yang telah sampai. Vita memanggil dua bocah itu.
“Nakula-Sadewa!”
“Hai Vit!”, lambai Nakula.
“Akhirnya kamu sampai juga Vit”, ucap Sadewa.
“Emang aku telatnya lama ya”, ucap Vita.
“Enggak sih Vit, tapi aku sedikit takut dengan dua pengawal itu yang terus menatap kita. Jadi waktunya terasa lama”, keluh Nakula.
“Yaudah, yuk masuk”, ucap Vita.
“Vit, tunggu dulu. Kamu habis dari mana sih kok badanmu banyak keringat gini?”, tanya Sadewa.
“Bau ya?”, tanya Vita dengan mencium bau ketiak.
“Enggak sih, tapi mendingan sebelum masuk kamu ganti pakaian dahulu deh”, ucap Nakula.
“Benar juga, kalau begitu kita ke tempat yang ada toiletnya dahulu”, ucap Vita.
“Yaudah, kita ke supermarket. Pasti ada toilet”, ucap Nakula.
“Kita let’s go”, ucap Sadewa.
Mereka berjalan ke supermarket yang terdekat dengan gedung diskotik untuk berganti pakaian yang dibawa olehnya. Sadewa dan Nakula menunggu di area tempat duduk pengunjung sambil memainkan mobile legend.
Tidak butuh waktu lama Vita keluar dari toilet dengan bergaya kasual namun tetap terlihat sexy. Vita memanggil dua bocah yang tengah asyik bermain sambil menikmati minuman yang baru dibeli.
“Nakula! Sadewa!”, panggil Vita dengan suara keras.
“Vit, sudah ganti bajunya?”, tanya Sadewa.
“Sudahlah, kamu gak liat pakaianku sudah berganti”, ucap Vita.
“Terus pakaian yang tadi kamu pakai dimana?”, tanya Nakula.
“Aku bawalah”, ucap Vita.
“Ayo kita pergi”, ajak Vita dengan berjalan dahulu.
Mereka kembali ke gedung diskotik dan masuk sambil memperlihatkan identitas. Lalu mereka bersenang-senang dengan bergoyang di tengah dance floor.
Pada saat tengah asyik berjoget tiba-tiba ada yang mengganggu kesenangannya yaitu suara deringan ponsel yang terus bergetar di jaket hitamnya.
Vita terkejut dengan nama yang tertera di depan layar ponsel. Vita mencari tempat sepi untuk mengangkat telepon dari Duran.
Lalu Vita men deal up nomor Duran.
“Hallo pak tua!”, sapa Vita.
“Vita!!!”, teriaknya dari sebereng sana sampai air liur muncrat.
“Kamu darimana saja? Saya teleponin gak diangkat-angkat”, ucap Duran dengan nada marah.
“Maaf pak tua, aku tengah refreshing. Bukankah hari ini aku libur”, ucap Vita.
“Libur, libur, hari ini tidak ada hari libur setelah teman kamu bernama Reino gagal menagih hutang Sutomo. Kamu harus menggantikannya”, keras Duran.
“Ta..tapi”
“Gak ada tapi-tapian!”
“Sekarang juga tagih Sutomo dan besok kamu harus sudah berhasil menemukan pria bangka itu”, tegas Duran dan langsung matiin sepihak. Vita yang berada di belakang gedung diskotik langsung kesal dan melampiaskan kekesalannya dengan menendang kaleng dan cukup jauh.
Di tengah kekesalannya tiba-tiba ada notif chat begitu banyak dari orang-orang tidak berguna sampai Vita menghembuskan nafas kasar dan mengumpat.
“Kalian benar-benar brengs*k.Dasar laki-laki banci!”, kesal Vita dengan teriak sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments