Separuh Malaikat Jatuh
Seorang pemuda terbangun dalam sebuah mobil. Tepat di kursi belakang, ia berusaha duduk meski hampir tumbang. Sesaat setelah ia memegang kepalanya sendiri, ia pandangi seisi dalam mobil mencari apa saja yang mungkin bisa dijadikan petunjuk.
Pemuda itu tak ingat apapun, dan tak satupun dari dalam mobil ia memperoleh petunjuk, kecuali gelang karet di pergelangan tangannya, pada sisi bagian luar terlihat 'Devan Aria' tertulis di situ, yang tak sengaja terlihat selepas ia memegang kepalanya.
Pemuda itu keluar dari mobil. Ia berusaha berdiri, salah satu tangannya menahan diri bersandar pada bagian mobil. Setelah dirasa keseimbangannya telah utuh, pandangannya menyusuri sekitar, seketika raut wajahnya berubah, dahinya mengkerut.
Pemuda itu baru saja menyadari, mendapati dirinya berada di tengah-tengah kota. Namun, hanya dia sendiri yang berdiri, sedangkan semua orang, terjatuh dimana-mana. Kendaraan roda empat yang berhenti di sembarang tempat, begitupula motor tumbang dibiarkan di tengah jalan, bahkan ada yang sampai menabrak pembatas jalan.
Pemuda itu kemudian berjalan pelan, melewati berbagai kendaraan. Matanya perlahan memperhatikan satu per satu. Diketuknya kaca pintu mobil, beberapa kali, namun tak dapat tanggapan. Hanya seorang pria paruh baya yang ia lihat dari luar, tengah menyandar ke setir mobil dengan mata terpejam.
Pemuda itu kini berpindah jalan, kali ini agak tergesa menuju arah trotoar. Selagi berjalan, ia menoleh dari kiri ke kanan, memperhatikan sepanjang jalan trotoar, beberapa orang tergelatak jatuh. Ia pun pergi memeriksanya salah satunya.
"Hei bangun, kau baik-baik saja?", kata pemuda itu. Ia memegang kedua bahu orang yang tergeletak itu sambil menggoyangkan badannya.
Pemuda itu kemudian mendekatkan telapak tangannya pada hidung orang tersebut, kemudian menyentuh leher sampingnya.
"Mati?", pemuda itu berbisik kecil.
Pemuda itu kemudian bergegas menuju tempat orang tergeletak lainnya, dan memeriksannya dengan cara yang sama.
"Dia juga."
Pemuda itu pergi lagi, kali ini lebih cepat menuju orang lainnya untuk memeriksanya.
Tergambar cemas pada raut wajah pemuda itu. Ia pun kembali berpindah jalan, hampir-hampir ia berlari, kali ini ia memasuki cafe di sisi jalur trotoar itu.
Pandangannya menyusuri tiap sudut ruangan yang bisa di jangkau oleh mata. Meja-meja yang berada di area pintu depan, sama sekali kosong tak bertamu. Agak lama ia berdiri di depan pintu. Ia pun berjalan memasuki cafe lebih dalam.
Pemuda itu melangkah perlahan, seakan ia tengah bersiap diri untuk melihat hal yang tak diinginkan. Ia berbelok ke area lain, ruang yang tak terjangkau mata di tempat ia berdiri sebelumnya.
Pemuda itu kini menghentikan langkahnya. Ia terdiam berdiri .Di area itu, sebagian besar meja dan tempat duduk ramai oleh pelanggan, lengkap dengan minuman yang tersaji di meja, bahkan beberapa masih terlihat dingin belum mencair.
Namun, semua pelanggan yang ada di dalam mati. Pelanggan-pelanggan itu terpejam tersandar di kursi, ada yang tersandar di meja, ada yang jatuh ke lantai, ada pula pelayan yang mengantar pesanan jatuh tergeletak beserta gelas dan piring tumpah pecah berserakan di lantai.
.
"Ini semua terjadi belum lama.", ucap kecil pemuda itu. mata lelaki itu terbuka lebar, alisnya mengangkat.
Pemuda itu mendekati salah satu orang dan memeriksa untuk memastikan pemahamannya. Sesaat setelahnya ia duduk di salah satu kursi, kepalanya menunduk, dengan raut wajah penasaran.
("Apa yang menyebabkan semua orang seperti ini?, Apa yang sebenarnya terjadi?, dan kenapa hanya aku yang masih hidup?", pikir pemuda itu.)
Agak lama pemuda itu duduk sebelum memutuskan untuk kembali bergerak. Ia bangkit dari tempat duduknya dan bergegas bergerak keluar dari cafe tersebut.
"Barangkali di luar masih ada orang lain yang hidup selain diriku."
Pemuda itu kemudian berjalan-jalan keluar, menyusuri tiap jalan-jalan kota, melewati terminal, pasar, memasuki toko, mall, rumah sakit, hampir semua tempat di kota ia jelajahi, namun yang lihat ia hanya pemandangan yang sama berulang-ulang.
"Haloooo, apa ada yang masih hidup???", pemuda itu berteriak. Sesekali ia berteriak seperti itu pada tiap jarak tertentu.
Cukup lama lelaki itu berjalan, dan telah sejak tadi ia lelah. Kali ini ia ingin berhenti sejenak tuk beristirahat. Saat itu matahari tengah tinggi naik, cuacanya panas, membuat pemuda itu sedikit bermandi keringat.
Kebetulan pemuda itu melihat penunjuk jalan yang menunjuk ke arah taman kota. Ia memutuskan untuk berjalan ke arah taman, sekaligus mencari area yang teduh. Namun, belum juga sampai, dari kejauhan ia justru dikejutkan sekaligus dikecewakan dengan pemandangan yang tak biasa.
Mata pemuda itu agak sayu dengan alis depan mengangkat. Dan ketika ia telah memasuki taman, semuanya menjadi nampak lebih jelas.
Gundukan tanah yang di selimuti rumput hijau, mengiringi setapak jalan taman, diatasnya tumbuh berjarak pohon-pohon, barangkali seharusnya itu pohon apel. Kemudian nampak juga air mancur mini di tengah lingkar jalan setapak, di sisi-sisi jalan setapak itu terdapat pot-pot tanaman, yang diantaranya juga seharusnya tumbuh bunga. Terdapat juga kolam, dan aliran air buatan seperti parit, yang airnya jernih, terdapat pula di dalamnya ikan koi yang banyak, dan berbagai fasilitas taman lainnya.
Namun, segala rerumputan yang ada di taman itu menguning, daun pohonnya berguguran, tanaman dan bunga semua layu mengering, bahkan ikan koi yang banyak semuanya mengapung.
("Tak hanya manusianya yang mati, hewan, dan tumbuhannya juga, taman ini seperti taman yang gersang.", ucap pemuda dalam hati.)
Pemuda itu kemudian duduk di salah satu pendopo yang ada di taman itu. Postur badannya condong kedepan, lengannya bersandar dipahanya sendiri sembari kesepuluh jemarinya saling berpeluk. Kepalanya tertunduk lagi, ia mencoba menerka kembali apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, rasa lelah yang dirasa pemuda itu mendorongnya untuk merebahkan diri. Alih-alih sibuk dalam pikirannya sendiri, justru perlahan-lahan matanya mulai meredup. Hingga setelah beberapa saat, pemuda itu pun tertidur dikalahkan rasa kantuknya sendiri.
***
Pemuda itu bangun, kemudian ia duduk. Ia mengusap-usap wajahnya. Setalah beberapa saat, ia menyadari bahwa ia tertidur.
Pemuda itu kemudian melihat langit, memastikan berapa lama ia tertidur. Matahari sudah condong ke barat, namun warna langit belum menunjukan kesenja-annya, dan hari tidak sepanas tadi.
Pemuda itu mengingat-ingat kembali segala yang ia alami hari ini. Ia pun jadi yakin, tak ada satupun hidup di kota ini, yang berarti, di kota ini, ia sendirian.
Disaat yang sama, tiba-tiba pemuda itu merasa sunyi. Hatinya mulai merasa tak nyaman. Cemas dan takut. Ia buru-buru pergi dan mencari arah keluar dari kota ini.
Ia berjalan cepat, menuju arah keluar dari kota itu. Semakin lama hatinya semakin diliputi rasa takut, apalagi sepanjang perjalanan, ia harus berkali-kali melihat orang-orang bergelimpangan di jalan-jalan.
Pemuda itu kemudian melihat sebuah motor tergeletak di tengah jalan raya. Agak berjarak ke belakang motor tersebut, ia juga melihat seseorang tergeletak dengan helm yang masih terpasang. Pemuda itu pun berfikir bahwa orang itu adalah pemilik motor ini.
Pemuda itu mengambil motor tersebut. Ia bergegas naik, dan melaju menuju arah keluar dari kota.
Beberapa lama kemudian, akhirnya ia merasa telah sampai pada tepi kota. Ia pandangi sisi kiri dan kanan jalan, hanya ada rumah-rumah dan toko-toko kecil yang jaraknya berjauhan.
Pemuda itu kemudian memutuskan untuk menghentikan kendaraannya sejenak, untuk menoleh kebelakang. Ia masih belum terlalu jauh meninggalkan kota, sehingga kota itu masih bisa terlihat dari tempat dia berdiri.
Dari tempat pemuda itu berdiri, ia masih mendengar samar keberisikan yang terjadi di kota. Dari kejauhan, ia juga melihat ada pergerakan di sekitar kota. Ia merasa kota itu tiba-tiba nampak ramai.
Pemuda itu penasaran, kota mati yang barusan ia tinggalkan, dari luar tiba-tiba terasa seakan ada tanda kehidupan. Setelah agak lama ia berfikir, pemuda itu pun memilih untuk tak memikirkannya. Kemudian melanjutkan perjalanannya dan semakin menjauhi kota.
***
Matahari telah menunjukkan cahaya senjanya, langit pun di dominasi warna kuning keemasan. Berarti tinggal sebentar lagi tiba waktu malam. Karena tak bisa menolak rasa penasarannya, pemuda itu pun tiba di kota yang sebelumnya ia tinggalkan.
Pemuda itu berkendara pelan, sembari matanya memerhatikan keadaan sekitar. Semakin lama ia semakin sadar, ada yang berubah semenjak beberapa menit ia meninggalkan kota.
Sorot mata pemuda itu berubah. Ia kebingungan, melihat posisi orang-orang yang tergeletak, semuanya berubah, jauh dari tempat sebelumnya. Beberapa kendaraan sudah tidak ada di tempatnya. Ia juga menemukan mobil yang tetap berada posisi semula, namun dengan bemper depan terbuka, padahal sebelumnya tidak.
Pemuda itu kemudian menaikkan kecepatannya, setelah beberapa saat, ia sampai pada tempat di mana ia menemukan motor yang ia kendarai. Namun, pemilik motor ini, yang sebelumnya mati tergeletak dengan helm yang masih melekat, sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Pemuda itu semakin bertambah bingung. Tiba-tiba muncul dipikirannya bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan dirinya. Disaat yang sama, ia baru menyadari, bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang dirinya sendiri. Ia baru ingat, bahwa ia sendiri tidak ingat apa-apa.
Sesaat kemudian pemuda itu tiba-tiba menggeleng-gelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya dari fikiran yang rumit. Ia kemudian kembali bergegas berkendara menuju arah keluar dari kota, dan kali ini ia benar-benar tak memikirkannya.
"Pasti, ada yang salah dengan kota ini!", sampai akhir pemuda itu tetap beranggapan seperti itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments