Cukup lama Pemuda itu berkendara dalam gelap. Akhirnya ia pun sampai di sebuah kota kecil, tempat persinggahan orang-orang dalam perjalanan. Hanya ada beberapa toko, cafe, stasiun bensin, kantor polisi, penginapan, dan beberapa fasilitas lain di dalamnya. Walau begitu, kota kecil itu cukup terang oleh beberapa lampu jalanan dan lampu luar tiap bangunan.
Pemuda itu menurunkan kecepatannya. Ia terpikirkan rencana bagus. Mencari toko untuk disinggahi. Ia begitu lapar sebab seharian tak makan. Kemudian bermalam di penginapan.
"Nice Idea, lalu dengan apa kita membayarnya jenius?", pemuda itu berbicara sendiri.
Belum selesai pemuda itu dengan dirinya sendiri, ia justru curiga sebab pemandangan di kota kecil itu. Sesuatu yang ia lihat, persis keadaannya dengan kota sebelumnya yang ia tinggalkan.
Beberapa kendaraan terhenti di tengah jalan aspal, diantaranya bahkan ada yang menabrak sudut bangunan toko. Pemuda itu berhenti, memarkirkan motornya di parkiran sisi toko yang telah disediakan. Kemudian turun, dan berjalan.
Di depan toko tersebut, terdapat stasiun kecil pengisian bensin. Lelaki itu mendekatinya, melihat sebuah truk yang sedang terparkir tepat di sisi mesin pengisian. Ia kemudian berjalan ke sisi truk lainnya, dan menemukan seorang lelaki separuh baya tergeletak dengan selang bensin dekat dengan telapak tangannya. Tumpahan bensin yang sempat keluar dari selang tersebut terlihat seperti baru, belum mengering sama sekali.
Pemuda itu tidak peduli lagi. Ia mengabaikan apa yang baru ia lihat. Ia berjalan cepat, dengan hati yang tidak tenang. Ia memasuki toko, mengambil beberapa makanan ringan serta minuman kemudian menaruh di saku kiri dan kanan pada jaket hitam yang ia kenakan.
Dari arah ia berjalan, nampak sedikit dari celah jalan masuk menuju meja kasir, tangan dan sebagian rambut seseorang tergeletak jatuh di lantai. Namun pandangannya tetap lurus kedepan, tidak menoleh pun tidak melirik. Ia keluar dari toko, dengan sikap seakan tidak melihat apa-apa, namun ia tidak bisa menyembunyikan kecemasan di wajahnya.
Kemudian pemuda itu pergi ke penginapan, tidak terlalu jauh dari toko tersebut, tapi harus dua kali menyebrang jalan. Ia masuk, mengambil sembarang kunci kamar yang menggantung di dinding tepat di belakang meja penerimaan tamu.
Pemuda itu berjalan di lorong diantara kamar-kamar. Ia melihat kunci yang ia bawa, tertera angka empat pada gantungan kunci tersebut. Tak lama ia menemukan pintu yang ia cari. Ia pun membuka kunci pintu tersebut, bergegas masuk, dan menutup pintu itu kembali lalu menguncinya dengan cepat.
Pemuda itu menarik nafas panjang, berjalan beberapa langkah kemudian merebahkan dirinya diatas kasur. Wajah lelaki itu yang sebelumnya menegang kini mereda.
Namun, sesaat kemudian muncul ingatan segala yang lelaki itu lihat di sepanjang jalan tadi. Sesuatu yang ia berusaha tidak ingin lihat. Ia pun tiba-tiba menggerak-gerakkan kepalanya, menyadarkan dirinya dari lamunan.
"Aaah, sepertinya karena aku sangat lelah hari ini.", Ucapnya sembari memiringkan posisi badannya. Ia kemudian tertidur. Kejadian singkat di kota kecil itu benar-benar mengalihkan fokusnya sampai-sampai ia lupa akan rasa laparnya.
***
Pagi hari. Pemuda itu bangun dari tidur. Ia menoleh ke jendela. Biru angkasa telah terlihat tapi belum benar-benar cerah. Ia kemudian menuju ke kamar mandi sebentar, dan keluar darinya dengan wajah basah. Ia pun mengusap-usap wajahnya.
Pemuda itu mengeluarkan makanan dan minuman yang ada di sakunya. Kemudian menaruhnya di meja. Ia pun duduk di kursi sembari melahap semuanya hingga rasa laparnya hilang.
Setelah menghabiskan sarapannya, pemuda itu langsung keluar dari kamarnya, meninggalkan segala bekas makanan, termasuk kunci dibiarkan menggantung di pintu. Ia lalu sampai di ruang depan, dan memperhatikan keadaan. Menyebar pandangan ke segala arah. Hanya ada satu orang tergeletak balik meja penerimaan tamu. Setelah itu, ia keluar.
Sepanjang jalan, pemuda itu memperhatikan banyak hal, dan membandingkannya dengan ingatan tadi malam. Tak ada yang berubah semenjak saat itu. Mobil yang berhenti di tengah jalan masih berada pada tempatnya, truk beserta pria paruh baya di stasiun bensin juga tak berubah posisi, bahkan lampu-lampu di kota kecil itu masih menyala semua.
Saat ini tak ramai yang bersinggah di kota kecil ini, hanya ada beberapa kendaraan di jalan yang bisa di hitung jari, di penginapan barusan banyak kunci yang tergantung di dinding belakang meja penerimaan tamu, dan hanya sedikit ia menemukan orang-orang tergeletak di trotoar.
Pemuda itu pun sampai pada tempat di mana motornya terparkir. Sebelum pergi, ia sempat mencoba melihat dari balik dinding kaca toko, seorang penjaga kasir masih tergeletak dengan pose yang serupa.
Tak ada cemas lagi pada diri pemuda itu. Ia pun mulai terbiasa, setelah melihat keadaan yang sama berkali-kali. Setelah dirasa cukup dengan lokasi tersebut, ia pun akhirnya segera pergi melaju bersama motornya, mulai meninggalkan kota kecil ini.
Pemuda itu semakin menjauh dari kota kecil itu. Sepanjang jalan, ia seringkali memandangi kaca spion. Dari spion, terlihat kota kecil di belakangnya semakin jauh, hingga beberapa bangunan kota itu terlihat kecil, kecuali papan billboard besar bertulis 'Desert Miles 47' berlampu warna-warni cerah, masih terlihat mencolok di ketinggian.
Hingga ketika pemuda itu berkendara sampai pada jarak tertentu, lampu dari tulisan yang ada di billboard tersebut tiba-tiba mati. Ia yang melihat hal itu dari kaca spion, kemudian menghentikan laju motornya dan menoleh ke belakang.
Pemuda itu menoleh cukup lama ke arah kota kecil itu. Billboard lampu bertulis nama kota kecil itu tidak menyala lagi, namun pola tulisannya masih bisa terbaca bila dilihat dengan teliti.
("Lampu itu tidak mungkin mati sendiri.", pikir lelaki itu, dalam diamnya menoleh ke kota kecil.)
Lelaki itu memejamkan mata sembari menggeleng kecil kepalanya sendiri. Menarik dirinya dari pikirannya sendiri.
Pemuda itu sebenarnya memahami, apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidaklah sebodoh itu, untuk tidak menyadari. Bahkan kejadian-kejadian semenjak meninggalkan kota pertama, ia memahami bahwa hal aneh tersebut ada hubungannya dengan dirinya.
Hanya saja Pemuda itu terus menyangkal. Menghindari pikirannya sendiri, sebab ia sendiri tidak memiliki alasan yang benar untuk menolak pikiran tersebut. Akan lebih mudah untuk tidak memikirkannya bagi pemuda itu.
Dipagi yang buta itu, si pemuda berkendara di atas jalan aspal. Melewati tanah gersang beserta beberapa bebatuan raksasa berwarna merah kecoklatan, serta dataran tinggi menjulang tinggi seperti pilar.
Kali ini ia tak mengawasi kaca spion lagi, sembari berharap hati lampu billboard akan tetap menyala. Pandangannya benar-benar fokus lurus ke depan. Hingga kota kecil bernama 'Desert Miles 47' itu tak terlihat lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments