Episode 5: Petunjuk Untuk Devan

Devan melihat kejadian-kejadian samar pada pikirannya. Perlahan kemudian kejadian itu semakin jelas. Ia melihat gambaran seolah-olah ia tengah berlari-lari pada suatu tempat. Namun tiba-tiba bayang-bayang itu berganti, dengan gambaran seorang perempuan dewasa yang sedang menyirami tanaman-tanaman di samping rumah.

Tak lama kemudian, Devan kembali pada kenyataan. Sakit kepala yang seketika ia rasa sebelumnya kini seketika pula menghilang. Kini ia melihat di depannya seorang gadis bernama Luna menatapnya dengan wajah khawatir sedang memegang kedua lengannya.

"Aku sudah baik-baik saja, Luna.", Ucap Devan tersenyum. Luna kemudian melepaskan pegangannya, dan wajahnya melega.

Devan kemudian berdiri. Ia masih mengingat jelas bayang-bayang yang ada di kepalanya. Bahkan kini hatinya diselimuti perasaan-perasaan hangat serta familiar terhadap desa ini.

Devan melihat setiap sudut jalan desa kemudian membandingkan bayang-bayang yang ia lihat. Dan hal itu sama. Ia yakin bahwa itu bagian dari ingatannya yang kembali.

"Devan, ada apa?"

"Tidak ada. Hanya saja aku tiba-tiba merasa akrab dengan desa ini."

Luna merasa bingung, tapi ia yakin pasti ada hubungannya dengan kejadian barusan.

"Kau tadi kenapa?. Haaah!, mungkinkah kau kerasukan??", tiba-tiba Luna berwajah serius.

Mendengar hal itu, Devan hanya menghela kecil seraya tersenyum. "Entahlah, tadi kepalaku tiba-tiba sakit. Aku seperti melihat bayang-bayang samar. Itu persis seperti di desa ini."

Luna mengangguk kecil. "Aku pikir itu pasti bagian ingatanmu yang kembali."

"Hm. Kau benar."

"Tapi apa yang membuat ingatan itu tiba-tiba kembali ya?", ucap Luna yang wajahya serius berfikir seraya telunjuk kanannya menyentuh sisi kepala kanannya.

"Lupakan. Ayo jalan. Kau harus sampai sebelum siang, bukan?"

Devan memulai langkahnya. Luna kemudian bergegas memungut dan mengumpulkan kembali Bunga-bunga Dandelion yang ia jatuhkan tadi.

"Memangnya kau tidak penasaran kah, Devan?", ucap Luna selagi ia memungut Dandelion.

"Aku cukup banyak menguras energi otakku pagi ini. Padahal aku di sini hanya untuk jalan-jalan."

"Oh. Ya sudah.", Luna pun sudah membawa seluruh Dandelion dan memeluknya seperti semula.

***

Mereka berdua melanjutkan perjalanan dalam desa. Setelah beberapa saat, Devan memperhatikan Luna serta Bunga Dandelion yang di bawanya.

"Hanya kau, dan Bunga Dandelion yang hidup. Kira-kira kenapa ya?"

Seketika Luna menoleh dan menatap sinis Devan.

"Apa?", ucap Devan.

Luna mengembalikan tatapannya ke depan. "Tadi kau bilang pagi ini energi otakmu banyak terkuras, lalu kau bilang di sini hanya ingin jalan-jalan."

"Eh. Aku bilang begitu kah?", ucap devan pura-pura lupa.

Luna kembali menatap sinis Devan sesaat, kemudian mengembalikan pandangannya ke depan.

"Ya... Yang ini lebih menarik untuk dipikirkan dibanding yang tadi. Hey Luna, kupikir kau cukup pintar untuk menebaknya?", ucap Devan berusaha agar Luna tak bersikap sinis terhadapnya.

Luna pun menjawab, "Mungkin itu karena aku seorang peri. Jadi aku tak terpengaruh oleh kedatanganmu. Kalau Bunga-bunga Dandelion ini, aku tak tahu."

Devan terhenti. Ia memikirkan kata-kata Luna bahwa dia adalah seorang peri. Sebelumnya ia berfikir bahwa Luna hanya bermain-main sebagai seorang peri.

"Kenapa?", ucap Luna sesaat setelah langkahnya turut terhenti setelah melihat Devan terhenti.

Devan tak menanggapi pertanyaan Luna. Ia justru memandang benar-benar lingkaran kuning keemasan yang ada di atas kepala Luna, yang ia pikir ada trik tertentu agar ia terlihat melayang.

"Devan?", panggil Luna.

"Ya. Aku juga menduga seperti itu. Tadi aku sedang memikirkan tebakanmu.", ucap Devan. Ia merasa akan terlihat bodoh, bila harus membiarkan Luna tahu, kalo dia sempat tak percaya bahwa Luna adalah seorang peri.

"Ooh. Ladang Dandelion serta hutan kecil di sekitarnya juga hidup. Kau sebaiknya mencari petunjuk disana, tapi setelah kau mengantarku.", Ucap Luna.

"Mm.", Ucap devan meng-iyakan.

Mereka pun berjalan diantara penduduk desa yang tergeletak. Luna pun sudah tidak takut pada pemandangan di desa, sebab ada Devan menemaninya. Sepanjang jalan itu, ia berbicara apa saja.

***

Hari masih terhitung pagi. Sejak beberapa waktu lalu, mereka telah keluar dari Desa Gardum. Di sisi lain desa tersebut, ia juga telah melewati perladangan, dan menembus hutan kecil yang semuanya kuning kering. Walau begitu, belum jauh mereka meninggalkan Desa Gardum.

Kini mereka berada pada area tersembunyi di balik hutan kecil itu. Mereka berjalan di atas jalan setapak tanah. Jalan setapak itu cukup lebar, kemudian pada sisinya diapit oleh dataran yang lebih tinggi. Dataran itu saat di belakang masih menanjak. Namun, di posisi mereka berjalan saat ini dataran kedua sisi itu telah setinggi orang dewasa.

Mereka masih di tengah jalan setapak itu. Namun, di depan telah tampak sebuah perairan danau. Dari sudut mereka berdiri, tampak sebuah pohon besar berdiri di tengah-tengah danau itu.

"Kita sebentar lagi sampai.", ucap Luna.

"Jadi tujuan kita di depan sana?"

"Ya. Kau cukup mengantarku sampai disana saja."

Tak lama kemudian, mereka sampai pada ujung jalan setapak itu. Tampaklah Danau itu secara utuh. Danau itu cukup luas. Di tengah-tengah danau itu berdiri sebuah pohon besar yang daunnya berwarna kebiruan dengan corak bintik-bintik hijau. Di tepi-tepi danau itu juga tumbuh pohon-pohon kecil dari dalam danau dengan corak yang sama.

Danau itu dikepung oleh tebing-tebing tinggi, sehingga area itu berbentuk lingkaran. Rerumputan dan pohon-pohon kecil yang tumbuh diantaranya juga memiliki corak yang sama.

"Whoaaaa.", Devan berdecak kagum. "Disini penuh dengan kebiruan. Apa itu artinya mereka baik-baik saja?", lanjut Devan.

"Hihi. Rupanya di sini tidak terpengaruh oleh kedatangan kau, Devan. Yap, aku sudah menduganya, sih.", ucap Luna sembari melempar senyum ke arah Devan.

"Tempat apa ini, Luna?", tanya Devan.

"Ini itu tempat rahasia yang tak boooleh manusia tahu.", Luna melompat membelakangi di hadapan Devan. "Tapi khusus kau, aku buat pengecualian.", ia lalu memutar tubuhnya ke arah Devan sembari mengedipkan sebelah matanya. "Yaa, karena kau telah mengantarku, dengan ini aku ingin berterima kasih.", Lanjut Luna sembari melangkah-langkah.

Devan menghela kecil sembari tersenyum melihat tingkah Luna.

"Baiklah-baiklah. Oh iya Luna. Jadi, di mana rumahmu?, aku tidak melihat ada bangunan atau sejenisnya di sekitar sini."

"Eee.....", Luna ragu. "Hey!, kita kan baru kenal. Mana mungkin aku kasih tau rumahku pada orang yang baru aku kenal.", ucap Luna sembari membuang muka.

"Dan kau baru saja meminta diantarkan pada orang yang baru saja kau kenal.", ucap Devan.

"Yaa.. itu..", Luna bingung.

"Kau tidak punya pilihan lain?", timpal Devan.

"Hm-hm!", Luna mengangguk-angguk kuat masih tidak menghadap Devan.

"Ya sudah. Aku juga ingin berterima kasih padamu, Luna. Sangat menghibur bicara denganmu.", ucap Devan sembari tertawa kecil. " Setelah ini, aku tidak tahu kapan lagi aku bisa bertemu dengan seseorang yang masih hidup untuk ku ajak bicara."

Luna agak sedih mengingat keadaan Devan.

"Aku berdo'a, semoga kau segera memperoleh jawaban dari masalahmu, Devan.", Luna menghadap Devan, ia berusaha menghibur.

"Terima kasih, Luna. Aku juga akan berusaha. Aku harap itu tidak butuh waktu lama. Karena bila sampai bertahun-tahun, bahkan aku sendiri tidak yakin apa aku mampu. Apa yang aku datangi akan mati, dan Apa yang aku tinggali akan hidup, ini seperti sebuah kutukan.", ucap Devan sembari menghening sejenak. "Tapi karena kau berdo'a untukku, aku pikir aku akan mampu melewatinya.", lanjut Devan, tak mau terlihat lemah di hadapan Luna.

("...Apa yang aku datangi akan mati, dan apa yang aku tinggali akan hidup, ini seperti sebuah kutukan.")

Ucapan devan tersebut tiba-tiba terngiang di kepala Luna. Itu terdengar familiar bagi Luna. Ia pun mencoba mencari-cari dalam benaknya.

("...Ini adalah dongeng tentang seorang perempuan. Apa yang di datanginya segalanya akan terhenti, apa yang ia tinggali segalanya terjalan kembali...")

Luna kemudian ingat. Itu adalah dongeng yang pernah diceritakan padanya oleh kakeknya dulu ketika ia duduk di pangkuannya pada waktu ia kecil.

"Luna?", ucap Devan yang melihat Luna tiba-tiba hening.

Luna pun kembali ke kesadaran.

"Devan, Aku punya petunjuk untukmu. Tapi... aku masih ragu apa ini benar-benar sebuah petunjuk.", ucap Luna nadanya perlahan mengecil. "Tapi juga ini layak untuk dicoba.", lanjut Luna meyakinkan.

"Benarkah?. Petunjuk apa?."

"Petunjuk itu bukan di sini."

"Ya. Aku pun tidak berfikir kalau petunjuk itu ada di sini."

"Uh!, Maksudku bukan di daratan ini."

"Hah?!. Oke, jadi dimana?", Devan mulai bingung.

Luna pun mondar-mandir, melangkah kesana-kemari. Ia ragu apakah ia akan membantu Devan ataukah tidak. Namun disaat yang sama, ia juga tidak tega membiarkannya saat ia mengetahui sesuatu.

Tak lama setelah itu, Luna tiba-tiba menatap Devan serius. "Kau harus jawab ini dulu. Harus jujur!.", ucap Luna tegas.

"Haa, Oke-oke. Kau mau tanya apa?"

"Kau orang baik, kah?, atau orang jahat?.",

Devan dibuat bingung. Ia hening sesaat, mencoba menebak pikiran Luna.

("Ini pertanyaan biasa kah?, atau ada maksud lain?.")

"Kau orang baik?, atau orang jahat?, Devan jawab!", Luna mengulang lagi, membuat Devan tak sempat untuk berfikir.

"Baik baik, aku orang baik.", ucap Devan spontan, benaknya masih bingung.

Luna pun tersenyum lepas mendegar jawaban Devan.

"Bagus!. Kalau gitu kau boleh ikut denganku."

"Kita akan kemana?", tanya Devan, ia masih bingung dengan pertanyaan tadi.

Luna menunjuk jemari telunjuknya ke arah atas. "Ke awan."

"Hah?"

***

Episodes
1 Episode 1: Terbangun
2 Episode 2: Kota Persinggahan
3 Episode 3: Gadis Peri
4 Episode 4: Mulai Menerima Diri
5 Episode 5: Petunjuk Untuk Devan
6 Episode 6: Rayyana, Negeri Di Awan
7 Episode 7: Bertemu Teman Luna
8 Episode 8: Pertarungan yang Tiba-tiba
9 Episode 9: Baik Tidak Selalu Benar
10 Episode 10: Kembali Ke Avalon City
11 Episode 11: Pertarungan Melawan Pria Di Tengah Kota
12 Episode 12: Malaikat Jatuh, Diri Devan Yang Sebenarnya?
13 Episode 13: Berbagai Kekuatan Mulai Bergerak
14 Episode 14: Aksi Melarikan Diri
15 Episode 15: Bias Moral
16 Episode 16: Menuju Lembah Sei Roja
17 Episode 17: Ancaman Datang Di Negeri Rayyana
18 Episode 18: Petir yang Mengejar
19 Episode 19: Bertemu Zivan
20 Episode 20: Kebenaran Luna yang Sebenarnya
21 Episode 21: Dibalik Filosofi Kediaman Zivan
22 Episode 22: Ireena, Si Pengendara Angin Dingin
23 Episode 23: Kisah Pemuda Dari Desa Zenetti
24 Episode 24: Morgan & Julian Melawan Ireena
25 Episode 24 Part 2
26 Episode 25: Sisi gelap Zivan
27 Episode 26: Konfrontasi Melawan Zivan
28 Episode 26 Part 2
29 Episode 27: Duel Dua Raja
30 Episode 27 Part 2
31 Episode 28: Ketenangan & Kegelisahan
32 Episode 29: Bersiap Menuju Langit Pertama
33 Episode 30: Penjara Langit dan Nenek Sihir.
34 Episode 31: Penyihir yang Mempermainkan Hati
35 Episode 32: Benih Kecurigaan Eris
36 Episode 33: Isla, Bangsa Jin yang Menjelma
37 Episode 34: Bisikan Para Iblis
38 Episode 35: Over Power Eris
39 Episode 36: Setitik Cahaya Dalam Kegelapan
40 Episode 37: Raziel Datang, Berakhir Dalam Satu Nafas
41 Episode 38: Intermission - Laporan Perjalanan Morgan & Julian
42 Episode 39: Intermission - Pertemuan Rahasia Oleh Putri Olivia
43 Episode 40: Arcana, Negeri Pendant Penuh Warna
44 Episode 41: Pengetahuan dari Arcana
45 Episode 42: Kesalahpahaman
46 Episode 43: Dibalik Pendant Gelang Devan Aria
47 Episode 44: Kabar Tentang Negeri Rayyana
48 Episode 45: Akademiya Rayyana
49 Episode 46: Peri yang dicintai angin
50 Episode 47: Konfrontasi Dua Entitas Tingkat Tinggi
51 Episode 48: 3 Lawan 1
52 Episode 49: Kekecewaan Istan
53 Episode 50: Kemunculan Isla, Mulai Terungkapnya Rahasia Aamon
54 Episode 51: Takdir Tak Berubah, Sebab Dirinya Tak Ingin Berubah
55 Episode 52: Dominasi Isla
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Episode 1: Terbangun
2
Episode 2: Kota Persinggahan
3
Episode 3: Gadis Peri
4
Episode 4: Mulai Menerima Diri
5
Episode 5: Petunjuk Untuk Devan
6
Episode 6: Rayyana, Negeri Di Awan
7
Episode 7: Bertemu Teman Luna
8
Episode 8: Pertarungan yang Tiba-tiba
9
Episode 9: Baik Tidak Selalu Benar
10
Episode 10: Kembali Ke Avalon City
11
Episode 11: Pertarungan Melawan Pria Di Tengah Kota
12
Episode 12: Malaikat Jatuh, Diri Devan Yang Sebenarnya?
13
Episode 13: Berbagai Kekuatan Mulai Bergerak
14
Episode 14: Aksi Melarikan Diri
15
Episode 15: Bias Moral
16
Episode 16: Menuju Lembah Sei Roja
17
Episode 17: Ancaman Datang Di Negeri Rayyana
18
Episode 18: Petir yang Mengejar
19
Episode 19: Bertemu Zivan
20
Episode 20: Kebenaran Luna yang Sebenarnya
21
Episode 21: Dibalik Filosofi Kediaman Zivan
22
Episode 22: Ireena, Si Pengendara Angin Dingin
23
Episode 23: Kisah Pemuda Dari Desa Zenetti
24
Episode 24: Morgan & Julian Melawan Ireena
25
Episode 24 Part 2
26
Episode 25: Sisi gelap Zivan
27
Episode 26: Konfrontasi Melawan Zivan
28
Episode 26 Part 2
29
Episode 27: Duel Dua Raja
30
Episode 27 Part 2
31
Episode 28: Ketenangan & Kegelisahan
32
Episode 29: Bersiap Menuju Langit Pertama
33
Episode 30: Penjara Langit dan Nenek Sihir.
34
Episode 31: Penyihir yang Mempermainkan Hati
35
Episode 32: Benih Kecurigaan Eris
36
Episode 33: Isla, Bangsa Jin yang Menjelma
37
Episode 34: Bisikan Para Iblis
38
Episode 35: Over Power Eris
39
Episode 36: Setitik Cahaya Dalam Kegelapan
40
Episode 37: Raziel Datang, Berakhir Dalam Satu Nafas
41
Episode 38: Intermission - Laporan Perjalanan Morgan & Julian
42
Episode 39: Intermission - Pertemuan Rahasia Oleh Putri Olivia
43
Episode 40: Arcana, Negeri Pendant Penuh Warna
44
Episode 41: Pengetahuan dari Arcana
45
Episode 42: Kesalahpahaman
46
Episode 43: Dibalik Pendant Gelang Devan Aria
47
Episode 44: Kabar Tentang Negeri Rayyana
48
Episode 45: Akademiya Rayyana
49
Episode 46: Peri yang dicintai angin
50
Episode 47: Konfrontasi Dua Entitas Tingkat Tinggi
51
Episode 48: 3 Lawan 1
52
Episode 49: Kekecewaan Istan
53
Episode 50: Kemunculan Isla, Mulai Terungkapnya Rahasia Aamon
54
Episode 51: Takdir Tak Berubah, Sebab Dirinya Tak Ingin Berubah
55
Episode 52: Dominasi Isla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!