DIKEJAR ANAK MAFIA

DIKEJAR ANAK MAFIA

Part 1

WARNING!

Please baca sinopsis nya dulu sebelum memutuskan untuk lanjut membaca novel ini.

NO Baper, & tidak ada korelasinya dengan budaya atau agama manapun! Semua karakter maupun tempat di novel ini murni buatan Author.

Selamat membaca.

Boris, si tukang cilok keliling berparas tampan, memiliki hidung mancung, bibir sedikit tebal dan alis tebal, serta bola mata hitam dengan tubuh yang lumayan berotot di usianya yang 21 tahun. Otot di tubuhnya terbentuk karena rutinitasnya membuat adonan serta berjualan cilok keliling dengan memikul barang dagangannya semenjak ia berusia 15 tahun.

Jangan salah, setiap hari cilok buatan mak Oneng sang nenek habis terjual! Bukan hanya karena rasanya yang memang sangat otentik nan lezat tiada tara, tetapi karena faktor ketampanan cucu si emak yang mirip dengan artis sinetron ini.

Boris tidak pernah malu berjualan cilok keliling, karena menurut para ulama yang disampaikan oleh ustadz Jainudin sang guru ngaji, juga kata mak Oneng, sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada pada perdagangan. Untuk itulah ketika mak Oneng sudah tidak bisa lagi berjualan sayur karena usianya yang mulai renta, Boris memutuskan untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan cilok keliling.

Banyak dari pedagang lain yang merasa iri dengan kepiawaian si Boris dalam melariskan barang dagangannya. Bayangkan saja mereka sudah mulai berjualan sejak pagi di sekitar alun-alun kota itupun hanya satu atau dua orang saja yang membeli barang jualannya. Sementara si Boris, meski baru siang hari tiba di sana sudah langsung di kerubungi para pembeli yang sebagian besarnya adalah mahluk paling benar di alam semesta ini! Siapa lagi kalau kaum hawa yang menunggu dengan setia kedatangan Boris di tempat itu.

Bukan tanpa alasan Boris berjualan pada siang hari, karena pada pagi harinya pemuda tampan itu harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di kota nya. Boris memang anak yang pintar, sejak sekolah dasar dia selalu mendapatkan nilai terbaik. Untuk itu penjual cilok paling fenomenal di kotanya tersebut selalu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Lalu kenapa Boris masih setia berjualan cilok buatan mak Oneng sang nenek yang paling cantik seantero jagad??? Jawabannya adalah karena…

“Keuntungannya bikin ngiler cuy!” Ujar Boris, di tengah kesibukannya meladeni para pembeli.

“Lo bayangin aja, si emak cuma ngabisin duit 100 rebu buat beli bahan…Nah gue setor bisa 250 rebu!” lanjutnya lagi kepada si Udin, tukang es doger monyet yang tidak pernah iri dengan nya. Udin hanya manggut-manggut sambil mengelus dagunya yang klimis, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

“Jadi 10 rebu neng…Terimakasih” Ucap Boris kepada salah seorang langganan setianya.

Boris hanya membutuhkan waktu tak kurang dari tiga jam untuk menjual habis cilok mak Oneng yang paling hits abad ini, setelah itu dia akan kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya atau sekedar mengulang mata pelajaran di kampusnya. Hanya pada hari sabtu dan minggu saja Boris akan bolak balik mengisi ulang panci cilok nya, itu dikarenakan jumlah pembeli yang tiba-tiba membludak!

Ini sempat membuat mak Oneng melantunkan lagi rock and roll saking kesalnya karena cucu satu-satu yang paling dicintainya itu kembali dan kembali lagi dengan panci cilok yang sudah kosong dan memintanya untuk mengisinya kembali.

“Booriiiiisss!!!!! Ieu dampal leungeun ema geus asa jadi papan istrikaan!” ( Boris! Telapak tangan emak udah kayak papan setrikaan! ) Teriak mak Oneng, ketika sang cucu untuk ketiga kalinya kembali meminta panci cilok nya untuk di isi kembali.

“Ma! Suer ini mah buat yang terakhir kalinya..” Boris mengacungkan kedua jarinya di hadapan mak oneng, lalu mencium pipi satu-satunya mahluk paling berharga dalam hidupnya itu agar si emak bersedia mengisi kembali pancinya.

Meski mulutnya tetap melantunkan lagu-lagu rock juga rap yang sangat merdu di telinga Boris, apalagi dengan iringan musik yang berasal dari tutup panci dan perabotan yang ada di dapur, pemuda tampan itu tetap tersenyum dan membantu mak oneng untuk membuat cilok sementara wanita itu kembali membuat bumbu kacang yang rasanya tidak bisa di kalahkan oleh seorang Chef bintang lima sekalipun!

“Awas..! Tong minta lagi di bikinin cilok Boris! Isukan deui!” Pinta mak Oneng sambil mengelus lengannya sendiri yang terasa pegal sejak tadi, jika di hitung lagi hari ini total sudah 15 kilo tepung yang dia buat menjadi cilok! Diam-diam wanita tua yang masih terlihat bugar itu menggerakkan jari-jari tangannya, menghitung total keuntungan yang akan dia terima hari ini.

Seketika senyuman lebar pun tergambar dari wajahnya yang sudah mulai keriput itu.

“Minggu depan nyetok cilok ahh…”

.

.

Dari kejauhan seorang gadis menatap kerumunan orang dari balik jendela kaca mobilnya, sebenarnya dirinya ingin sekali menghampiri tukang cilok yang sangat fenomenal di sekolahnya itu, tetapi urung dia lakukan melihat antrian panjang disana. Andai saja Rumi sang sahabat tidak pernah memaksanya memakan cilok itu, mungkin saat ini dia sedang antri di salah satu kedai fast food di mall favoritnya.

“Bagaimana non? Masih mau beli ciloknya? Biar mang Asep aja yang beli atuh” Ucap sang sopir, pria bertubuh kekar itu hanya berani menatap sekilas anak majikannya itu melalui kaca spion di depannya.

Airin menghela nafasnya kasar, selain ingin menyantap kembali cilok yang sangat lezat itu dirinya pun ingin membuktikan langsung ucapan Rumi yang mengatakan betapa tampannya sang penjual cilok itu. Sialnya gadis itu tidak mengijinkannya untuk melihat foto dari sang penjual cilok yang sudah berhasil dia ambil dengan kamera ponselnya.

“Tunggu antriannya habis aja mang” Ucapnya pasrah.

“Keburu abis non, mending mang Asep beliin aja yah” Asep membuka pintu mobilnya, lalu menyebrangi jalan dan membelah kerumunan para gadis disana. Untungnya tampang serta body sopir pribadi nona Airin ini bisa membuat para gadis disana dengan sukarela membuka jalan untuknya.

“50 ribu..” Asep mengeluarkan selembar uang berwarna biru tersebut dari dompet yang dia mabil dari balik saku jas hitamnya, lalu memberikannya kepada Boris tampa melepaskan kacamata hitamnya.

Boris yang melihat uang dengan angka lima dan empat angka nol yang berjejer dibelakangnya itu tanpa pikir panjang langsung mengambilnya, tanpa memperdulikan aksi demo para gadis yang memprotes pria tersebut di sekelilingnya.

“Semuanya kang?” Tanya Boris, sambil menatap pria tinggi besar tersebut dengan plastik yang sudah siap untuk di isi dengan cilok panas di depannya. dan dibalas dengan anggukan kepala olehnya.

“Rejeki nomplok” Batinnya riang gembira, setelah mendapatkan anggukan kepala dari pria yang dianggapnya bos besar itu.

“Terimakasih kang..Sering-sering borong cilok nya” Boris menyerahkan lima bungkus cilok kepada pria berpakaian serba hitam tersebut, dengan senyuman manis di wajahnya. Lalu melanjutkan kembali aktivitasnya yang tertunda, yakni melayani para gadis yang sudah memperlihatkan tampang seramnya sejak tadi.

“Pesanan saya gak lupa kan mang Asep?” Airin menerima bungkusan berisi lima kotak kecil cilok bumbu kacang dari tangan sang sopir, lalu tersenyum bangga setelah sopir setia nya itu menyerahkan ponselnya kembali.

“Tampan….”

.

.

.

Selamat menghalu ria manteman...

Terpopuler

Comments

sri supadmi

sri supadmi

aku like n kaporitin duyu ah

2022-03-28

0

arunika

arunika

merapat mom, baru ngecek ni😆

2022-03-26

1

Sama Lia

Sama Lia

semangat author...lanjut ditunggu...

2022-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!