Part 4

" Bang Boris kemana aja sih? Kok baru jualan??" Salah seorang gadis langganan cilok mak Oneng menghampiri Boris yang baru saja tiba di lapak jualannya, gadis itu menekuk wajahnya akibat terlalu lama menunggu kedatangannya.

Mereka telah menunggu kedatangan Boris sejak hampir satu jam yang lalu di alun-alun kota, tempat biasa mereka berkumpul bersama setiap hari Sabtu ataupun Minggu untuk sekedar berolahraga ringan atau hanya berpose ria lalu mengabadikannya memalui kamera ponsel dan mengunduhnya di sosial media.

"Maaf neng, bang Boris kan kemarin-kemarin banyak kegiatan jadi gak bisa jualan dulu" Jawab Boris sambil menyiapkan pesanan cilok si Eneng dengan teman-temannya. Boris sudah hafal dengan jumlah porsi yang biasa mereka beli, juga berapa sendok sambal yang harus ditambahkan kedalam bumbu kacangnya.

Boris sengaja merahasiakan kehidupan dirinya dari sorotan orang-orang, dia tidak mau dikasihani oleh orang lain karena kondisi perekonomiannya. Satu hal yang tabu untuknya. Boris memiliki prinsip jika ingin kehidupan yang sukses serta mendapatkan berkah, dirinya harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh ditambah dengan ridho dan ikhlas dalam menjalankannya.

"Besok masih jualan kan mang?" Salah satu teman gadis itu pun ikut bertanya.

"Masih atuh neng, kalau gak jualan ntar eneng-eneng yang cantik ini kangen sama cilok mak Oneng?" Kekeh Boris, lalu menyerahkan semua pesanan mereka dan kembali melayani pelanggan lainnya yang sudah mengantri.

Seperti biasa jika hari Sabtu dan Minggu maka cilok fenomenal buatan Mak Oneng akan laris manis tanjung kimpul, jumlah pelanggan akan berkali-kali lipat dari hari biasanya. Tetapi seperti mendapatkan mukjizat dari Tuhan, saat Boris akan mengambil stok cilok karena sudah habis, tiba-tiba saja mang Asep beserta Airin datang dengan satu termos besar berisi cilok panas dan satu toples besar berisi bumbu kacang nan gurih lengkap dengan sambal rawit yang hot jeletot!

"Alhamdulillah..." Spontan kata-kata itu terucap dari bibir seksinya, tetapi tak lama kemudian berganti dengan perasaan sungkan terhadap keduanya, lalu bergegas menghampiri Airin dan mengambil toples besar itu dari tangan gadis itu.

"Udah abis yah kak cilok nya?" Airin tersenyum, lantas meminta mang Asep untuk menuang semua cilok tersebut kedalam panci yang sudah tandas isinya. Dirinya pun menyerahkan toples bumbu kacang kepada pemuda tampan yang setiap malam selalu membuatnya berbunga -bunga hanya dengan menatap gambarnya saja.

"I...iya n.. neng" Ucap Boris sungkan, dia sendiri kebingungan dengan panggilan terhadap gadis cantik tersebut di depan para pelanggan nya. Bukan karena malu...Bukan! Boris hanya tidak ingin nama Airin diketahui oleh pria-pria disekitarnya.

"Oke, mulai hari ini aku bantuin kak Boris jualan yah" Lagi, senyuman Airin mengembang diwajahnya.

Jika Boris tak rela ketika ada pria yang mengetahui nama gadis itu apalagi ada pria yang akan mendekati nya, maka sama halnya dengan Airin. Gadis itu diam-diam mempunyai niat untuk menjauhkan Boris dari gadis-gadis genit pelanggan ciloknya.

Giliran mang Asep yang harus memijat keningnya yang semakin berdenyut. Bagaimana tidak, yang asalnya pembeli cilok dari kaum bertongkat berjumlah sedikit, perlahan mulai bertambah dan memenuhi lapak jualan pemuda yang belakangan ini membuat dirinya mendapatkan kesulitan tersebut.

Mang Asep harus bekerja ekstra demi memenuhi keinginan nona kecilnya itu, mencari informasi tentang Boris, menemaninya sepanjang hari menguntit pemuda sialan itu, belum lagi ketika Airin tiba-tiba marah karena pemuda incarannya itu didekati para gadis. Mang Asep harus memutar otak mencari tahu bagaimana caranya membujuk satu-satunya anak gadis di keluarga besar tersebut, agar tidak sampai berdampak pada nasibnya di istana megah itu.

"Bisa-bisa hilang kepalaku ini ditangan kakak-kakak nya, apalagi jika sampai tuan besar tahu...bisa-bisa berabe tujuh turunan " Batin pria tinggi besar berambut cepak itu.

Dan sekarang tugas nya makin bertambah, karena dirinya harus menjaga Airin dari tangan-tangan jahil para pemuda sialan juga dari tatapan dan ucapan-ucapan mereka yang semakin membuat dirinya geram.

"Jangan atuh neng, disini panas nanti kulitnya gosong" Balas Boris, perasaan gak enakhati semakin menghinggapi dirinya. Meski Boris belum tahu siapa Airin sebenarnya, tetapi dirinya yakin jika Airin berasal dari keluarga berada. Terbukti dari penampilannya serta perilakunya juga dengan keberadaan mang Asep yang selalu setia menemani juga menuruti perintahnya.

"Gak apa-apa kak, kan ada mang Asep yang payungin aku" Jawabanya santai, karena memang sejak tadi pengawal setianya itu telah berdiri di belakangnya sambil memegangi payung untuknya.

Boris menoleh ke arah pria yang di maksud, dia bertanya dengan menggerakkan alisnya serta bahunya kepada mang Asep

"Gimana ini mang??!"

Mang Asep hanya merespon Boris dengan helaan nafas yang panjang, pertanda bahwa dirinya pun tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini dan pasrah saja dengan apa yang ada dihadapannya. Pria kekar itu sudah sangat memahami karakter majikan muda nya, dia tidak akan menerima bantahan dari siapapun bahkan dari ketiga kakak laki-laki nya yang posesif itu.

Dengan sangat terpaksa Boris menerima ide Airin untuk hari ini, dia akan mencari cara untuk menolak bantuan Airin karena bagaimanapun sangatlah tidak wajar jika seorang gadis secantik Airin berjualan cilok di bawah teriknya matahari seperti ini.

Dan benar saja perkiraan Boris, Airin kesulitan untuk mengambil cilok dan memasukkan nya ke dalam kantong plastik apalagi membubuhkan bumbu kacang kedalamnya. Plus dia tidak tahu berapa jumlah cilok untuk satu porsi! Walhasil bukannya membantu malah membuat semuanya hampir berantakan! Jangan ditanya para pendemo yang mulai berteriak meminta dilayani.

Untung saja dewi fortuna berpihak kepadanya. Mak Oneng dan Icha datang tepat ketika keadaan mulai tidak terkendali.

Beberapa saat sebelumnya...

"Assalamualaikum...Mak " tanpa ada rasa sungkan, Airin melangkahkan kakinya memasuki rumah mak Oneng dan mencari keberadaan wanita itu di dapur.

Mak Oneng yang sejak tadi sedang menyiapkan cilok untuk cucu nya yang dipastikan sebentar lagi akan tiba dengan panci kosong nya, tiba-tiba terkejut dengan kedatangan Airin. Keterkejutannya bertambah kala Airin mencium kedua pipinya setelah mencium punggung tangannya.

"Waalaikumsallam....Eehhh neng geulis....Aduh kenapa masuk ke dapur?? disini kotor neng, berantakan lagi" Mak Oneng mengajak Airin untuk meninggalkan ruangan tersebut menuju ruang tamu, bermaksud untuk meminta gadis tersebut untuk duduk di sofa usang di ruangan itu.

"Itu cilok buat kak Boris yah mak, sini Airin anterin ke sana, daripada kak Boris harus bolak-balik" Termos besar berisi cilok yang masih mengepul itu tak lepas dari pandangan Airin, dia pun bermaksud untuk mengambil dengan kedua tangannya.

"Ini terlalu berat non, biar mang Asep saja" Mang Asep yang sudah bisa menerka apa yang akan dilakukan majikan kecilnya dengan cekatan mengambil termos besar nan berat itu. Tak mungkin Airin bisa mengangkatnya pikir mang Asep.

"Ya udah, aku bawa ini deh yah..." Airin pun mengambil toples besar berisi bumbu kacang yang emak taruh di atas meja dekat dengan termos tadi. Meski mang Asep sudah mengingatkan jika toples tersebut berat tetapi Airin bersikeras mengangkatnya dan tetap akan mengantarkannya kepada Boris.

Meski mak Oneng telah berusaha keras untuk melarang gadis cantik itu, tetapi apapun ucapannya tidak di gubris oleh keduanya. Akhirnya mak Oneng pun membiarkan mereka membawa stok cilok berserta bumbu sekaligus sambal hot jeletot buatannya kesana.

"Kok emak gak enak perasaan yah?"

.

.

.

Happy Halu manteman

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

semangat Airin... semoga Boris jodohmu

2023-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!