Part 5

Airin POV

Aku tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta kepada seorang tukang cilok sejak pertama kali melihat fotonya dalam galery ponsel ku, gambar yang diambil oleh seorang fotographer amatiran merangkap sebagai sopir pribadi sekaligus pengawal pribadiku mang Asep.

Aku pikir apa yang keluar dari mulut salah seorang teman ku itu hanya isapan jempol semata, mana ada seorang tukang cilok yang tampangnya mirip bintang sinetron jaman dulu Mike Lewis. Itu mustahil! Yang aku tahu rata-rata abang-abang tukang cilok kulitnya hitam akibat paparan sinat matahari, dengan pakaian yang sedikit dekil akibat keringat dan debu serta wajah yang kusam. Tetapi ternyata perkiraanku jauh! Sejauh kutub utara dan kutub selatan.

Boris nama laki-laki berusia 22 tahun itu, dia ternyata seorang mahasiswa tingkat akhir dari sebuah universitas negeri ternama di kota ini. Perawakannya hampir mirip dengan salah seorang kakak posesifku Aldo, warna kulitnya khas asia, tak terlalu coklat juga tak terlalu putih. Sekilas wajahnya mirip dengan kakak pertamaku yang sama posesifnya seperti kak Aldo, kak Aldi. Hidungnya mancung, bola matanya gelap, alisnya sedikit tebal juga bibirnya.

Yang aku suka dari Boris adalah dia tidak pernah merasa malu berjualan cilok meski menyandang gelar sebagai seorang mahasiswa jurusan manajemen disalah satu universitas negeri favorit dikota ku. Dan yang membuat cintaku semakin besar pada kak Boris adalah kecintaannya kepada neneknya mak Oneng.

Aku bahkan tidak pernah mengindahkan peringatan mang Asep, jika suatu saat ketiga kakak posesifku sampai tahu perihal kak Boris.

" Mang Asep bisa-bisa dipecat non kalau tuan Aldi dan tuan Aldo sampai mengetahui semua ini, terlebih lagi pemuda itu. Bisa-bisa dia dan ibunya terancam keselamatannya"

Cinta siapa yang bisa menghalangi? Bukankah putri Jasmine tidak perduli jika Aladin hanyalah seorang pencopet dan penipu?

Aku bertekad untuk memiliki kak Boris untuk diriku sendiri, meski mungkin jalan yang akan aku ambil akan sangat beresiko. Aku menyuruh mang Asep untuk memerintahkan seseorang untuk mengawasi kemanapun kak Boris pergi, dan menyampaikan semua informasinya melalui sopir pribadi paling setiaku itu. Aku pun pelan-pelan mulai merangsak masuk kedalam kehidupannya yang menurutku sedikit unik! Ya...Aku harus belajar membiasakan diriku untuk menjalani hidup yang sederhana, meski itu tak mudah bagiku.

Aku perhatikan kak Boris lebih manyukai gadis sederhana, itu aku lihat dia berada dekat dengan Icha. Gadis kampung anak pak RT tetangga kak Boris, fdari cara kak Boris memperlakukan Icha dan menghormati Icha juga cara dia berbicara padanya. Kak Boris tidak akan mau menyentuh Icha! Meski hanya senggolan semata. Di jaman yang serba bebas ini, disaat para pria dengan bebasnya bersentuhan bahkan berciuman dengan wanita-wanitanya masih ada pria yang memiliki sikap sebaik kak Boris. Menurutku pria tampan mirip kak Aldo ini patut diacungi empat jempolku, karena sudah termasuk dalam daftar mahluk paling langka dan wajib di lestarikan dibumi ini.

Aku sendiri bukannya tidak mau memiliki pacar atau apapun yang bentuk hubungan dengan mahluk berjenis kelamin laki-laki ini, siapa yang tak berpikir ulang saat mereka mengetahui siapa ketiga kakak kembarku apalagi ayahku. Belum lagi pria tinggi besar yang berpakaian bak Man In Black tiap harinya yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, para lelaki itu mungkin akan mengurungkan niatnya untuk mendekatiku. Terkecuali mereka berasal dari kalangan yang sama dengan keluarga besarku.

Kadang aku merasa menyesal karena telah dilahirkan dari keluarga seperti ini, dimana uang dan kekuasaan merupakan tolak ukur tingginya martabat seseorang. Meski aku menyadari ayah dan ibu serta ketiga kakakku memiliki pemikiran yang berbeda diantara keluarga besar lainnya terutama nenek dan paman-pamanku.

Ironisnya saat aku melihat kak Boris yang hidup dengan kesederhanaan dan paham betul arti kejujuran dan perjuangan, aku menganggap hal itu sebagai sebuah pertanda bahwa kak Boris memang lelaki yang patut memilikiku. Dan aku tak rela siapapun memiliki cintanya.