Part 2

Siang ini Airin bertekad untuk menunggu si mamang cilok tampan yang berhasil di abadikan oleh kamera ponselnya oleh mang Asep sopir sekaligus pengawal setianya, gadis itu sengaja meminta pria bertubuh kekar itu untuk menghubungi walikelasnya agar memintakan ijin kepada wanita baik dan ramah itu supaya dirinya bisa pulang lebih awal dengan alasan ada keperluan keluarga.

“Beneran gak sih mang info nya? Kok jam segini belum dateng juga orangnya?” Untuk ke sekian kalinya Airin bertanya kepada Mang Asep perihal ke apsahan informasi yang dia berikan kepadanya. Airin menatap dengan penuh harap ke arah dimana mang Boris si tikang cilok fenomenal yang tampan biasa mangkal dari kejauhan.

“Beneran kok non, biasanya dia datang jam 11 siang dan selesai jualan pas jam 1 atau jam 2 siang” Jawab mang Asep, lalu melirik kembali jam tangan mewah pemberian sang big bos yang melingkar di pergelangan tangannya.

Hampir satu jam sudah mereka menunggu si penjual cilok tampan tersebut disana, tetapi sang empunya belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Perut Airin sudah meronta-ronta sejak tadi, rupanya gadis ini sengaja tidak memakan apapun agar bisa lebih banyak lagi menyantap makanan yang kini menjadi favoritnya itu.

Tanpa sengaja Airin melihat seorang pemuda tampan tengah berlari melewatinya, dari topi yang di kenakan pemuda itu Airin bisa langsung mengenalinya dan meminta kepada mang Asep untuk mengikutinya.

Mereka memang sengaja menunggu Boris didalam mobil yang mang Asep parkirkan di seberang alun-alun tempat pria tampan itu mangkal, dengan demikian proses pengejaran tersangka lebih mudah dilakukan.

Mang Asep mengikuti kemana Boris berlari dengan laju mobil yang segaja dia buat pelan, hingga pada akhirnya mereka tiba di depan sebuah gang sempit.

“Ayo kita ikuti dia mang!” Tanpa menunggu jawaban dari pengawalnya itu, Airin membuka pintu mobilnya dan secepat mungkin mengikuti Boris diikuti mang Asep yang terlebih dulu menutup dan mengunci mobilnya dengan sekali tekan.

“Bapak sama anak sama-sama keukeuh kalo lagi ada maunya” Keluh mang Asep di dalam hatinya. Pria yang selalu berpenampilan rapi lengkap dengan kaca mata hitam yang setia bertengger di hidung mancungnya itu segera berlari untuk menyusul nona kecilnya.

.

.

“Assalamualaikum! Maa…” Seru Boris, secepat mungikin pemuda tampan itu membuka pintu depan rumahnya. Kabar mengenai sakitnya sang emak telah membuat Boris panik, hingga membuatnya terpaksa meninggalkan kampus meski saat itu dirinya masih berada di tengah-tengah proses belajar. Untungnya dosen yang terkenal killer itu mengijinkan Boris untuk pulang lebih cepat.

“Astagfirullah…maa!” Boris terkejut saat mendapati mak Oneng yang tengah terbaring lemah diatas ranjangnya, pemuda tersebut bergegas mendekatinya lalu memeriksa suhu tubuhnya dengan punggung tangannya.

Tak lama kemudian seorang gadis cantik berambut panjang hitam menghampiri boris dengan segelas teh hangat dan menaruhnya di atas nakas disamping ranjang mak Oneng.

“Makasih yah Cha, udah jagain emak” Ucap Boris dengan tulus kepada Icha, gadis tetangga yang selama ini selalu menemani emaknya ketika dirinya sedang pergi ke kampus.

Gadis berparas ayu nan sendu yang sudah dianggap keluarga oleh Boris anak dari pak RT di kampungnya itu pun seringkali membantu mak Oneng membuat cilok, dan menyiapkan dagangan untuk Boris. Selain cantik Icha merupakan seorang gadis yang baik, lugu serta ramah. Dan hari ini Icha lah yang telah memberitahu dirinya tentang sakitnya mak Oneng yang tiba-tiba.

“I…iya kak..” Jawab Icha malu-malu. Lalu memutuskan untuk keluar dari kamar mak Oneng, karena baginya tidak baik berlama-lama berada disana bersama dengan seseorang yang bukan muhrimnya.

Icha terkejut ketika melihat dua orang asing tengah berdiri di depan pintu rumah mak Oneng, apalagi saat gadis yang berdiri di depan pria bertubuh tinggi besar itu tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Seolah tak rela jika dirinya berada disana saat ini.

“Sialan si Jupri! Kenapa dia gak ngasih tau kalo ada gadis ini?” Batin Asep, saat ini dia berharap nona kecilnya Airin tidak kecewa ataupun marah dengan keberadaan gadis asing tersebut disana.

“Mau bertemu siapa kak?” Icha menatap Airin dari ujung rambut hingga ujung kakinya, tidak mungkin gadis berkemeja putih dengan rok kotak-kotak ini teman kuliah Boris pikirnya.

Belum sempat Airin menjawab pertanyaannya, Boris keluar dari kamarnya sambil menggendong mak Oneng dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

“Ma…sadar ma…” Isak Boris

Melihat keadaan tersebut, Airin langsung memerintahkan kepada mang Asep untuk segera membantu Boris membawa wanita tua itu ke mobilnya.

“Ke rumah sakit Kasih Bunda mang” Pinta Airin, tanpa meminta persetujuan dari Boris.

Boris sudah tidak bisa berpikir apapun saat ini, dia bahkan langsung menuruti permintaan mang Asep untuk menaiki mobilnya. Melihat mak Oneng yang tak sadarkan diri membuat Boris semakin dilanda kepanikan! Pemuda tampan itu tidak bisa membayangkan jika dirinya harus kehilangan satu-satunya orang yang sangat berarti baginya.

Sejak kecil Boris sudah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya, hanya mak Oneng lah satu-satunya sosok ibu, sekaligus nenek bahkan menggantikan peran seorang ayah dalam hidupnya.

Wanita itu telah mengorbankan hidupnya demi Boris! Dia membanting tulang mencari nafkah untuk membesarkan serta menyekolahkan Boris hingga saat ini.

“Ma…Sadar ma…Boris bawa emak ke rumah sakit yah…” Boris mencium kening sang nenek, lalu mendekatkan kedua keningnya di kening sang nenek. Dalam hatinya dia berdoa untuk kesembuhan nenek tercintanya itu dengan penuh harap.

Airin menghela nafasnya berat, diam-diam gadis itu memperhatikan keduanya dari pantulan kaca spion disampingnya. Ada rasa senang sekaligus sedih di hatinya saat ini, senang karena pada akhirnya dia mengetahui nama pemuda tampan tersebut dan tengah berada dekat dengannya saat ini, sedih kerena kondisi yang sedang di hadapinya.

Tiba di rumah sakit, tim medis dengan sigap menyambut kedatangan mereka dan dengan cepat mengambil alih mak Oneng serta membawanya ke ruang gawat darurat untuk segera memberikan penanganan medis kepadanya.

“Anda tunggu di luar” Salah sorang suster wanita menahan langkah Boris ketika dirinya hendak mengikuti kemana sang nenek akan dibawa.

Dengan tatapan kosong Boris melangkahkan kakinya menuju kursi kosong dan menjatuhkan dirinya disana, tak lama kemudian seorang gadis cantik menyodorkan sebotol air mineral dingin kepadanya.

Boris menatapnya nanar, dalam kesedihannya dia mencoba untuk mengingat siapa gadis yang sedang berdiri disampingnya saat ini meski tangannya tanpa kompromi menerima pemberian gadis tersebut. Sekuat tenaga dia mencoba untuk mengingat kembali gadis-gadis yang telah di temuinya selama ini, termasuk para langganannya. Tetapi tetap tidak juga menemukan jawabannya.

“Ekhem..”

Lalu Boris melemparkan pandangannya ke arah pria di sampingnya, setelah pria tinggi besar tersebut membuyarkan lamunannya dengan suara dehamannya.

“Bapak yang suka borong cilok saya itu yah??”

.

.

.

Happy halu manteman....!

Terpopuler

Comments

Sama Lia

Sama Lia

cilok makanan sederhana menjadi dahsyat karna dikelola menjadi cerita, author kren....
semangat author...

2022-03-26

1

Afri Yanti

Afri Yanti

lanjut thor...

2022-03-26

2

Afri Yanti

Afri Yanti

1

2022-03-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!