Part 3

Singkat cerita Mak Oneng kini sudah kembali ke rumah setelah tiga hari menginap di rumah sakit, si emak masih saja mengomel karena sang cucu telah menolak permintaan neng Airin yang cantik agar dirinya menempati ruangan VIP disana.

"Nolak rejeki itu dosa tau..." Lagi Mak Oneng mengingatkan Boris akan kesalahan yang telah dia buat, hingga membuat dirinya kegerahan selama menginap disana.

"Iya mak...Boris tau, tapi kan gak enak sama Airin...Udah dibayarin, diurusin juga...Kita belum kenal siapa mereka Mak..." Kilah Boris.

Sejujurnya dirinya sudah berusaha untuk menolak maksud baik Airin membiayai sang nenek ketika itu, Boris merasa masih mampu menanggung biaya perawatan sang nenek dengan uang tabungannya. Tetapi karena pihak rumah sakit mengatakan jika semua biaya pengobatan mak Oneng sudah di bayar lunas, mau tidak mau Boris pun menerimanya.

Boris bahkan berusaha untuk menunggu kedatangan Airin kemarin untuk mengucapkan terimakasih sekaligus mengembalikan uang pembayaran biaya rumah sakit Mak Oneng, tetapi hingga waktunya mereka harus meninggalkan rumah sakit gadis itu tak kunjung datang. Hanya seorang sopir taksi online yang datang untuk menjemputnya, dengan dalih telah di pesan dan di bayar lunas oleh nona Airin.

"Assalamualaikum..." Suara seorang gadis yang tak asing lagi di telinga Boris terdengar,bersamaan dengan suara langkah kaki yang mendekati ambang pintu kamar Mak Oneng.

"Waalaikumsallam..." jawab Boris, lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri Icha yang sudah berdiri disana sambil memegangi nampan berisi bolu kukus hangat yang sudah Boris duga adalah untuk nenek tercintanya.

"Masuk Cha..." Lanjutnya, lalu meninggalkan keduanya dan memutuskan untuk duduk di ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga itu. Boris paham jika Icha tidak akan berani memasuki kamar mak Oneng jika dirinya masih berada didalam sana.

Pemuda itu menjatuhkan dirinya di atas sofa usang yang sempat memiliki warna merah itu, lalu mengeluarkan sebuah buku catatan yang dia taruh di bawah meja. Boris harus menghitung berapa banyak uang yang tidak bisa dia dapatkan selama nenek nya itu berada di rumah sakit, dan menuliskan total biaya yang telah di keluarkan oleh Airin untuk mereka.

Boris tetap akan mengembalikan uang tersebut kepada gadis itu, bagaimanapun 6 juta bukankah jumlah yang sedikit untuk ukuran gadis seusianya. Bagaimana jika uangnya habis dan kelak kedua orangtuanya menanyakan perihal kemana larinya uang itu pikirnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, gadis yan sedang memenuhi pikirannya itu saat ini ternyata sudah berdiri di depan pintu sederhana Boris, dengan satu parcel besar berisi buah-buahan segar dan satu kantung kertas berlogo kan merk donat terkenal di kota itu. Dan tentunya mang Asep sang sopir merangkap bodyguard yang selalu setia menemaninya.

"Assalamualaikum..." Ucap Airin, suara dinginnya membuat Boris merasakan sensasi aneh di tubuhnya.

"Waalaikumsallam...Masuk nona Airin, mang Asep... Silahkan duduk " Boris beranjak dari duduknya dan mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk, sementara dirinya menarik kursi plastik yang biasa dia gunakan untuk duduk di meja makan lalu duduk disana.

"Terimakasih kak..." Balas Airin. Gadis itu tidak langsung duduk di sofa dengan mang Asep, tetapi mengayunkan kakinya menuju kamar mak Oneng.

"Assalamualaikum Mak..." Ucapnya kepada wanita paruh baya yang sudah mulai dekat dengannya selama beberapa hari ini. Airin menghampiri mak Oneng dan mencium punggung tangan wanita itu setelah dia menaruh barang bawaannya di atas meja kecil yang ada disana.

Sementara Icha yang sudah terlebih dulu berada disana memutuskan untuk keluar dari kamar yang ukurannya memang tidak terlalu besar tersebut, guna memberikan ruang kepada gadis cantik itu agar mereka bisa lebih leluasa berada di dalam sana. Apalagi sorot mata gadis itu begitu mengintimidasi dirinya.

"Mak, Icha duluan yah....Jangan lupa di makan obatnya" Icha mengangguk ke arah mak Oneng lalu meninggalkan ruagan sempit tersebut.

"Iya neng, makasih kueh bolu nya...Salam buat bapak sama ibumu.." Ucap mak Oneng, lalu beralih pada Airin yang sudah duduk di tepian ranjangnya.

"Emak apa kabarnya? Udah sehat kan sekarang?" Airin menatap kedua bola mata tua wanita itu, dan melihat ada banyak kesedihan serta kelelahan disana. Gadis itu membuka parcel buahnya lalu mengambil satu buah jeruk manis dan mengupasnya untuk dia berikan kepada nenek dari pemuda tampan incarannya.

"Alhamdulillah neng, emak udah sehat sekarang mah..." Jawab mak Oneng dengan senyuman yang mengembang diwajahnya, ketika menerima buah jeruk yang telah di kupas oleh Airin lantas memakannya.

Rasa segar dari buah jeruk yang manis dengan sedikit sensasi asam itu sedikit mengembalikan kesegaran di tubuh tua mak Oneng, terlebih saat ini seorang gadis cantik yang tengah menyuapinya.

Mak Oneng senang dengan kebaikan serta ketulusan gadis yang baru dikenalnya ini, tutur katanya yang sopan dan perilakunya yang santun membuat mak Oneng pernah berangan-angan agar kelak gadis cantik tersebut bisa menjadi menantunya. Tetapi angan-angan itu langsung ditepisnya, menyadari siapa dirinya saat ini.

"Emak istirahat yang cukup yah, biar cepet pulih...Airin kangen cilok buatan emak" Ujar Airin sambil menarik selimut mak Oneng agar menutupi dadanya.

Airin pun meninggalkan mak Oneng yang sudah bersiap untuk tidur, setelah dirinya membantu wanita itu untuk meminum obatnya tadi. Ingin rasanya dia mencium kening wanita tua tersebut, seperti hal nya yang dilakukan oleh Boris kepadanya. Tetapi urung dia lakukan karena suasana canggung yang masih dirasakan oleh Airin.

"Kak, aku pulang dulu yah...Udah sore" Airin menolak permintaan Boris untuk duduk di sofa untuk menemani mang Asep, dia sudah paham kemana arah pembicaraan pemuda tampan tersebut ketika meminta dirinya untuk duduk disana.

Airin menatap sekilas ke arah mang Asep, cukup untuk membuat pria tinggi besar itu beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan itu lalu mengikuti dirinya.

"Rin, aku ingin bicara denganmu...Ini tentang..." Boris beranjak dari duduknya, berusaha mengejar Airin.

"Sudah kak, aku iklhas melakukan semua itu untuk emak..." Potong Airin, menoleh sekilas ke arah Boris lalu melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir di ujung gang di samping jalan.

Boris menghela nafasnya kasar serta mengacak rambutnya sendiri, kenapa sulit sekali untuk berbicara dengan gadis itu? Airin selalu saja menghindar jika dirinya ingin membahas tentang uang yang akan dia kembalikan kepadanya, bahkan sejak mereka berada di rumah sakit saat gadis itu menjenguk neneknya.

Mang Asep pun sama, selalu mengalihkan pembicaraan tentang uang tersebut jika perbincangan mulai mengarah kepada hal tersebut.

Boris mempunyai prinsip yang tentunya telah ditanamkan sejak dini oleh mak Oneng, wanita itu selalu berpesan kepadanya untuk menghindari hutang meski jumlahnya sedikit sekalipun apalagi banyak.

"Kalau kamu menginginkan sesuatu, usaha...cari uang yang halal buat dapetinnya...Jangan ngutang, inget itu" Lagi pesan mak Oneng kembali terngiang-ngiang di telinganya.

Meski mereka hidup pas-pasan selama ini, tetapi keberadaan mak Oneng dalam hidup Boris sudah lebih dari cukup untuknya.

"Gimana caranya balikin duitnya yah..."

.

.

.

Happy Halu manteman!

Terpopuler

Comments

Sama Lia

Sama Lia

awal cerita yang sederhana dan santai tetapi mempunyai daya tarik yang sangat kuat, author bener bener kren...ceritanya asyik, membacanya ikut hanyut, emang air sungai...hehehe..
semangat author....lanjut ditunggu..
sukses untukmu author...

2022-03-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!