Sabtu. Hari yang Lea khususkan untuk melakukan kegiatan di luar sekolah. Salah satunya adalah mengecek salon yang diwariskan ibunya kepadanya, karena pada hari itulah ia terbebas dari rutinitas sekolahnya. Setiap satu kali dalam satu minggu ia selalu meluangkan waktunya untuk mengecek kebutuhan salon termasuk memeriksa keuangan.
"Mbak Ayu, stok apa yang perlu ditambah ?" Lea berkeliling dari satu lemari ke lemari untuk membantu karyawannya mengecek persediaan yang masih tersisa.
"Sisir, kuas buat cat rambut perlu diganti kayaknya deh Lea." Pegawai yang bernama Ayu itu memang sudah terbiasa memanggil bosnya itu dengan sebutan nama. Selain karena umurnya yang jauh lebih tua dari bosnya itu, almarhumah ibu dari bosnya itu juga meminta semua karyawannya memperlakukan Lea sebagai adik atau pun teman mereka. Jadi jangan heran jika tak ada sekat diantara mereka layaknya bawahan dan atasan yang membuat kecanggungan dalam suasana kerja.
"Itu aja?" Lea kembali memastikan agar tidak ada yang terlewat.
"Rebonding makarizo, masker rambut crantee, sampo yang aroma jeruk, creambat blessing spa." gadis dengan berambut ikal hasil alat pengeriting rambut itu mulai mengabsen satu demi satu bahan - bahan yang sudah perlu ditambahkan stoknya.
" Ada lagi gak, Mbak ?"
"Kayaknya enggak deh Lea."
"Ya udah, nanti kalau masih ada yang kurang, Mbak kabarin Lea aja langsung biar Lea yang order !"
"Ok bos." Wanita itu mengacungkan jempolnya.
"Mbak Susi, Lea mau luluran dong!" seru Lea sambil menghampiri karyawannya yang sedang asik membaca majalah fashion itu. Tanpa menunggu jawaban Susi, Lea langsung melangkahkan kakinya menuju ruang body spa yang ada di lantai dua.
"Tungguin aja di atas Le ! Mbak mau siapin bahannya dulu."
Lea menghentikan langkahnya sebentar lalu menoleh dan menganggukkan kepalanya. Sambil menunggu Susi yang masih menyiapkan bahan - bahan yang diperlukan untuk body spa, Lea mengganti pakaiannya dengan sehelai kain yang biasa digunakan pada saat luluran. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di sebuah ranjang berukuran kecil akan tetapi masih sangat nyaman untuk digunakan.
"Mulai sekarang atau nanti ?" tanya Susi setelah selesai meletakkan bahan - bahan dan peralatan yang ia butuhkan untuk melakukan perawatan yang diinginkan bosnya itu.
"Sekarang aja Mbak !"
"Mau pakai musik yang mana, Le ?" Susi mulai mengotak - atik ponselnya untuk mencari instrumen yang biasa digunakan dalam sesi body spa.
"Gak usah Mbak. Lea mau ngobrol sama mbak aja." Susi hanya menganggukkan kepalanya. Ia paham apa yang diinginkan oleh bosnya itu saat ini karena ini bukanlah yang pertama kalinya. Bisa dipastikan sebentar lagi akan dimulai sesi curhat sambil menikmati perawatan tubuh.
"Mbak..." Benar saja Lea sudah memulai sesi curhatnya saat salah satu karyawannya mulai tahap massage.
"Ya..."
"Gak jadi deh." Lea terlihat ragu - ragu untuk membagikan hal yang membuatnya gelisah hingga saat ini.
"Kenapa ? Kamu lagi ada masalah ?"
"Menurut Mbak, mungkin gak Ayah sudah menemukan pengganti Bunda ?"
"Hmm, Gimana ya ? Susi berhenti sejenak menimbang sesuatu. "Kok kamu bisa ngomong begitu ?" lanjutnya lagi. Susi sedikit tidak nyaman dengan tema obrolan kali ini. Dia sungguh tak menyangka gadis belia yang merupakan pemilik salon tempatnya bekerja itu akan menceritakan masalah keluarganya.
Biasanya gadis cantik itu hanya membahas masalah - masalah ringan seperti kegiatan di sekolah, rumah singgah atau pun di salon. Ya meskipun tak bisa dipungkiri beberapa kali dara manis itu menceritakan tentang pria yang hingga saat ini masih setia menanti jawaban dari mulut gadis itu.
"Entahlah Mbak, Lea ngerasa kalau sekarang Ayah sudah move on dari Bunda.'' jawab Lea dengan nada lirih.
"Bagus dong. Itu artinya ayah kamu tidak terjebak di masa lalu, ayah kamu gak bisa harus berdiam diri meratapi kesedihannya, dia harus bangkit Le."
"Lea takut Mbak, lagian apa gak terlalu cepat Ayah move on ? Ini bahkan belum genap dua tahun Bunda pergi. "
Susi menghela nafas panjang. Ia bingung apa ia harus menceritakan apa yang pernah ia lihat beberapa bulan yang lalu. Ia takut puteri almarhumah bosnya itu tidak terima akan kenyataan yang ada. Lagi pula ia juga belum bisa memastikan apa yang ia lihat sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
"Kalau Ayahmu punya rencana nikah lagi, Lea setuju gak?" Dari pada menceritakan apa yang pernah ia lihat, Susi memilih memastikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh bosnya itu.
"Lea bingung Mbak. Lea gak mau mengekang Ayah. Kalau memang menikah lagi adalah yang terbaik untuk Ayah, Lea ikhlas tapi... "
"Tapi apa Le ?" sela Susi tak sabaran.
"Tapi gak sekarang. Ayah boleh nikah lagi kalau Lea udah gak ada. "
"Hussh jangan sembarangan kalau ngomong ntar dicatat malaikat baru tau rasa." ujar Susi dengan suara meninggi. Susi sudah tidak mempedulikan bahwa orang yang dibentaknya itu adalah bosnya. Baginya Lea adalah adik kecilnya yang harus ia jaga dan bimbing. Adik yang harus ia ingatkan kala ia melakukan kesalahan.
"Lea gak rela ada yang gantiin posisi Bunda, minimal untuk saat ini Mbak." sambung Lea. Ia tak marah ketika karyawannya itu membentaknya. Lea tahu betul kalau salah satu karyawan terbaiknya itu mengingatkan Lea layaknya saudara sendiri.
"Udah...udah sekarang kita gak usah bicarain yang berat - berat. Mending kamu ceritain tentang cowok ganteng yang tadi nganterin kamu."
Wajah Lea langsung merona kala mengingat pria yang tadi menjemputnya di rumah dan mengantarkannya ke salon. Pria yang sama yang selalu membuat kinerja jantungnya menjadi tidak normal saat berada di sisinya. Beruntung saat ini tubuh Lea sedang tertelungkup sehingga karyawannya itu tidak bisa melihat rona kemerahan yang menghiasi wajahnya.
"Jadi sudah sejauh apa hubungan kamu dengan si ganteng itu?"
"Ya gitu deh." Lea tersenyum kecil.
"Gitu gimana? Udah jadian belum sih?" Susi tidak lelah menginterogasi Lea agar lebih terbuka tentang masalah percintaannya. Baginya membahas hal itu lebih menyenangkan dari pada hal - hal rumit seperti masalah ayah bosnya itu.
"Belum."
"Yakin belum? Kelihatannya udah kayak orang pacaran."
Siapa pun pasti setuju dengan apa yang disampaikan oleh Susi melihat kedekatan yang terjalin antara Bams dan Lea. Andai orang itu tak tahu tentang permasalahan Lea yang menggantung perasaan Bams hingga hampir tiga bulan lebih ini mereka pasti akan mengatakan kalau keduanya adalah sepasang kekasih.
"Yakinlah Mbak."
"Mau sampai kapan ? Ini udah tiga bulan lebih lho. Kamu gak takut dia bosen nungguin kamu?"
Kabar mengenai Bams yang meminta Lea menjadi kekasihnya pada saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung memang bukan lagi menjadi rahasia. Selain di sekolah, kabar itu juga sampai ke telinga para karyawan Leanor Salon. Siapa lagi pelaku pembeberan informasi tersebut kalau tidak pemilik salon itu sendiri yaitu Lea.
"Kalau dia memang mencintai Lea dia pasti mau menunggu mbak. Lagian Lea gak maksa kok. Kalau dia memang mau cari yang lain ya silahkan." jawab Lea enteng. Namun, di dalam hatinya ia tak akan pernah ikhlas jika sampai Bams mencari wanita lain untuk menjadi penggantinya. Lalu apa yang Lea tunggu hingga tega menggantungkan perasaan Bams selama ini ? Biarlah hanya Lea, Bams dan Tuhanlah yang tahu.
"Eh... Lea, handphone kamu getar - getar tuh." Susi yang melihat ponsel yang memiliki logo appel digigit itu bergegas mengambilnya dari atas meja sebelum diminta lalu memberikannya pada gadis itu.
"Makasih Mbak."
Senyum dara manis itu merekah melihat nama yang tertulis di layar ponselnya.
"Ya." ujar Lea saat seseorang di sana mulai berbicara.
"Kamu masih lama gak ? Aku udah di bawah nih." balas orang tersebut.
"Ya udah tunggu bentar ya!" Lea bergegas turun dari kasur lalu memakai sandal yang terletak di bawah kasur.
"Kenapa?" Susi benar - benar penasaran apa yang sebenarnya terjadi sehingga Lea terlihat terburu - buru hingga mengakhiri begitu saja sesi massage yang sedang dilakukan.
"Mau turun bentar Mbak. Bams udah di bawah."
"Lah kamu mau turun gitu aja?" Susi tertawa geli memandang bosnya itu dari atas sampai ke bawah dengan tatapan bingung.
"Eh iya lupa." Lea ikut tertawa geli melihat kekonyolannya. Bagaimana bisa dia turun dengan penampilan jauh dari kata layak untuk bertemu orang lain ? Tubuh mungilnya saat ini hanya dibalut sehelai kain saja. Bisa - bisa ia dikira pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa jika sampai hal itu terjadi.
"Kenapa sih?"
"Di bawah ada Bams, Mbak."
"Lah terus? Suruh tunggu aja bentar di ruang tunggu! Lagian kan nanggung juga. Jangan, jangan," Susi menyipitkan matanya dan menatap Lea dengan tatapan jahil.
"Jangan - jangan apa Mbak ? Gak usah aneh - aneh deh," ujar Lea dengan tatapan menyelidik.
"Ia... iya Mbak ngerti yang lagi falling in love mah beda. Udah gak sabaran mau ketemu si doi." goda Susi dengan penuh semangat yang membuat wajah Lea memerah bak kepiting rebus.
"Ishh gak ya. Lea gak enak aja biarin Bams nungguin lama." sahut Lea cepat tak ingin menjadi bahan tertawaan wanita itu.
"Bisa aja ngelesnya." Susi tertawa geli melihat wajah bosnya itu sudah merona.
Lea menekan angka - angka di layar ponselnya lalu menekan tombol warna hijau kemudian menempelkannya di telinga. Menunggunya sesaat hingga panggilan tersambung dan seseorang di sana menjawab panggilannya.
"Kamu buru - buru gak? Aku masih lama nih. Aku lagi perawatan soalnya."
"Nungguin kamu balas cintaku berbulan - bulan aja aku sabar, masa nunggu kamu beberapa jam aja gak bisa. Lagian kan kalau kamu makin cantik, aku jadi makin naksir sama kamu." Bams tersenyum simpul. Tanpa ia ketahui bahwa satu kalimat yang ia ucapkan telah berhasil membuat gadis di atas sana tersipu malu dengan dengan debaran jantung yang menggila. Sedangkan Susi hanya bisa geleng - geleng kepala melihat wajah bosnya merah merona bak kepiting rebus.
"Apa sih? Gak nyambung tau. Ya udah kalau mau nungguin, tunggu di cafe sebelah aja biar gak bosen! Ntar kalau udahan, aku samperin kamu deh."
***
Entah sudah untuk keberapa kalinya pria berdarah Betawi Sunda ini jatuh hati pada gadis manis di depannya ini. Gadis yang ia kenal beberapa tahun yang lalu itu semakin hari semakin menawan saja. Lihatlah sekarang ! Wanita yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna krem yang dipadukan dengan celana kulot yang berwarna biru itu terlihat begitu cantik dengan rambut yang dikuncir kuda. Paras cantiknya bersih tanpa ada polesan make up sedikit pun kecuali lipstik berwarna pink keunguan yang dipoles dibibirnya. Namun, meski tanpa polesan make up gadis itu masih tetap mampu memikat hatinya. Andai ia bisa, ingin rasanya saat ini juga menjadikan gadis itu menjadi miliknya. Namun, ia harus bersabar setidaknya untuk beberapa hari lagi.
"Mau langsung pulang atau mampir dulu ?" tanya Bams seraya menyodorkan helm berwarna merah.
"Pulang aja. Udah sore soalnya. Kamu tau kan gimana bawelnya Ayah sama Bang Jay kalau aku pulang telat ?" Lea memberenggut mengingat betapa posesifnya ayah dan juga saudara laki - lakinya itu. Sedari tadi kedua orang itu sudah bergantian menelpon untuk memintanya segera pulang.
"Ya...ya...okelah tuan puteri, silahkan naik ! Kereta siap meluncur." Bams menundukkan tubuhnya. Tangan kirinya diletakkan di belakang sedangkan tangan kanannya ia julurkan ke depan lalu digerakkan dari kiri ke kanan membentuk pose seorang pelayan yang sedang mempersilahkan majikannya.
"Ouhh manisnya, hati adek meleleh bang." Lea tersenyum lebar seraya menatap Bams penuh cinta.
"Udah ah, ayo keburu sore !" Lea mengenakan helmnya lalu bergegas naik ke atas motor.
"Le...kayaknya ada yang kurang deh." Bams yang sudah siap untuk mengemudikan sepeda motornya melirik wanita itu dari kaca spion seraya tersenyum nakal.
"Apaan ?" Lea membuka kaca helm yang menutupi wajahnya.
"Harusnya tuh gini." Bams mengambil kedua tangan Lea lalu meletakkannya di pinggangnya. Melingkarkannya dengan erat sehingga tubuh Lea bersandar di punggungnya. Hal yang sangat sederhana namun mampu menghasilkan getaran - getaran halus di dada keduanya.
"Si Bambang bisa ae modusnya. Bilang aja pengen dipeluk Bang." Ujar Lea dengan senyuman yang begitu manis.
"Tapi suka kan ?" Goda Bams yang membuat wajah Lea semakin merona.
Begitulah jika dua insan sedang dimabuk cinta. Hal - hal sederhana saja pun mampu membuat desiran - desiran hangat menelusup ke relung hatinya. Tak peduli jika kelak badai akan menguji rasa yang ada diantara keduanya.
Jangan lupa klik like, vote, dan berikan kritik dan saran ya teman - teman di kolom komentar !
🥀🥀🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments