Hukuman. 2

Sang surya semakin menunjukkan eksistensinya. Hawa yang semula sejuk perlahan mulai memanas bahkan panasnya mulai menusuk kulit. Siulan demi siulan para lelaki penikmat wajah - wajah cantik mengiringi kegiatan dua sahabat yang tengah menjalani hukuman yang mereka terima akibat mulut yang tak terkontrol. Suasana semakin panas dengan adanya mulut - mulut nyinyir para siswi yang tak sengaja melihat aksi kedua orang itu.

Lea dan Melani. Keduanya adalah orang yang menjadi bahan tontonan murid - murid SMA Bunga Bangsa. Kedua wanita yang sudah menjalin hubungan persahabatan bukan hanya dalam hitungan hari itu, tengah menjalani hukuman dari Bu Farah si guru sosiologi yang mereka juluki serigala akibat dari mulut yang terkontrol pagi tadi. Guru yang selain terkenal tegas juga unik dalam memberikan hukuman. Hukuman yang ia berikan selalu beda dari yang lain.

Hukuman yang ia berikan kepada murid - muridnya memang sederhana dan tidak berat tetapi sedikit nyeleneh. Seperti saat ini kedua wanita yang bersahabat sejak kecil itu harus menjalani hukuman menghitung berapa jumlah semut yang melintasi sebuah pohon ceri yang ada di taman sekolah sambil berjoget dangdut setiap kali seekor semut melintas di depan mereka. Susah sih tidak tapi malunya luar biasa. Apalagi hukuman itu harus dijalankan bertepatan dengan pelajaran berakhir yang artinya pasti banyak siswa yang akan melihat aksi mereka.

"Gara - gara kamu sih Mel!" Seru Lea dengan suara mirip cicitan. Ia begitu takut suaranya terdengar sampai ke telinga Bu Farah yang sedari tadi menatap keduanya nyalang.

"Eh kok lo nyalahin gue sih ? Lo tuh yang mulai duluan. Kan lo yang ngatain doi duluan." Sahut Melani tak santai sama sekali. Bahkan ia tak menyadari bahwa suaranya sampai meninggi. Ia tak terima sahabatnya itu menyalahkan dirinya karena menurutnya Lea lah yang tak dapat mengontrol mulutnya.

Ehem...

Suara deheman wanita yang sama sedari tadi menunjukkan taringnya itu mengintrupsi keduanya. Kedua sahabat itu langsung diam dan berpura - pura melanjutkan tugas yang sudah diperintahkan. Namun, itu hanya bertahan hanya beberapa menit saja karena setelah Bu Farah sudah mengalihkan pandangannya ke arah lain, dua gadis itu kembali berseteru.

"Kamu juga sih yang mancing - mancing, kan aku jadi keceplosan.'' ucap Lea memulai perdebatan.

"Eh, si norak udah tau salah gak mau ngaku lagi. Gara - gara lo nih gue jadi panas - panasan gini ! Lihat gara - gara mulut lo yang gak terkontrol itu kulit putih mulus gue jadi sasaran ! Habis ini lo harus tanggung jawab biayain perawatan kulit gue!"

Lea melirik sahabatnya itu dari ekor matanya lalu tersenyum sinis lalu berkata, "Itu sih maunya kamu. Lagian coba aja kamu gak ngajakin kabur kan kita gak bakal dihukum kayak gini ?"

"Siapa suruh lo mau?" balas Melani lagi.

"Lah kan kamu narik tanganku, ya aku ikut aja."

Apa yang dikatakan Lea memang benar adanya. Sesungguhnya ia tadinya sudah pasrah dengan nasibnya saat itu tapi melihat sahabatnya itu panik lalu menarik tangannya untuk berlari ia juga ikutan panik dan otomatis ikut berlari.

Tak ada yang mengalah diantara keduanya hingga seorang wanita paruh baya yang bernama Farah yang sedari tadi setia mengamati perdebatan kedua siswanya itu merasa geram dengan tingkah keduanya. Meski keduanya berdebat dengan volume yang sengaja dikecilkan tapi pendengaran Farah masih bisa menangkap isi perdebatan itu walau tidak sepenuhnya. Indra pendengarnya memang masih tajam meski usianya sudah tidak muda lagi.

" Stop!"

"Kalian itu ya, bukannya jalanin hukuman dengan benar malah berantem."

Bu Farah yang sudah merasa kesal akhirnya mulai mengeluarkan taringnya. Matanya yang bulat besar menyorot keduanya dengan tajam.Tatapan bak elang itu membuat nyali Lea dan Melani menjadi menciut sehingga keduanya tak berani menatap mata guru yang sudah memberikan mereka ilmu selama  hampir tiga tahun ini.

"Hitung lagi ! Sekali lagi ibu lihat kalian berantem, ibu akan tambahin hukuman kalian!" Ancam Farah dengan raut wajah yang dibuat segalak mungkin membuat kedua gadis itu menciut.

"Maaf Bu." ujar keduanya serempak tanpa berani menatap Farah.

"Tolong jangan tambahin hukuman kita Bu ! Ini aja kita udah gak kuat bu." ujar Melani dengan wajah yang dibuat semelas mungkin berharap gurunya itu berbelas kasihan kepada mereka. "Gak kuat malunya," tambah Lea dalam hati sambil tersenyum kecut.

Yo wes ben ndue bojo sing galak

Lea dan Melani menyanyikan lirik lagu yang berjudul "Bojo Galak" yang dipopulerkan oleh Via Valen sambil menggoyang - goyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Tak lupa ke dua jari jempol yang diangkat ke atas lalu digoyang - goyangkan. Kedua sahabat itu menyanyikan lirik itu dengan ogah - ogahan tapi sengaja memberi penekanan pada kata terakhir yaitu "galak" seraya melirik guru perempuan yang dikenal killer itu dengan harap - harap cemas. Takut kalau - kalau wanita paruh baya itu menyadari aksi mereka. Apa yang keduanya lakukan memang cenderung menantang maut dan benar saja wanita paruh baya itu ternyata menyadari aksi keduanya.

"Eh....eh kalian berdua ngatain Ibu galak?" tanya Farah ketika tak sengaja kedua bola matanya menangkap lirikan kedua muridnya itu. Wanita itu merasa tersinggung dan mulai berang.

"Hukuman kalian Ibu tambah."

Satu kalimat yang meluncur dari mulut wanita itu membuat kedua murid SMA Bunga Bangsa itu mendadak lemas. Hari yang sudah siang membuat perut keduanya sudah mulai membutuhkan asupan sesegera mungkin. Jika tidak bisa dipastikan sebentar lagi suara - suara aneh dari dalam perutnya itu pasti akan terdengar.

"Please deh Bu, jangan tambahin hukuman kita ! Ibu kan cantik, pintar baik hati lagi." Lea mencoba peruntungannya dengan meluncurkan rayuan mautnya yang meski hati kecilnya sedikit tidak ikhlas dengan kalimat yang diucapkannya.

"Udah gak usah modus kamu ! Gak bakal mempan. Habis ini kalian sapu tuh kantor guru sampai bersih ! Kalau belum selesai jangan harap kalian bisa pulang."

Hanya pasrah yang bisa dilakukan keduanya sekarang. Bu Farah memang patut diacungi jempol soal pendirian. Wanita itu tidak akan dengan mudah mengubah keputusan yang sudah diambilnya. Sekali A tetap A dan tak akan berubah menjadi B meski dengan rayuan maut sekali pun.

Hari sudah sore saat Lea tiba di rumah. Lelah dan letih serta badan yang terasa lengket membuatnya ingin buru - buru masuk ke dalam rumah.

"Baru pulang, Dek ?"

Suasana rumah yang selalu sepi membuatnya lupa kalau hari ini salah satu abangnya ada di rumah. Lea menoleh ke arah Jay yang sedang duduk di ruang tamu lalu berdehem. Gadis itu bahkan sudah terlalu malas untuk sekedar membuka mulutnya. Badannya rasanya hampir remuk karena hampir seumur hidupnya ia tidak pernah bekerja berat seperti itu. Sudah berjemur, menyapu kantor guru, di suruh ngepel lagi.

"Ya udah langsung mandi sana takut corona nempel di badan kamu !"

"Apa sih Bang gak jelas ? Corona tuh masih betah jalan - jalan di Wuhan belum niat berkunjung ke Indonesia kali." Lea memutar bola matanya malas.

"Ye ini anak dibilangin gak percaya. Makanya nonton berita sana ! Di Indonesia tuh udah ada beberapa yang kena."

"Ya...Ya terserahlah. Lea capek mau langsung mandi." Lea melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamarnya.

"Habis itu langsung makan Dek ! Abang gak mau kamu masuk rumah sakit."

Rasa lelah, lapar dan kantuk yang sudah menyerang gadis belia itu membuatnya tak berniat menjawab ocehan Jay dan memilih langsung melangkahkan kaki telanjangnya ke lantai dua tempat kamarnya berada.

***

Rasanya baru beberapa saat Lea berhasil memejamkan mata dan hampir saja terlelap, getaran dari benda berbentuk kotak yang terletak di samping bantal mengusiknya.

"Halo..." Dengan mata terpejam Lea menekan tombol berwarna hijau untuk menyambungkan panggilan lalu meletakkan benda kecil itu di atas telinganya. Ia sudah hapal letak tombol - tombol itu karena ponsel ini sudah menemaninya sejak lima tahun terakhir.

"Princes!" Kedua bola mata gadis cantik itu terbuka sempurna mendengar suara yang dari seseorang yang sangat dirindukannya. Kesadarannya langsung penuh begitu suara itu menyapa gendang telinganya. Ia bahkan sampai langsung duduk tegak saking terlalu antusias.

"Ayah!!!"

Tanpa ia sadari Lea berteriak kegirangan. Senyum terbit di wajah cantiknya membuat wajahnya terlihat cerah.

"Ayah kok gak pulang - pulang sih ? Lea kangen tau." Gadis itu memberondong ayahnya begitu saja. Tetap dengan nada manja khas dirinya.

"Maaf ya princes. Ayah kemarin masih ada kerjaan tapi tenang aja ini Ayah sudah mau pulang, princesnya Ayah mau dibawain oleh - oleh apa?" Pria itu bertanya dengan lembut. Tanpa Lea ketahui ayahnya itu sudah tersenyum lebar mendengar nada bicara puterinya yang selalu manja. Membuat pria itu semakin merindukan puterinya itu dan ingin segera tiba di rumah.

"Lea gak butuh oleh - oleh Ayah. Lea cuman minta Ayah cepat pulang," ucap gadis itu lirih yang otomatis membuat Robet begitu sedih mendengarnya. Ia sebenarnya tak ingin seperti ini tapi kondisi memaksanya.

"Ya udah kalau gitu sampai ketemu di rumah princesnya Ayah. Jangan tidur lagi ini sudah hampir maghrib!" Meski mereka tidak bertatap muka secara langsung pria itu mengetahui bahwa anak gadisnya itu tadinya pasti sedang tertidur saat ia telepon. Hal itu terdengar dari suaranya yang sedikit serak cenderung berat khas orang baru bangun tidur.

"Ia, Yah." Tak sadar Lea menganggukkan kepalanya.

"Bye Ayah, sampai ketemu di rumah. Hati - hati di jalan ya!"

Setelah mengakhiri panggilan, dengan semangat empat lima Lea turun dari ranjang dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agat terlihat lebih segar. Dara kelahiran Jakarta 16 tahun yang silam selalu bersemangat jika mendengar ayahnya akan pulang ke rumah. Itu artinya ia tidak lagi kesepian dan yang terpenting ia bisa bermanja ria dengan ayahnya itu.

Sejak kecil ia memang sangat dekat dengan ayahnya. Lea juga suka menghabiskan waktu berdua dengan ayahnya entah itu hanya sekedar bermain bulu tangkis, nonton bioskop atau makan di warung bebek favorit mereka berdua. Kesibukan ayahnya belakangan ini membuatnya merindukan saat - saat berdua dengan ayahnya.

"Girang amat, Dek ?" Jay menatap adik perempuannya itu dengan tatapan menyelidik. Ia sungguh penasaran apa yang membuat mood adiknya tiba - tiba bagus padahal pada saat pulang sekolah tadi roman mukanya begitu tidak bersahabat.

"Pasti habis telpon - telponan sama gebetan kan ?" Jay menaik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum menggoda. Apalagi yang bisa membuat seorang gadis tersenyum ceria seperti itu kalau bukan mendapatkan telepon dari kekasih atau gebetan.

"Apa sih?" Lea memutar bola matanya malas. Ia mendaratkan tubuhnya di sofa untuk turut menyaksikan siaran televisi yang menayangkan talk show yang dipandu komedian berdarah Sunda yang telah lebih dahulu ditonton oleh Jay.

"Kalau gak, pasti habis ditembak." Jay masih tidak mau menyerah. Ia sampai memutar kepalanya agar bisa melihat raut wajah adiknya itu.

"Mati dong." jawab Lea santai sambil mencomot kacang kulit yang ada di dalam toples.

"Jiaah si norak bisa ae. Garing!" Jay mendengus melirik Lea dengan kesal

"Ayah bentar lagi pulang lho, Bang." Lea begitu bersemangat membagi informasi yang baru saja ia peroleh dengan harapan sang kakak juga menunjukkan reaksi yang sama. Senang dan antusias. Namun,

"Oh..."

Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Jay dengan tampang datarnya. Melihat hal itu Lea melongo. Menatap Jay.

"Iihhh si bambang oh doang." Lea mencebikkan bibirnya.

"Trus Abang harus bilang wow gitu ? Kayak mau ketemu artis idola aja." Jay mendelik melihat raut wajah Lea yang tak bersahabat.

"Issh nyebelin." Lea melemparkan kulit kacang yang berhasil mengenai kepala Jay.

"Norak... Awas lo ya !" Jay balas melempar setumpuk kulit kacang yang ada di atas meja.

Begitulah dua kakak beradik itu jika sudah bertemu tak akan pernah lepas dari adu mulut dan juga adu kejahilan tapi meski pun begitu keduanya saling menyayangi satu sama lain.

Jangan lupa klik like, vote dan komen ya teman - teman !

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!