Lupus Akhir Sebuah Kisah

Lupus Akhir Sebuah Kisah

Leanora

Gadis berparas cantik itu bernama  Leanora Juniati Yusuf. Orang - orang biasa memanggilnya Lea. Tidak ada yang spesial dari hidupnya. Gadis berambut panjang sepinggang itu hanya gadis sederhana yang bersekolah di salah satu sekolah menengah atas di daerah Jakarta Barat. Lea merupakan putri bungsu dari empat bersaudara yang lahir dari hasil pernikahan pasangan Robet Yusuf dan Ana Maria.

Lea juga tidak berasal dari keluarga kaya raya yang mempunyai segudang harta, mulai dari rumah mewah dengan fasilitas minimarket dan kolam renang di dalamnya, hingga deretan mobil mewah yang terpajang di garasi. Ya, meskipun kehidupannya juga bisa dikatakan lebih dari cukup jika dibandingkan dengan tetangga - tetangga yang tinggal di komplek perumahan yang sama yaitu komplek Garuda.

Rumah yang ia dan keluarganya tempati juga tidak bisa dikategorikan sederhana walaupun terletak di komplek yang jauh dari katagori komplek elit ala pengusaha kelas atas. Rumah lantai dua itu terlihat begitu mencolok diantara rumah - rumah yang ada di sekitarnya. Selain berukuran cukup besar serta halamannya yang luas, interior rumah itu juga terlihat begitu mewah dengan desain klasik yang elegan.

Robet Yusuf, ayah Lea memang seorang owner sebuah perusahaan tetapi hanya perusahaan kecil. Ayahnya memiliki sebuah perusahaan penerbitan yang bernama Cipta Kasih Media. Perusahaan kecil yang telah berhasil menerbitkan buku - buku yang banyak dicari dan diminati oleh orang - orang yang gemar membaca. Ana Maria ibunya bukan seorang politikus atau artis papan atas dengan gaji selangit. Ana Maria hanya ibu rumah tangga biasa yang menyalurkan keahliannya dengan membuka sebuah salon yang diberi nama Leanor Salon. Sebuah nama yang diambil dari nama puteri bungsunya.

Terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu - satunya dengan jarak usia yang begitu jauh dengan ketiga saudaranya membuat Lea dicurahkan begitu banyak kasih sayang. Bukan hanya dari ayah dan ibunya tapi juga dari ketiga saudaranya yang semuanya adalah laki - laki. Meski usianya sudah belasan tahun, gadis itu masih diperlakukan seperti seorang bocah kecil oleh kedua orangtuanya dan juga ketiga saudara laki - lakinya yang membuatnya tumbuh menjadi gadis manja. Namun, kejadian tragis yang terjadi siang itu merubah segalanya. Kehidupan indah seorang Leanora berubah seratus delapan puluh derajat.

Siang itu seperti biasa Lea menemani wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu mengunjungi sebuah rumah singgah yang letaknya berada di sudut kota. Rumah singgah yang didirikan oleh Robet dan Ana bertahun  - tahun silam bahkan jauh sebelum Lea lahir ke dunia. Kedua orangtua gadis itu mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Keduanya  mempunyai niat mulia untuk menampung anak - anak terlantar  untuk dididik dan diberi keterampilan sebelum mereka dilepas untuk hidup mandiri.

"Oke anak - anak Bunda, sampai ketemu minggu depan." Suara lembut Ana menutup kegiatan yang dilakukan setiap seminggu sekali. Apalagi kalau bukan mengajar anak - anak putus sekolah yang tergabung dalam rumah singgah Harapan Kita. Banyak hal yang diajarkan ibunya di rumah singgah itu. Dimulai dari belajar membaca dan menulis hingga mengajari anak perempuan yang berusia remaja ke atas keahlian yang berhubungan dengan kecantikan.

Lea begitu bangga pada sosok wanita yang telah berjuang melahirkannya ke dunia itu. Sosoknya yang lembut, bersahaja serta peduli pada orang lain membuatnya begitu mengagumi ibunya itu. Ia berharap suatu saat ia bisa seperti wanita itu. Ana selalu mengajarkan Lea untuk selalu berbagi dan peduli pada orang di sekitar."Jika kamu tak punya uang maka berbagilah dengan tenaga, waktu bahkan ilmumu." Kalimat itu selalu Ana tanamkan kepada Lea dan juga ketiga anaknya yang lain.

Dengan penuh sukacita Lea dan Ana melangkahkan kakinya keluar dari rumah sederhana itu menuju mobil yang diparkir di depan gang. Ana memang terpaksa memarkir mobil di depan gang karena lokasi rumah singgah berada di gang sempit yang tidak bisa dilalui oleh mobil.

"Mau mampir dulu atau langsung pulang ?" tanya Ana kepada Lea sesaat setelah keduanya duduk dengan posisi sempurna di dalam mobil.

"Ke toko buku bentar ya, Bun. Ada buku yang mau Adek beli." jawab Lea seraya mengenakan seat belt.

"Novel lagi kan ?"

Lea mengangguk lalu tersenyum kecil. Ana memang ibu terbaik yang begitu mengerti akan apa yang dipikirkan anaknya. Terkadang Lea merasa bahwa ibunya itu punya kemampuan membaca pikiran orang lain karena tak jarang Ana berhasil menebak apa yang ia pikirkan.

Membaca novel memang salah satu hobi Lea. Jadi jangan heran jika gadis dengan kulit sawo matang itu betah menghabiskan waktu berjam - jam untuk membaca cerita yang kebanyakan merupakan cerita fiksi. Novel - novel dengan genre romance, sience finction hingga misteri adalah jenis - jenis novel kesukaannya. Saking sukanya dengan dunia penulisan ini itu Lea bermimpi suatu saat ia tidak hanya sebagai penikmat karya tulis orang lain melainkan sebagai penulis dengan karya best seller yang banyak dicari oleh para pembaca. Dalam hal ini tentunya Lea ingin berusaha sendiri tanpa meminta bantuan ayahnya yang memang bekerja di bidang penerbitan. Ia ingin orang lain mengenalnya karena karyanya memang bagus bukan karena bantuan orangtuanya.

Hampir tiap bulan Lea menyambangi toko buku hanya untuk berburu berbagai novel terutama yang bergenre misteri. Tentunya novel yang ia beli bukan dari penerbit ayahnya karena jika hasil terbitan perusahaan ayahnya gadis itu tidak perlu membeli karena setiap ada novel baru ayahnya itu pasti menyisihkan satu untuknya. Dari sekian banyak penulis yang begitu ia kagumi, Agatha Cristie adalah penulis favoritnya. Lea punya mimpi suatu saat bisa menjadi penulis besar seperti beliau. Di tengah keterbatasannya, Agatha Cristie mampu melahirkan karya - karya luar biasa. Cara penyampaiannya juga dengan bahasa sederhana  tapi mampu menguras emosi. Ending cerita yang tak bisa ditebak membuat gadis penyuka biskuit itu  selalu suka dengan karya - karya beliau.

Tak pernah terlintas di benaknya bahwa hari itu menjadi hari terakhir kebersamaannya dengan ibunya. Ia juga tak pernah membayangkan suatu hari ia akan menyaksikan kejadian tragis yang menimbulkan trauma yang begitu mendalam. Kejadian yang menjadi awal dari semua kehancuran dalam hidupnya

Baru dua puluh menit Lea dan Ana meninggalkan rumah singgah dan kini sedang dalam perjalanan menuju toko buku yang ada di salah satu mall di kotanya.

"Ya elah lampu merah, Bun."

Tubuh gadis itu merosot lemas. Lea sedikit kecewa karena lampu lalu lintas itu dengan cepatnya berganti warna. Bukannya ia tidak mau menaati rambu lalu lintas. Hanya saja lampu lalu lintas di daerah ini agak sedikit menyebalkan. Lampu merahnya bisa sampai tiga menit sementara lampu hijaunya hanya hitungan detik. Menyebalkan bukan ?

"Memangnya kenapa sih Dek kalau lampu merah ?" Ana melirik Lea yang sedang memberenggut kesal dengan bola mata yang fokus menatap angka - angka yang tertera dalam kotak yang berada di atas rambu lalu lintas.

"Lama Bun." Lea terlihat lucu dengan bibirnya yang mengerucut.

"Oh astaga, anak Bunda udah gak sabaran toh." Wanita yang tetap cantik meski sudah memiliki empat anak itu tertawa kecil melihat ekspresi anak bungsunya itu. Satu tangannya terulur mengelus puncak kepala sang putri dengan penuh kasih sayang.

"Bun, hujan - hujan gini enaknya..."

"Ngebakso." Lea dan Ana serempak tertawa mendengar jawaban keduanya yang begitu kompak.

"Oke deh, kalo gitu kita mampir dulu di bakso kumis, habis itu baru ke mall. "

"Setuju Bun. Bunda memang yang terbaik." Lea tersenyum lebar sambil mengacungkan jari jempolnya ke atas tanda setuju dengan apa yang disarankan oleh Ana.

Lea begitu bersemangat ketika dari jauh warung bakso kumis langganan keluarganya sudah terlihat. Sepertinya hari ini si Pak Yono yang lebih dikenal dengan pak kumis karena kumisnya yang begitu tebal, kedatangan pelanggan yang begitu banyak. Parkiran penuh terisi bahkan sampai ke bahu jalan sehingga bunda harus memarkir mobil agak jauh dari area warung bakso.

"Turun duluan aja Dek ! Bunda mau nelpon si Ayu dulu."

Lea menganggukkan kepalanya cepat lalu bergegas mengambil payung yang ada di belakang kursi karena hujan masih setia membasahi bumi. Ayu adalah tangan kanan Ana di salon. Wanita itu sudah hampir sepuluh tahun bekerja dengan Ana di Leanor salon. Sosoknya yang ramah, ulet dan jujur membuat Ana begitu menyukai wanita itu sehingga mengangkat wanita itu sebagai tangan kanannya.

Setelah terdengar tanda klik tanda pintu sudah tidak dikunci lagi, Lea membuka pintu  yang ada di sebelah kirinya. Membuka payung berwarna merah di tangannya lalu turun dengan perlahan agar hujan tak membasahi tubuh mungilnya. Namun, hujan yang begitu deras disertai angin kencang membuat tubuhnya  tetap kecipratan hujan sehingga menimbulkan bercak - bercak di bagian bawah celana jeans yang ia kenakan.

Sepuluh menit berlalu, Ana juga tak kunjung keluar dari mobil. Lea yang menunggu di depan salah satu toko alat - alat tulis itu mulai tak sabaran dan sedikit resah. Perut yang sudah mulai keroncongan ditambah lagi aroma bakso yang sepertinya sudah menari - nari di otaknya membuatnya memutuskan untuk menghampiri Ana di dalam mobil. Memastikan wanita yang begitu ia hormati itu dalam keadaan baik - baik saja.

Brakkk.....

Untuk beberapa saat otaknya tak mampu mencerna apa yang telah terjadi. Otaknya sepertinya tidak  bekerja dengan baik sehingga ia tak mampu mencerna semuanya dengan cepat. Tubuhnya terasa kaku untuk beberapa saat sehingga ia tak mampu melanjutkan langkahnya.

"Bunda!!!"

Lea menjerit histeris sesaat setelah kesadarannya kembali. Kedua bola matanya hampir meloncat keluar, dadanya terasa sesak menyaksikan sebuah pohon besar yang ada di depan mobil mereka terparkir tumbang begitu saja dan kini sudah berada tepat di atas mobil. Dunia rasanya runtuh saat itu juga. Bahkan untuk berdiri tegak saja kakinya sudah tidak sanggung. Lemas dan gemetar itu yang  ia rasakan saat itu tapi ia mencoba untuk bertahan. Ada orang yang begitu berharga di hidupnya terjebak di dalam sana dan membutuhkan pertolongan. Nyawa ibunyalah yang saat ini sedang dipertaruhkan jadi sungguh egoislah ia jika harus menyerah saat itu juga.

"Tolong ! Tolong ! Bunda saya ada di dalam!"

Lea hanya bisa berteriak panik seraya berlari secepat kilat menuju mobil Ana meski kakinya rasanya berat untuk melangkah. Gadis itu berusaha berteriak sekencang mungkin dengan air mata yang berlinang dan tubuh yang basah kuyup oleh air hujan karena payung itu entah di mana sekarang rimbanya, meminta pertolongan dan belas kasihan warga yang ada di sekitarnya.

Bunyi dentuman yang begitu keras akibat gesekan pohon dan bagian atas mobil, ditambah lagi suara teriakan Lea yang begitu nyaring ternyata mengundang begitu banyak orang. Dalam waktu singkat orang mulai berkumpul. Ada yang hanya menjadi penonton yang sibuk berteriak. Ada juga yang sibuk mengabadikan momen itu melalui kamera ponselnya seakan itu adalah kejadian langka yang harus diabadikan. Namun, tak sedikit juga bergegas menolong. Beberapa pria berlari menghampiri mobil avanza yang sudah ringsek itu untuk segera menyelamatkan Ana sedangkan beberapa wanita yang kebetulan juga ada di sana berusaha menenangkan Lea.

Lea tak pernah menyangka bahwa hujan dan angin yang begitu kencang hari ini membawa malapetaka bagi ibunya. Ana yang saat itu belum sempat keluar harus terjebak di dalam mobil. Belum lagi terjadi benturan keras di bagian kepala mobil karena pohon tumbang tepat di bagian depan mobil. Betapa hancurnya gadis itu saat pertama kali pintu mobil terbuka penampakan Ana yang bergelimang darah dengan kepala tertunduk di strir mobillah yang terlihat.

"Tolong selamatkan Bunda saya Pak !"

Lea berteriak penuh permohonan pada beberapa orang pria yang sudah berhasil mengeluarkan Ana dari dalam mobil. Air matanya sudah menganak sungai membanjiri paras cantiknya terutama setelah Ana berhasil dikeluarkan dari dalam mobil dengan perjuangan yang begitu besar. Lea begitu syok melihat kondisi ibunya yang tidak sadarkan diri dan penuh dengan darah terutama bagian kepalanya.

"Tenang ya, Dek ! Kita akan bawa Bundamu ke rumah sakit. Doakan supaya Bundamu baik - baik saja !" Seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai tukang parkir di daerah itu berusaha menenangkan Lea yang tak berhenti menangis bahkan saat Ana sudah dimasukkan ke dalam salah satu mobil warga.

"Bagaimana mungkin saya bisa tenang melihat orang yang begitu kucintai tidak dalam keadaan baik - baik saja Pak ?" Gadis itu hanya bisa menggerutu dalam hati karena tak mungkin ia bersikap tidak sopan di hadapan orang yang sudah mau berbaik hati menolongnya.

Pandangan Lea tak pernah lepas dari wajah pucat Ana sejak ia dikeluarkan dari dalam mobil hingga dipindahkan ke dalam salah satu mobil seorang warga yang dengan sukarela mau mengantarkan mereka ke rumah sakit. Entah siapa namanya ia pun tak peduli. Satu hal yang ia pedulikan saat ini adalah ibunya harus segera ditangani. Lea hanya bisa berdoa semoga Tuhan akan membalas semua kebaikan orang - orang yang telah membantunya dan Ana hari ini.

"Bunda harus bertahan !"

Tak henti - henti Lea membisikkan kalimat - kalimat penyemangat di telinga Ana seraya menggenggam erat kedua tangan wanita itu yang seakan tak mempunyai tenaga sama sekali. "

"Tuhan... Tolong jangan ambil Bundaku !"

Doa yang selalu gadis itu ucapkan di sela - sela doa yang diajarkan dalam agamanya. Ia sungguh tak tahu apa yang terjadi padanya kelak jika ibunya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Lea tak siap dan tak akan pernah siap.

Dengan sekuat tenaga Lea mencoba menenangkan dirinya. Memberikan sugesti positif pada diri sendiri bahwa semua akan baik - baik saja. Meski ia akui ketakutannya cukup besar melihat kondisi ibunya yang jauh dari kata baik - baik saja. Kondisi ibunya semakin lama semakin terlihat lemah bahkan kesadarnya sudah hilang sejak ditemukan di dalam mobil. Hembusan yang keluar dari lubang hidung ibunya serta denyut nadi yang masih berdetak meskipun cukup lemah memberi sedikit ketenangan bagi Lea.

Waktu serasa berjalan lambat. Lea merasa mobil yang membawa mereka ke rumah sakit begitu berjalan lambat. Belum lagi kemacetan yang begitu mengular akibat hujan deras turun di ibukota. Seandainya ia bisa meminjam kantong ajaib milik Doraemon, Lea pasti akan meminjam pintu kemana saja, agar bisa segera membawa ibunya ke rumah sakit tanpa butuh waktu lama. Sayangnya ini adalah dunia nyata bukan dunia khayalan.

Lea tak tahu berapa menit yang mereka habiskan untuk menempuh perjalanan ke rumah sakit saat itu, yang jelas ia begitu lega saat mobil itu sudah tiba di depan rumah sakit. Itu artinya ibunya akan segera mendapat pertolongan. Beberapa perawat dengan cekatan menurunkan Ana dari mobil. Meletakannya di bankar lalu bergegas mendorongnya ke ruang gawat darurat untuk diberi pertolongan pertama.

"Ayah..." Lea berlari menuju pria yang sedang berjalan ke ruang gawat darurat tempatnya berdiri sekarang. Ya...di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lea menyempatkan diri untuk mengabari ayahnya tentang apa yang baru saja mereka alami. Sepertinya ayah empat anak itu segera berangkat dari kantor setelah mendapat kabar itu mengingat kedatangan Robet yang tak lama setelah anak dan istrinya tiba di rumah sakit.

"Ayah, Bunda pasti selamat kan ?" tanya Lea dengan suara yang terdengar begitu lirih. Bahkan tak lama kemudian terdengar suara Isak tangis dari mulutnya.

"Berdoa Dek ! Tak ada yang mustahil bagi - Nya." Robet merengkuh tubuh puteri bungsunya itu ke dalam dekapannya. Berusaha menyalurkan ketenangan meski sejujurnya ia juga merasakan kecemasan yang teramat besar. Hal itu terlihat dari beberapa kali pria itu menghembuskan nafas berat.

Semua harapan dipaksa berakhir saat satu kata terucap dari seorang dokter yang baru saja keluar dari unit gawat darurat. "Maaf." Bumi tempat Lea berpijak seakan runtuh saat itu juga. Tubuhnya yang basah kuyup dibasahi air hujan seketika semakin lemas dan matanya mulai berkunang - kunang. Jantungnya serasa ditusuk sembilu. Perih. Harapannya hancur seketika.

Lea tahu betul arti dari kata maaf dan sorot mata penuh penyesalan dari dokter yang bernama Banu itu. Pendarahan yang begitu hebat ditambah lagi serangan jantung yang sepertinya menyerang Ana sebelum peristiwa naas itu terjadi,memperburuk keadaan Ana hingga ajal itu pun akhirnya datang menjemput. Akhirnya Lea tahu ternyata alasan ibunya tak kunjung keluar dari mobil adalah karena beliau terkena serangan jantung. Penyakit yang belum pernah masuk dalam riwayat penyakit ibunya sebelumnya. Penyakit yang baru mereka ketahui menyerang Ana dari dokter yang menanganinya barusan. Andai pada saat itu ia peka akan keterlambatan ibunya keluar dari mobil mungkin ibunya masih bisa diselamatkan, tapi nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa dirubah karena ini sudah ketentuan dari Yang Maha Kuasa

"Selamat jalan Bunda. Kembalilah kepangkuan Bapa di surga ! Tunggu Lea di sana ya ! Suatu saat kita akan berkumpul kembali di sana." Beberapa kalimat yang sempat ia ucapkan sebelum semuanya menjadi gelap.

Jangan lupa klik like dan vote ya teman - teman !

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Titis Wulaningtias

Titis Wulaningtias

LUpUs itu emang ga bisa sembuh tapi ga selama nya orang yg sakit LUpUs itu berakhir dengan kematian jika dia rutin kontrol dan minum obat dan menjaga kondisi tubuh dan kejiwaan nya,,, Maaf kok aq ga setuju dengan judul nya jadi malah takut membaca nya karna disini Aq berjuang menjaga kesehatan anak ku yg sakit LUpUs dan Alhamdulillah sampe saat ini Anak ku tetep sehat dan baek2 saja,,, Aq seneng membaca Novel karya anak bangsa cuman tumben kok begitu membaca judul Novel mu Aq menangis,,, Maaf ya Thor

2020-12-10

0

~khal Namakaeha~

~khal Namakaeha~

penasaran sama ceritanya bikin aku mampir yach thor .. jadi inget teman aku yang sakit lupus dan hiv 😭 dua penyakit yang sangat bertentangan 😭

2020-12-09

1

smithswift

smithswift

hai thor👋
like meluncur untukmu😉

yuk kak mampir juga keceritaku
"sesakit inikah mencintaimu"
langsung klik profil aja
terima kasih🤗

2020-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!