Pengakuan

Sudah hampir dua bulan lebih suasana Sekolah Bunga Bangsa selalu heboh dengan salah satu berita yang sangat booming belakangan ini. Apalagi kalau bukan berita tentang Virus yang lagi ngetrend saat ini yaitu Covid 19 atau yang lebih dikenal dengan corona. Virus yang berasal dari negeri Cina itu menyebar begitu cepat dan telah menelan korban yang tidak sedikit. Hebatnya lagi virus itu menimbulkan reaksi beragam dari para masyarakat di berbagai belahan dunia salah satunya kecemasan dan ketakutan kalau - kalau virus itu menyebar hingga sampai di daerahnya.

Virus corona yang mempunyai gejala klinis mirip seperti flu itu diantaranya demam, batuk, sesak napas serta sakit tenggorokan itu menjadi topik panas baik di rumah, kantor, bahkan di dunia maya. Tak terkecuali seluruh penghuni SMA Bunga Bangsa.

"Helo everybody. Bagi yang mau beli masker bisa pesan di gue ya ! Harga miring kualitas terjamin."

Siapa pun tahu orang yang menawarkan masker penutup mulut itu adalah si Dodi. Pria bertubuh tambun dengan bakat dagang yang tak diragukan lagi yang diturunkan oleh ayahnya yang berdarah Minang. Pria itu memang sudah menggeluti bisnis online sejak lama. Barang yang dia perdagangkan mulai dari pakaian wanita hingga alat - alat kosmetik.

"Jual berapa lo ?" tanya Rania si cewek yang tak pernah mau kalah dengan pria tambun itu kalau dalam hal tawar menawar harga. Rania adalah tipikal perempuan calon ibu - ibu yang akan menggunakan kemampuan tawar menawarnya hingga titik darah penghabisan.

"Cincailah. Lo mau beli berapa emang ?"

"Sekotak."

"Seratus lima puluh ribu."

"Apa ?" Bukan hanya Rania yang menjawab tetapi juga seisi kelas yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi kedua orang itu termasuk Lea.

"Gila lo ya. Harga biasa aja gak nyampe lima puluh ribu. Kesempatan banget lo ya ngambil untung." seru Rania dengan lantang. Dodi adalah satu dari sekian banyak orang di luaran sana yang memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin dari kepanikan warga yang mulai beramai - ramai mengenakan masker.

"Namanya juga dagang. Modal sekecil - kecilnya untung sebesar - besarnya," jawab Dodi dengan entengnya. Bagi pria itu tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan karena baginya semakin banyak permintaan akan barang maka ia harus semakin jual mahal demi keuntungan apalagi barang yang sedang ia perdagangkan itu termasuk barang langka.

Dodi begitu pintar memanfaatkan peluang. Sedari awal mulai tersebarnya informasi mengenai virus corona yang membuat pemerintah Indonesia sempat menghentikan penerbangan dari dan menuju daerah asal virus tersebut.

Sebagai seorang pedagang ia sudah mulai mengamati apa kira - kira yang dibutuhkan pasar apabila virus itu semakin merebak. Dan tebakannya benar masker sebagai salah satu barang yang sudah ia beli jauh - jauh hari dalam jumlah banyak dengan harga yang masih standar kini sudah menghasilkan pundi - pundi uang yang berkali - kali lipat.

"Eh Lea gimana salon lo ? Dengan situasi gini ngaruh gak ?"

Lea yang sedari tadi hanya geleng - geleng kepala melihat Dodi mengalihkan perhatiannya pada pria yang dibalut jaket berwarna coklat itu.

"Ya gitulah Bams."

Lea menjawab seadanya. Gadis itu melirik pria itu sekilas lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada kumpulan teman - teman sekelasnya. Pikirannya masih terfokus pada pembicaraan teman - temannya. Ada yang sibuk bercerita tentang film Korea yang mereka tonton, ada yang membicarakan gebetannya, bahkan ada juga yang sibuk membicarakan beberapa peraturan yang tiba - tiba dibuat pihak sekolah untuk menyikapi tentang permasalahan virus corona ini. Salah satunya mewajibkan semua siswa, guru maupun karyawan, melaporkan kepada pihak sekolah apabila hendak bepergian keluar negeri atau melaporkan jika ada salah satu anggota keluarga yang baru pulang dari negara yang menjadi daerah endemi virus ini.

"Gitu gimana ?"

"Eh," Lea terkejut. Ia tidak tahu entah sejak kapan pria itu menarik kursinya untuk duduk di sampingnya. Jarak yang begitu dekat membuatnya merasakan hembusan nafas pria itu menerpa wajahnya sehingga membuatnya sedikit salah tingkah.

"Kapan ?"

Lea menggeser kursinya sedikit untuk memberikan jarak diantara mereka. Bukan karena tidak suka. Hanya saja ia sedang berusaha menjaga agar detak jantungnya yang kini bertalu - talu sampai terdengar oleh pria itu. Di samping itu ia harus tetap menjaga kesehatan jantungnya agar tidak terlalu berpacu dengan cepat terlalu sering jika tidak ingin mati muda.

"Sejak dua menit yang lalu. Kamu sih diajak ngomong malah ngeliatin orang lain." Bams mendengus lalu menatap Lea dengan lekat.

"Eh, maaf ya. Aku gak ada niat untuk cuekin kamu." Lea merasa sedikit bersalah karena tak sengaja membuat pria itu merasa diabaikan.

"Apa topik mereka lebih seru dari aku ?"

Lea paham betul jika Bams sudah mengubah tata bahasanya menjadi lebih sopan seperti aku kamu. Itu artinya pria itu sedang menunjukkan bahwa sedang bukan dalam mode hanya sebatas teman sekelas.

"Eh bukan. Itu...itu, salon aman - aman aja kok."

Lea sedikit tergagap kala bola mata hitam legam itu menatapnya dengan lebih intens. Selalu begitu, Lea pasti  menjadi salah tingkah saat Bams menatapnya dengan tatapan yang bagi siapa pun yang melihatnya dapat menyadari ada binar cinta di dalamnya.

"Oh syukurlah."

Sesuatu dalam tubuhnya bergejolak kala Bams mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat lagi dengan Lea.

Gadis cantik itu sampai menahan nafasnya ketika dengan lihai tangan itu mengambil beberapa helai rambutnya yang menjuntai ke depan lalu memyelipkannya ke belakang telinganya. Sederhana memang tapi mampu membuat genderang bertabuh di dalam dadanya.

"Menyebar ! Menyebar ! Ada corona menyebar !"

Entah dari mana makhluk tak kasat mata yang bernama Melani itu datang dan mengganggu suasana romantis yang baru saja tercipta. Ingin rasanya Lea menenggelamkan makhluk yang merupakan sahabatnya itu ke segitiga bermuda.

"Apa sih gak jelas tau gak ? Ganggu aja!"

Bukan Lea yang berbicara. Ya...itu adalah Bams. Sepertinya pria tersebut merasakan hal yang sama dengan Lea. Apalagi kalau bukan perasaan kesal.

"Eh Pak, pacaran aja lo. Belajar ! Belajar ! bentar lagi UNBK."  Ujar Melani dengan gaya sok bijaknya itu membuat Lea ingin muntah saja rasanya.

"Huuuuu. Sok yes lo, Mel. Kayak lo pernah belajar aja!" teriak anak - anak yang lain yang sepertinya turut melihat apa yang terjadi. Satu kelas itu juga tahu bagaimana kelakuan gadis itu yang selalu mengandalkan contekan kala ulangan.

"Jomblo sih." Bams mencibir.

"Eh Bambang kayak Lo punya pacar aja. Status digantung kayak jemuran aja lo banggakan," ujar Melani tak kalah pedas.

Pengumuman buat seluruh siswa kelas XII untuk segera berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pengarahan simulasi UNBK.

Lea menghembuskan nafas lega. Baru kali ini ia merasa begitu senang mendengar suara Bu Farah si guru galak itu terdengar dari pengeras suara sekolah. Sepertinya setelah ini Lea harus mencium tangan wanita berambut kriting itu untuk mengucapkan terimakasih telah menyelamatkannya dari situasi yang mulai tidak menyenangkan. Gadis berparas ayu itu sangat yakin hanya beberapa detik terlambat akan terjadi perang mulut antara Melani dan Bams seperti yang selalu mereka lakukan.

Lea sungguh tidak suka jika ada yang membahas statusnya dengan Bams, karena hal itu justru mengingatkannya akan rasa bersalah telah menggantungkan perasaan pria itu.

Lea tidak suka melihat sorot mata itu berubah redup kala orang - orang mengingatkan Bams tentang hubungan mereka yang tak jelas apa namanya. Pacar bukan tapi untuk kategori sebatas teman juga bukan sebab apa yang keduanya jalani tak selayaknya teman biasa.

Sejak pengakuan cinta Bams yang fenomenal itu urusan asmara keduanya menjadi bahan perbincangan anak - anak Bunga Bangsa.

Bagaimana mungkin tidak fenomenal dan menjadi bahan pembicaraan di seantero sekolah ? Bahkan hingga beberapa bulan belakangan ini hal itu menjadi bahan pembicaraan anak - anak Bunga Bangsa karena caranya memang sedikit ekstrim. Pria yang terlahir dari keluarga berkecimpung di dunia kesehatan itu berani - beraninya menjadikan pelajaran Bahasa Indonesia yang sedang berlangsung menjadi ajang pengungkapan cinta.

Masih hangat diingatannya kejadian beberapa bulan silam. Kejadian yang terjadi pada saat Pak Rahmat memberikan sebuah tugas membuat sebuah puisi yang bertemakan romansa dalam waktu sepuluh menit. Dan Lea tak pernah menyangka jika ia dijadikan sumber inspirasi oleh pria bernama lengkap Baim Samuel Riharja. Dan sejak saat itu kehidupan percintaannya telah menjadi konsumsi warga SMU Bunga Bangsa.

Sinarmu memang tak secerah mentari

Parasmu juga tak seindah bidadari

Body mu juga tak sebagus model - model papan atas.

"Idih apa - apaan si Bambang kok jelas gitu ?" Seisi kelas sudah mulai menggunjingkan puisi yang dibuat Bams yang memang sedikit nyeleneh.

Tapi entah mengapa dan entah apa yang membuatku begitu tergila - gila padamu

Jatuh sejatuh - jatuhnya hingga rasanya aku tak mampu bangkit dari perasaan ini.

Leanora Juniati Jusuf

Nama yang indah

Yang setiap mengucapkannya jantungku berdetak dengan kencang

Lea tak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu. Semua mata kini menyorot pada dara manis itu tak terkecuali Pak Rahmat selaku guru yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia. Pria yang masih berstatus lajang sampai terkekeh geli melihat kelakuan salah satu muridnya yang menurutnya punya nyali besar.

Leanora ....

Nama yang selalu kusebut dalam doaku

Semoga Tuhan menuliskan namamu dalam takdir hidupku.

Andai kamu tahu Bams bahwa aku juga merasakan dan mengharapkan hal yang sama denganmu jawab Lea dalam hati. Lea memandang Bams dengan tatapan sendu. Rasanya teramat menyakitkan saat mengetahui pria cerdas dan ramah yang begitu ia kagumi sejak masih duduk di kelas X juga merasakan hal yang sama dengannya, namun terhalang oleh sesuatu.

Leanora ....

Tolong ijinkan aku menjadi satu - satunya pemilik hatimu !

Mengisi dan mengujaminya dengan sejuta cinta yang ku punya.

Lea bersediakah kamu memberikan ijin itu padaku ?

Suasana kelas yang tadinya hening saat pria itu membacakan beberapa bait puisi yang kurang tepat dikatakan sebuah puisi mendadak riuh. Apalagi ketika Bams mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Cuit....cuit si Bambang bisa ae."

"Baper Adek, Bang!"

"Terima ! Terima ! Terima !"

Tepukan dan sorak sorai penghuni kelas mengiringi pelajaran Bahasa Indonesia kali ini. Sepertinya para penghuni kelas XII A tidak sadar masih ada Pak Rahmat di dalam kelas ini yang harus dihormati.

"Jadi bagaimana, Lea ?"

Lea tak tahu bagaimana mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat Bams melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju kursi tempatnya duduk. Rasa senang, malu dan bingung bercampur menjadi satu.

Bagaimana mungkin ia tidak senang kala rasa yang ia miliki ternyata terbalas. Andai ia bisa ingin rasanya ia menjawab dengan lantang bahwa ia juga mencintai pria itu. Namun, di balik rasa senang itu terbesit rasa malu karena saat ini semua mata terarah padanya termasuk Pak Rahmat.

"Apa yang harus ku lakukan ? Jawaban apa yang harus ku ucapkan ?" Ia bergumam pelan.

Lea memejamkan matanya sebentar. Menarik nafas panjang lalu menghembuskan ya perlahan. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa inilah yang terbaik.

Lea mengedarkan pandangannya ke sepenjuru kelas XII A. Dari tatapan yang kini menyorot padanya ia tahu bahwa seisi kelas harap - harap cemas. Cemas menantikan satu kalimat yang akan menjawab semuanya.

"Maukah kau menungguku Bams sebentar saja ? Aku janji tidak akan mengecewakanmu."

Lea berbisik pelan di telinga pria yang sedari tadi menahan nafas hanya untuk menanti jawaban dari gadis yang teramat ia cintai itu.

Bams mengganggukkan kepalanya perlahan seraya tersenyum lebar. Meski pernyataan cintanya belum terbalaskan dan statusnya digantung, ia percaya masih ada harapan. Setidaknya itu yang ia tangkap dari arti kalimat yang baru saja ia dengar. Yang ia lakukan sekarang adalah bersabar hingga saat itu tiba.

Cuit...cuit...

prok....prok....prok

Suasana kelas kembali riuh meski mereka tidak puas karena tidak mendengar apa yang diucapkan oleh gadis manis itu. Satu hal yang mereka tangkap dari senyuman pria bernyali besar itu adalah cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Jangan lupa klik like, vote dan berikan kritik dan saran ya teman - teman di kolom komentar !

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!