Takdir Kenan
Seorang pemuda berdiri di atap sebuah gedung sekolah. Malam itu, langit menurunkan hujannya. Guntur saling bersahutan bersamaan dengan kilatan cahaya petir yang menyambar. Dia berdiri di bawah guyuran hujan, menengadah menantang langit malam yang pekat.
Kedua tangannya terkepal erat, menggenggam bara dendam yang memanas dan tak surut padam meski hujan mengguyurnya.
"Kenapa Kau ciptakan aku kalau hanya untuk menjadi sampah?!" teriaknya menggema di dalam hujan. Air mata berjatuhan bercampur dengan air dari langit yang menerpa wajah. Ia tidak peduli, gejolak amarah membutakan seluruh rasa dalam tubuhnya.
"Jika aku memang tidak layak menapak bumi, kenapa tidak Kau bawa saja aku ke langit. Bertemu Ibuku!" Suaranya kembali mengiang bersambut dengan gelegar dari langit.
"Cabut nyawaku atau aku sendiri yang akan menanggalkannya?!" Dia mengancam, menunjuk lurus pada langit yang tak henti menurunkan kegaduhan pada jagat raya malam itu.
"Haha ... haha ...." Dia tertawa terbahak-bahak, membusungkan dadanya menghadap angkasa yang tak tergapai.
"Kau bahkan menertawakan aku, semua orang menertawakan aku. Sampah tidak berguna ... sampah tidak berguna ... hah ...!" Dia meraung, menjambak rambut yang basah. Tubuhnya jatuh berdebam, lututnya menghantam lantai atap itu dengan kuat.
Ia menjatuhkan kepala di atas lantai dengan tangis pilu kesedihan sebagai ungkapan dari rasa sakit ketika ia tak dianggap, ketika ia dikucilkan, ketika ia hanya dianggap sampah.
Tak ada yang menginginkannya bahkan gadis yang dia cintai pun, tak pernah menghargai pengorbanannya.
Lisa, nama gadis itu. Gadis populer di sekolah, ketua cheers yang terkenal cantik dan cerdas. Kaya dan berpendidikan. Pemuda itu tergila-gila padanya. Apa pun dia lakukan untuk membuatnya tertarik. Namun, apa yang didapat? Dia hanya dimanfaatkan saja oleh gadis itu.
"Bu-bukankah k-kau menginginkan i-ini? Ini a-aku bawakan, khu-khusus untukmu." Lintasan cerita siang tadi di mana ia memberikan hadiah sebuah ponsel kepada Lisa. Keluaran terbaru, dengan harga yang sangat fantastis.
Lisa berbinar, mulutnya terbuka lebar dengan mata terbelalak riang.
"Kau serius, bukankah ini baru dua hari, tapi kau sudah mendapatkannya. Kau hebat! Padahal, masih tersisa lima hari untukmu menyelesaikan tantangan ini," katanya memuji.
Pemuda itu pun teramat senang mendengarnya. Ia antusias memberikan benda mahal itu kepada gadis yang ia cintai.
"Ja-jadi, apa aku diterima? Ki-kita jadian ha-hari ini? A-aku sudah memenuhi syarat darimu," tanya pemuda itu tak sabar. Jantungnya ikut berpacu kuat menunggu jawaban.
Lisa menimang benda yang masih tersegel di tangannya itu, ia menggigit bibir seolah menimbang keputusan yang akan dia ambil untuk menjawab pertanyaan pemuda di depannya.
"Mmm ... akan aku pikirkan. Sekarang, aku pergi dulu! Tunggulah dua hari lagi. Bye, Kenan!" katanya sembari melambaikan tangan pada pemuda yang termangu dengan jawabannya.
Kenan, nama pemuda itu. Ia tersenyum getir mendapat jawaban yang menggantung dari Lisa. Tangannya melambai menatap punggung gadis yang ia inginkan itu.
Dahi Kenan membentuk kerutan, kala pemuda lain datang mendekatinya. Ia merangkul pinggang ramping Lisa dan mencium bibir gadis itu. Kenan marah, kedua tangannya terkepal erat hingga setiap buku jarinya memutih.
Kenan melangkah penuh amarah. Ia membenarkan kacamata tebalnya dengan langkah yang dipercepat.
Tanpa kata, Kenan memisahkan dua orang yang sedang berpagutan mesra itu dengan kasar.
"Aw!" Lisa memekik.
"Sial!" Pemuda itu mengusap bibirnya kesal. Ia menatap nyalang Kenan yang berdiri di depan Lisa sebagai tameng.
"Dasar sampah! Sialan!"
Bugh!
Satu hantaman tinju mendarat epik di wajahnya. Ia terjerembab dengan sudut bibir yang robek dan meneteskan darah.
"K-kau ...! Kenapa memukul wajahku?" pekik Kenan tak percaya. Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan tubuh yang gemetar.
"Kenapa? Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa sampah seperti dirimu ini berani menggangguku?!" hardik pemuda itu menuding Kenan dengan geram.
Ia menendang paha Kenan berulang-ulang membuatnya meringis kesakitan sembari memegangi paha tersebut dengan kedua tangan untuk melindunginya.
Kenan menutup wajah dengan tangan, khawatir laki-laki itu akan kembali memukul wajahnya. Napasnya tersengal-sengal tak beraturan. Tubuhnya yang kurus tak mampu melawan.
Sesak, dadanya terasa sesak saat ia melirik ke arah Lisa, ia berjalan mendekati pemuda tadi dan merangkul bahu laki-laki itu. Ia tersenyum mencibir Kenan yang masih berada di tanah.
Hati Kenan semakin memanas kala Lisa memberikan ponsel yang diberikannya tadi pada pemuda itu.
Laki-laki itu memandangi benda di tangannya dengan senyum aneh. Ia melempar pandangan pada Kenan sembari menunjukkan benda itu padanya.
"Kau terlalu tinggi menilai dirimu sendiri. Ingat, kau hanya sampah yang tidak berguna. Tidak pantas berharap menjadi kekasih Lisa bahkan di dalam mimpi pun, kau sangat tidak pantas!" ketusnya. Ia kembali menendang kaki Kenan sebelum berbalik merangkul pinggang ramping Lisa.
Mereka bahkan saling memagut bibir memanasi Kenan yang masih terpuruk di atas tanah. Tangannya mengepal hingga rumput-rumput yang ada di sana tercabut.
"Hah ....!"
Kenan berteriak kuat. Tubuhnya menghadap langit dengan kedua tangan yang dikepalkan. Dengan napas memburu, Kenan beranjak berdiri. Dadanya kembang-kempis bersamaan dengan dendam yang kian bergolak dalam hati.
Hujan masih turun dengan sangat deras. Menjatuhi bumi yang gersang. Di saat orang lain merasakan kedinginan dari hembusan angin yang kuat, tapi Kenan meskipun hujan mengguyur tubuhnya tetap saja itu tidak dapat mendinginkan hatinya yang memanas.
Kenan melangkah, dan berhenti di ujung atap gedung berlantai lima itu. Pandangannya terjatuh pada jalanan beraspal yang jauh dari jangkauan. Ada beberapa mobil dan motor yang terparkir, juga ada seseorang yang sedang berjalan di tengah hujan.
"Tiada guna lagi aku hidup! Manusia sampah yang tak diinginkan oleh siapa pun. Sudah selayaknya aku begini, sampah tetaplah sampah dan akan berakhir menjadi sampah. Kiran, maafkan Kakak ...." Ia menangis saat bayangan adik satu-satunya melintas di pikiran.
Gadis kecil berusia tujuh tahun yang masih sangat membutuhkan sosoknya sebagai Ibu sekaligus Ayah. Dia tidak berpikir, akan jadi apa adiknya jika tanpa dia. Dendam yang terus menusuk-nusuk jantung membuatnya tak dapat berpikir jernih.
Kenan menjatuhkan diri dari atap gedung, melayang bebas di udara. Bayangan Ibu yang tersenyum padanya datang, ia mengangkat tangan dan menggenggamnya. Kenan meletakkan genggaman tangan di dada. Ia terpejam bersiap jatuh menghantam daratan.
"Di saat kau putus asa, di saat kau terpuruk, di saat orang lain memperlakukanmu dengan buruk, sementara kau sendiri begitu lemah untuk melawan ... ingatlah, Ibu akan datang menggantikan kelemahanmu itu, Anakku! Hanya panggil saja Ibu, maka Ibu akan datang!"
Suara Ibu mengiang di telinga.
"Ibu!" Kenan bergumam, air matanya ikut melayang-layang membeku di udara. Waktu seolah-olah berhenti, tubuh Kenan membeku. Tak kunjung mendarat. Semua pergerakan seolah mati, terhenti oleh waktu yang tak bergerak.
Bugh!
Tubuh Kenan menghantam jalanan beraspal. Seluruh tulang dalam tubuhnya remuk. Darah menggenang, mengalir dari bagian kepalanya yang hancur. Sudah dapat dipastikan dia mati.
"Argh!" Gadis yang sedang berjalan itu terkejut, ia termundur hingga jatuh terjerembab sembari memegangi dada. Mulutnya menganga, tak mengira akan ada manusia yang jatuh dari langit.
Keadaan hujan tak banyak orang datang untuk menolong. Hanya ada beberapa orang yang sedang asik berbincang ikut terkejut saat mendengar suara itu.
Mereka berkerumun. Kenan melenguh, buru-buru warga yang ada menggotongnya masuk ke dalam mobil si wanita.
"Eh ... kenapa dimasukkan ke dalam mobilku, Pak?" pekiknya tak senang.
"Cepat bawa dia! Dia masih hidup." Warga tersebut mendorong gadis itu untuk secepatnya membawa Kenan ke rumah sakit.
"I-iya!" Ia gugup, tapi tetap meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit. Berkali-kali ia menjatuhkan lirikan pada Kenan yang terbaring tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
pendekar angin barat
waduh mimpinya ketinggan Thor...cewe idola SE sekolahan....bagai punguk merindukan bulan...jauh bgt....next bikin yg realistis lah
2025-03-19
0
Qaisaa Nazarudin
Makanya kalo milih pacar itu yg sedang2 saja,Jangan tipe vewek yg berlebihan,Apalagi vewek speck bidadari kononnya,dan pinter,gak mungkin lah dia bisa setia,pasti banyak yg ngantri...
2024-11-14
0
Fajar Ayu Kurniawati
.
2025-02-25
0