KESATRIA LEMBAH MANAH
Tidak seperti biasanya, pagi ini para murid perguruan berkumpul di pelataran halaman. Semua mata tertuju pada seorang pemuda yang bernama Lembah Manah.
Dengan tangan terikat ke belakang, pemuda itu berlutut di tengah pelataran halaman dan bersiap menerima hukuman dari gurunya—Ki Tunggul Wulung.
Sebelumnya, Lembah Manah tersulut emosi dan mencoba memukuli Wanapati yang selalu meledeknya dengan sebutan ‘kacung kampret’.
Bukan tanpa alasan Wanapati memanggil Lembah Manah dengan sebutan itu. Karena selama belajar di Perguruan Jiwa Suci milik Ki Tunggul, Lembah Manah tak kunjung menaikkan level ilmu kanuragannya, hingga pemuda itu dikeluarkan dari perguruan.
“Lembah Manah! Atas kelancanganmu, aku hukum agar kau membersihkan seluruh perguruan selama seminggu penuh!” seru Ki Tunggul dengan nada keras.
“Tapi guru—!”
“Tidak ada tapi-tapian! Itu semua karena kesalahanmu!” kilah Ki Tunggul memotong perkataan Lembah Manah.
Wanapati tertawa penuh kemenangan, pemuda itu sengaja memancing amarah Lembah Manah agar bertindak bodoh. Dan benar saja, Lembah Manah terpancing emosi karena ejekan dari Wanapati dan menghajar dirinya, hingga terkena hukuman.
“Bersihkan semua, dasar kacung kampret!” seru Wanapati mengejek Lembah Manah.
“Sudah Wanapati!” sahut Ki Tunggul menghentikan tindakan Wanapati. “Kalian semua, kembali ke aula pembelajaran. Ada materi yang ingin aku sampaikan!”
Wanapati memang terkenal sebagai murid yang jahil. Pemuda itu selalu mengganggu murid yang lainnya bersama kedua kawannya, Jayadipa dan Nata.
“Awas kau, Wanapati!” geram Lembah Manah sembari mengayunkan gagang sapu lidinya.
Dulu, sebelum dikeluarkan dari perguruan, cukup lama Lembah Manah menimba ilmu di dalam perguruan itu. Kurang lebih lima tahun pemuda itu mendapat banyak materi dari Ki Tunggul.
Namun, dalam satu kesempatan ketika uji tanding sesama murid perguruan, Lembah Manah tak kunjung mengeluarkan ilmu kanuragannya, dan hanya mengandalkan kekuatan fisik dari tubuhnya untuk bertarung.
Pada akhirnya, dengan berat hati Ki Tunggul mengembalikan Lembah Manah kepada ibunya di tempat asalnya. Rumah pemuda itu berada di Desa Kedhung Wuni, desa ujung timur yang berada di Negeri Yava.
Sesekali Lembah Manah memperhatikan para murid perguruan dari luar pagar, seakan pemuda itu ingin kembali menjadi bagian dari perguruan itu.
Namun, tetap saja kebijakan dari Ki Tunggul tak bisa diubah, Lembah Manah tak bisa bergabung dengan perguruan, hingga kejadian pagi ini yang membuatnya dihukum.
Lembah Manah masih saja menyapu halaman yang tampak kotor oleh guguran daun mahoni dari luar pagar perguruan. Sesekali memandangi aula pembelajaran yang berhadapan langsung dengan pelataran halaman perguruan.
“Kamu nggak makan dulu, Lembah!” Terdengar suara dari belakang Lembah Manah mengagetkan pemuda itu. Dialah Mbok Pani, perempuan tua yang mengurus segala keperluan dapur perguruan.
“Nanti saja, Mbok. Ini masih tanggung, emm, sebentar lagi juga selesai!” sahut Lembah Manah menghentikan kegiatannya.
“Kalau sudah selesai, langsung saja ke dapur. Simbok sudah menyiapkan makanan untuk kamu, Le!” ucap Mbok Pani seraya meninggalkan Lembah Manah dan hendak menuju dapur perguruan.
Pada era sekarang, setiap pendekar harus memiliki tenaga dalam yang diolah menjadi ilmu kanuragan. Namun, berbeda dengan Lembah Manah, sejak dulu pemuda itu tak kunjung menunjukkan olah kanuragannya.
Misal latihan uji tanding melawan teman-temannya, Lembah Manah hanya menggunakan kekuatan fisik tanpa mengaktifkan ilmu kanuragannya.
“Mbok, mana makanannya. Lembah sudah lapar, Mbok!” seru pemuda itu sesaat setelah memasuki dapur perguruan.
“Ambil saja di meja, dekat tungku!” sahut Mbok Pani yang masih sibuk membersihkan sisa-sisa makanan murid perguruan.
Dulu, Mbok Pani memiliki putra laki-laki, tetapi karena bencana banjir yang melanda, Mbok Pani kehilangan suami dan anaknya itu.
“Kalau saja Awal masih hidup, usianya mungkin sama denganmu, Lembah!” seru Mbok Pani memandangi wajah Lembah Manah yang menurutnya mirip dengan anaknya.
“Masa sih Mbok!” sahut Lembah Manah dengan mulut penuh makanan.
“Iya Lembah, tapi sayang umurnya tidak panjang!” Perlahan Mbok Pani meneteskan air matanya.
“Sudah-sudah, Simbok jangan menangis. Emm, anggap saja aku ini Awal, Mbok!” Lembah Manah mencoba menenangkan Mbok Pani. “Ohh, iya Mbok. Setelah makan siang, Lembah diminta untuk membersihkan perpustakaan, ini juga bagian dari hukuman Lembah!”
“Kamu sih, pakai main pukul sama Wanapati!” gerutu Mbok Pani membelai rambut Lembah Manah.
“Siapa suruh dia meledek terus, huh!” geram Lembah Manah mengingat kelakuan Wanapati kepada dirinya.
“Hmm, dasar anak muda, sukanya main pukul tanpa memikirkan akibatnya!” tutup Mbok Pani.
Selesai melakukan ritual siangnya, Lembah Manah hendak menuju perpustakaan. Pemuda itu berjalan dari dapur melewati aula pembelajaran sembari membawa sapu ijuk di tangan kanannya.
Ketika sampai di depan pintu aula, Lembah Manah berhenti sejenak dan menoleh ke arah Wanapati yang duduk paling depan di dalam aula pembelajaran. Kemudian pemuda itu menjulurkan lidahnya dan berkata, “wek, Wanapati jelek!”
Sontak, para murid yang tengah menerima materi tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Lembah Manah yang sedikit nyeleneh. Aula yang tadinya tenang, berubah menjadi ramai karena ulah Lembah Manah.
“Awas kau ya, dasar kacung kampret!” lirih Wanapati wajahnya memerah karena menahan malu.
***
Pintu tidak terkunci, pemuda itu memasuki perpustakaan dengan leluasa, tidak ada orang lain di dalamnya. Perlahan, Lembah Manah menyapu dari sisi paling ujung yang penuh debu, sembari melihat buku tentang ilmu kanuragan yang tertata rapi.
“Andai saja aku bisa mengolah tenaga dalamku. Pasti sudah aku pelajari buku ini!” lirih Lembah Manah berbicara sendiri.
Pandangan pemuda itu tertuju pada sebuah buku tentang pengobatan dan racun. Lembah Manah menghentikan kegiatannya dan menaruh sapu ijuk di depan rak buku. Diraihnya buku itu dan dibaca dengan teliti, Lembah Manah mencoba memahami isi buku itu.
“Buku tentang pengobatan dan racun! Emm, sepertinya menarik!” lirih Lembah Manah berbicara sendiri.
Banyak pelajaran yang didapat setelah memahami isi buku yang tebalnya lebih dari ratusan halaman itu. Terlebih lagi, Lembah Manah tipe pemuda yang mudah hafal dalam sekali melihat, jadi tak terlalu sulit baginya untuk mengingat isi buku itu.
Kembali Lembah Manah mengayunkan sapu ijuknya sesaat setelah mengembalikan buku pengobatan dan racun pada tempatnya. Pemuda itu terkejut ketika melihat kotak usang yang tergeletak di pojok kiri atas rak buku.
Peti itu penuh debu dan sepertinya sudah lama tidak tersentuh oleh tangan. Diambilnya peti kotak itu dan diletakkan pada sebuah meja tak jauh dari rak buku.
“Kotak apa ini!” seru Lembah Manah memperhatikan peti kotak berwarna hitam itu.
Dengan perlahan, Lembah Manah membuka peti usang itu yang sepertinya tidak terkunci. Kembali pemuda itu dikejutkan oleh sebuah kitab kuno yang berada di dalam peti itu. Kitab berwarna hitam yang tebalnya kurang lebih setengah jengkal itu diangkat dan diletakkan di atas meja.
Dengan hati-hati pemuda itu membuka halaman pertama. Tanpa Lembah Manah duga, seberkas cahaya yang menyilaukan keluar dari dalam kitab itu, diikuti dengan suara tawa yang keras.
Lembah Manah mundur beberapa langkah karena kaget dan hampir saja terjatuh.
“Apa ini!” ucapnya sembari menutup mata dengan telapak tangan kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Sin
Halo, author. Saya Sin, pengisi suara yang akan mengisi audiobook novel ini, salam kenal..
2023-01-23
3
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Ceritanya sudah bagus, yang penting novel ini sampai Tamat/Selesai Thor.. 👌💪💪
2022-10-13
1
Nathal Nallhutagol
Hyl
2022-08-23
2