“Iya guru, ampun guru, segera Lembah perbaiki!” kilah Lembah Manah menundukkan kepalanya.
Ki Tunggul kembali ke aula pembelajaran dengan melangkahkan kakinya. Lembah Manah hanya mengelus dada dan tertawa kecil sembari menoleh ke arah Ki Gendon dan berkata lirih, “lihat tuh guru, kelakuan anak guru hihihi!”
“Oooo, dasar bocah gendeng!” geram Ki Gendon menampar kepala Lembah Manah, dan lagi-lagi hanya menembus kepala pemuda itu.
Ki Tunggul adalah anak satu-satunya dari Ki Gendon yang melanjutkan menjadi pengasuh perguruan bersama Sesepuh Anggada. Pria tua itu mempunyai seorang anak laki-laki yang bertugas menjadi telik sandi perguruan. Sedangkan Sesepuh Anggada, adalah adik dari Ki Gendon.
“Bagaimana ini guru, kalau tidak segera di perbaiki Lembah bisa kena hukum lagi!” rengek Lembah Manah dengan menggaruk-garuk kepalanya.
SWING!
Terlihat sinar biru dari tangan kanan Ki Gendon menuju ke pintu yang hancur, dan pintu yang hancur itu kembali ke bentuknya semula.
“Wah, hebat guru, terima kasih!” seru Lembah Manah kegirangan.
Lembah Manah melanjutkan hukumannya untuk membersihkan perpustakaan, hingga sore hari dia belum juga selesai karena asyik melepas rindu dengan sang guru.
Tak lama berselang murid-murid perguruan keluar dari aula pembelajaran, sementara Lembah Manah masih saja di dalam perpustakaan.
“Lembah, hanya kaulah yang bisa melihatku. Jadi tolong rahasiakan semua ini dari siapa pun!” perintah Ki Gendon kepada Lembah Manah.
“Baik guru, Lembah mengerti!” sahut Lembah Manah dengan menganggukkan kepalanya.
Wanapati, Jayadipa dan Nata yang telah selesai mendapat materi pelajaran hari ini, mencoba untuk menghampiri Lembah Manah yang tengah berada di dalam perpustakaan. Ketiga pemuda itu mencoba untuk menjahili Lembah Manah.
“Lembah, ada yang datang, cepat turunkan tingkat aktivasi kanuraganmu!” ujar Ki Gendon memperingatkan Lembah Manah. “Jika kau butuh bantuanku, panggil saja namaku!”
“Baik guru, Lembah mengerti!” jawab Lembah Manah seraya menurunkan tingkat aktivasi kanuragannya.
BRAK!
“Hoi kacung kampret!” gertak Wanapati seraya memukul pintu perpustakaan. “Mau cari masalah denganku, pakai menjulurkan lidah segala!”
“Maaf Wanapati, emm aku tidak bermak—!”
“Alasan! Kacung kampret sepertimu tak mungkin bisa mengalahkanku!” seru Wanapati memotong perkataan Lembah Manah. “Tiga bulan lagi aku menantangmu dalam pertandingan antar pendekar muda di kerajaan!” tutup Wanapati melangkah keluar perpustakaan bersama kedua temannya.
“Baik Wanapati, aku bersedia!” sahut Lembah Manah tersenyum tipis.
Hingga hari menjelang petang, Lembah Manah bergegas kembali menuju dapur perguruan untuk meminta jatah makan malam kepada Mbok Pani. Tak lupa pemuda itu mengembalikan kitab kuno Ki Gendon pada tempatnya semula.
***
Pagi menjelang, kicauan burung kutilang terdengar merdu menyambut sinar mentari. Seperti biasa, Lembah Manah bangun lebih awal dari murid yang lain, dan membantu Mbok Pani menyiapkan sarapan untuk penghuni perguruan.
Lalu, Lembah Manah sarapan setelah para murid menyantap makanannya dan masuk ke aula pembelajaran.
Lembah Manah masih dalam masa hukuman, pemuda itu harus membersihkan seluruh area perguruan dari ujung depan hingga ujung belakang. Namun, tempat yang membuat Lembah Manah betah berlama-lama adalah perpustakaan. Di sana, dia mendapat banyak pelajaran dari mendiang sang guru.
“Anu Mbok, apakah Lembah boleh memakai tungku itu Mbok!” seru Lembah Manah yang tengah merencanakan sesuatu sembari menunjuk ke arah tungku yang biasa di pakai Mbok Pani.
“Memang buat apa toh le, kalau mau di pakai ya di pakai saja sesuai kebutuhan. Lha wong itu juga untuk keperluan dapur toh!” jawab Mbok Pani.
“Baik Mbok, emm terima kasih!” sahut Lembah Manah berlalu keluar dari dapur.
Pemuda itu berencana untuk membuat aneka ramuan, karena kemarin telah membaca kitab tentang pengobatan. Dan tentu saja dengan bantuan Ki Gendon.
Segera Lembah Manah menuju perpustakaan membawa sapu ijuk, tetapi kali ini tak memedulikan Wanapati yang tengah belajar di dalam aula.
“Guru, apa guru masih di sini?” ucap Lembah Manah sesaat setelah menutup pintu perpustakaan dan berjalan pelan menuju peti kitab kuno.
“Ada apa Lembah, sepagi ini kau sudah menemuiku!” sahut sang guru diikuti dengan datangnya cahaya yang menyilaukan mata.
“Guru, Lembah ingin belajar ilmu pengobatan dari guru, apa guru tak keberatan,” pinta Lembah Manah dengan nada lirih dan memelas.
“Hahaha, apa aku tak salah dengar!” Ki Gendon mengerutkan keningnya.
“Tidak guru, anu, Lembah ingin belajar ilmu pengobatan,” jawabnya lagi.
“Baiklah, aku akan menuntunmu. Untuk seorang pendekar, pengobatan yang utama adalah ramuan pemulihan tenaga, lalu ramuan penambah tenaga dan ramuan kebal racun!” Ki Gendon menjelaskan.
“Baik guru, Lembah mengerti!” sahut Lembah Manah menganggukkan kepalanya.
“Pertama kita membutuhkan bahan-bahan ramuan yang ada di sekitar, semisal bunga lidah api, daun darah naga, madu semut hitam dan lain sebagainya,” ucap Ki Gendon mengelus jenggotnya. “Lalu tungku perapian dan kuali untuk merebus bahan-bahan itu!”
Seorang pendekar tingkat tinggi biasanya menguasai berbagai macam ilmu pengobatan dan ramuan. Misalnya ramuan pemulihan tenaga, digunakan setelah selesai bertarung dan dalam masa istirahat, seorang pendekar harus mengonsumsi ramuan ini.
Lalu ramuan penambah tenaga, digunakan apabila seorang pendekar kehabisan tenaga saat bertarung, tetapi masih bisa mengulur waktu untuk mengonsumsi ramuan ini.
Dan yang ketiga ramuan kebal racun, digunakan apabila terkena racun atau di gunakan sebagai penawar racun.
Biasanya seorang pendekar membawa berbagai ramuan ini dalam bentuk cair dengan wadah yang terbuat dari bambu kecil dipotong dan diambil bagian tengah ruasnya.
“Guru lebih baik kita pergi ke dapur. Emm, selain tungku dan kuali, di sana juga tersedia bahan-bahan yang kita butuhkan!” seru Lembah Manah mengajak gurunya.
Ki Gendon menyetujui permintaan Lembah Manah, mereka menuju dapur sesaat setelah Mbok Pani pergi ke pasar untuk membeli keperluan dapur. Tak ada yang bisa melihat Ki Gendon kecuali hanya Lembah Manah, karena pemuda itu sudah dipilih sendiri oleh Ki Gendon.
“Sekarang kau nyalakan api, lalu taruh kuali yang berisi air di atas tungku!” perintah Ki Gendon seraya memperhatikan Lembah Manah.
“Baik guru!” sahut Lembah Manah mengikuti permintaan sang guru.
“Lalu masukkan bunga lidah api, gula aren hitam dan sedikit daun darah naga, kita akan membuat ramuan pemulihan tenaga!”
“Bagus Lembah, kau dapat mengerti dengan cepat!” puji sang guru kepada Lembah Manah.
“Terima kasih guru, ini semua juga berkat bantuan guru!”
Tak membutuhkan waktu yang lama, satu ramuan sudah mengisi ruas potongan bambu yang sudah Lembah Manah persiapkan sebelumnya.
“Berikutnya kita akan membuat ramuan penambah tenaga. Seperti sebelumnya, taruh kuali berisi air di atas tungku!” perintah Ki Gendon. “Lalu masukkan bunga lidah api, gula aren hitam, sedikit madu semut hitam dan beberapa butir merica!”
Tak lama berselang ramuan yang kedua sudah memenuhi potongan ruas bambu milik Lembah Manah.
“Dan yang terakhir kita akan membuat ramuan kebal racun. Isi kuali dengan air dan letakkan di atas tungku. Stabilkan perapianmu Lembah!” perintah sang guru.
Lembah Manah mengangguk tanda mengerti apa yang Ki Gendon perintahkan.
“Masukkan daun darah naga, madu semut hitam dan air kelapa secukupnya,” lanjutnya.
“Baik guru!” ucap Lembah Manah sembari memasukkan bahan-bahan itu ke dalam kuali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍
2022-10-13
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Pendekar diCersil Nusantara Tingkatan alkemi masih rendah. membuat obatnya masih berupa cairan alias jamu godok. belum berbentuk pil dengan kualitas tinggi. semangat Thor 💪💪
2022-10-13
0
lukman
💪👍👍👍
2022-08-08
3