“Hahaha! Berani sekali kau membuka kitab kuno ini, Lembah Manah!”
Terdengar suara dari dalam kitab kuno yang bersamaan keluar dari cahaya menyilaukan itu.
Lembah Manah kaget bukan main, sepertinya pemuda itu tidak asing dengan suara yang keluar dari dalam kitab kuno.
Sembari menutup matanya, pemuda itu mencoba mengingat kembali suara yang sangat akrab dengannya.
“Emm, suara ini. Anu, apakah itu Anda Guru Gendon?” seru Lembah Manah yang masih menutup matanya karena cahaya itu belum juga lenyap.
“Ternyata kau masih hafal dengan suaraku, Lembah Manah. Aku tak menyangka kau sudah tumbuh besar!” sahut suara itu dari balik cahaya yang perlahan mulai meredup.
Cahaya itu menghilang, diikuti dengan sosok gemuk yang menampakkan wujudnya. Seorang kakek tua dengan rambut dan jenggotnya yang memutih melayang di depan Lembah Manah. Sosok itu tembus pandang dengan memakai pakaian yang juga serba putih.
Dialah roh dari Ki Gendon Kroya yang telah meninggal sewaktu Lembah Manah masih kecil. Ki Gendon adalah guru Lembah Manah, sekaligus pendiri dari Perguruan Jiwa Suci.
Lembah Manah telah menganggap Ki Gendon seperti ayahnya sendiri, karena sedari kecil Ki Gendon juga yang mengasuh Lembah Manah.
Seketika Lembah Manah berlutut di depan Ki Gendon. Pemuda itu meneteskan air matanya karena merasa terharu bisa bertemu kembali dengan guru yang dihormatinya, walaupun dalam wujud roh.
“Guru, apa ini benar Guru Gendon!” lirih Lembah Manah menatap wujud roh sang guru.
“Ya benar, ini aku Lembah, tapi aku hanya berwujud roh!” sahut Ki Gendon.
Lembah Manah terkejut sekaligus senang bercampur sedih. Di satu sisi dia bisa bertemu kembali dengan gurunya. Di sisi lain dia merasa bingung, kenapa roh sang guru masih bisa menemuinya?
Dia pun terbangun dari berlututnya dan kembali bertanya, “kenapa guru bisa berada di tempat ini?”
“Kau pasti terkejut mengapa rohku dapat bertemu denganmu!” seru Ki Gendon mengelus jenggotnya. “Itu karena dulu sebelum aku wafat, aku sengaja menyisihkan sebagian kanuraganku untuk masuk ke dalam kitab ini. Aku menunggu orang yang tepat yang aku pilih untuk mewarisi semua ilmuku!”
“Tapi guru, aku tidak memiliki ilmu kanuragan apa pun. Bahkan aku juga tak mampu mengolah tenaga dalamku untuk menjadi ilmu kanuragan!” sahut Lembah Manah menjelaskan keadaannya kepada sang guru.
Setiap pendekar pasti memiliki tenaga dalam, tinggal pendekar itu bisa mengolahnya menjadi ilmu kanuragan atau tidak. Dalam kasus ini, Lembah Manah memiliki tenaga dalam, tetapi tidak bisa mengolahnya menjadi ilmu kanuragan.
Biasanya, anak berusia delapan hingga dua belas tahun mampu membangkitkan ilmu kanuragannya. Lalu, bagaimana dengan Lembah Manah yang kini berusia tujuh belas tahun?
Umumnya pusat tenaga dalam letaknya di dalam perut bagian bawah seseorang. Dan untuk mengaktivasinya menjadi ilmu kanuragan, orang itu biasanya bermeditasi terlebih dahulu dengan cara duduk bersila, lalu menghirup udara dalam-dalam yang di alirkan ke paru-paru.
Dari paru-paru kemudian dilanjutkan menjadi udara bersih menuju otak, lalu otak mengalirkan udara bersih itu ke titik pusat tenaga dalam. Dan kemudian, melewati titik meridian, tenaga dalam dialirkan ke seluruh tubuh untuk menjadi ilmu kanuragan.
“Kau berbeda Lembah, titik pusat tenaga dalammu berada di tulang belakang, bukan di dalam perut bagian bawah!” ucap Ki Gendon kembali memperhatikan tubuh Lembah Manah. “Aku sudah mengamatimu sejak awal aku bertemu denganmu, tetapi aku wafat terlebih dahulu sebelum menjelaskannya kepadamu!”
Titik pusat di tulang belakang adalah sebuah kejadian yang sangat langka, bahkan bisa di bilang seribu tahun sekali baru bisa turun kejadian langka seperti itu. Dan sekarang, hal itu ada di dalam diri Lembah Manah.
“Jadi, apakah aku bisa mengaktivasi tenaga dalamku guru?” tanya Lembah Manah dengan senyuman tipis di bibirnya.
“Bisa Lembah, aku akan membantumu!” sahut Ki Gendon mengelus jenggotnya. “Sekarang coba kau duduk bersila dan tarik napas secara teratur!”
“Baik guru,” sahut Lembah Manah sembari duduk bersila dan menutup mata di depan gurunya meski tanpa alas apapun.
“Biarkan napasmu mengalir ke paru-paru, tahan satu detik dan lepaskan perlahan lalu bernapaslah kembali secara teratur!” sambung Ki Gendon menuntun Lembah Manah. “Udara yang masuk ke paru-parumu biarkan mengalir ke otak, lalu alirkan ke tulang belakangmu bagian bawah!”
Lembah Manah menuruti perintah gurunya, pemuda itu mulai merasakan tubuhnya sedikit lebih hangat dan sangat bertenaga.
“Guru! tubuhku terasa lebih hangat dari sebelumnya!” ucap Lembah Manah membuka matanya.
“Bagus, kau telah berhasil mengaktivasi tenaga dalammu untuk mengubah menjadi ilmu kanuragan!” sahut Ki Gendon menganggukkan kepalanya. “Sekarang coba kau alirkan tenaga dalammu menuju kedua tanganmu!”
Saat itu juga, kedua tangannya terlihat seperti bercahaya berwarna biru.
“Bagus Lembah, kau memang murid yang pandai!” puji Ki Gendon kepada Lembah Manah. “Dalam sekali ku ajarkan, kau dengan mudah menguasainya!”
“Tubuhmu dilapisi aura tenaga dalam berwarna biru, itu adalah hal yang sangat langka!” lanjut Ki Gendon memperhatikan tubuh Lembah Manah.
Di dalam dunia kependekaran, ada tiga tingkatan ilmu kanuragan. Dan setiap tingkat ilmu kanuragan, dibagi menjadi tiga tahapan.
Yang pertama ada tingkat Andhap, terbagi menjadi tahap awal, menengah dan akhir.
Yang kedua adalah tingkat Madyo yang terbagi menjadi tahap awal ,menengah dan akhir.
Dan yang ketiga, tingkat Inggil, juga di bagi menjadi tiga tahapan, awal, menengah dan akhir.
Seorang pendekar yang berilmu tinggi, mampu menyembunyikan tingkatan ilmu kanuragannya atau juga bisa menurunkan tingkatan ilmu kanuragannya ketika dalam penyamaran atau pengintaian.
Kini Lembah Manah berada pada tingkatan Madyo tahap akhir, karena berhasil mengaktivasi pusat tenaga dalam dari tulang belakang yang sangat langka.
“Sekarang coba kau lesakkan tenaga dalam di tangan kananmu ke arah depan, tapi ingat jangan menggunakan kekuatan penuh!” pinta Ki Gendon.
Lembah Manah menuruti perintah sang guru, pemuda itu melesakkan tenaga dalam di tangan kanannya ke arah pintu perpustakaan.
DYAR
Seketika terdengar ledakan dan pintu itu hancur.
“Bocah gendeng!” bentak Ki Gendon memukul kepala Lembah Manah, tetapi hanya menembus kepala pemuda itu. “Diminta dengan setengah tenaga, kau malah menggunakan kekuatan berlebih!”
“Iya, iya, iya guru maaf!” jawab Lembah Manah mengelus-elus kepalanya. “Ehh, tidak kena, wek!”
“Dasar bocah gendeng!” Lagi-lagi Ki Gendon dibuat geram oleh Lembah Manah. “Itu adalah Pukulan Tapak Harimau, jurus itu sudah sangat langka Lembah!”
Lembah Manah kebingungan karena pintu yang hancur, ‘bagaimana kalau Ki Tunggul marah’, batinnya dalam hati. Dia harus menjawab apa jika ditanya Ki Tunggul dan semua murid perguruan.
“Lembah! Ada yang datang. Cepat turunkan aktivasi tingkat ilmu kanuraganmu!” pinta Ki Gendon yang diiyakan Lembah Manah.
Sementara itu di dalam aula pembelajaran, Ki Tunggul yang tengah memberi materi kepada muridnya terhenti sejenak, karena mendengar suara ledakan. Pria tua itu meninggalkan para murid untuk menuju sumber suara.
“Kamu lagi Lembah Manah, kenapa pintu ini bisa hancur?” geram Ki Tunggul dengan nada tinggi.
“Anu guru, ini anu guru!” jawab Lembah Manah kebingungan.
“Ona, anu, ona, anu, dasar bocah gendeng! Cepat perbaiki, jika nanti sore belum juga selesai, akan aku tambah lagi masa hukumanmu!” bentak Ki Tunggul dan berlalu meninggalkan Lembah Manah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Lentera Jiwa
Mengaktivasi??? pemilihan katanya terlalu modern untuk cersil jadul berlatar nusantara. Kenapa tidak memakai padanan kata yg lebih mewakilkan latar nya. Maaf thor, sekedar saran.
2022-12-29
4
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Laannjjuutt thorrr..
2022-10-13
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍
2022-10-13
1