Fighter System

Fighter System

Ch. 1 : Budi si Pengecut

...*****...

Saat itu, SMA Taran. Di salah satu kelas, seorang anak culun tampak sedang tertunduk tak berdaya di hadapan beberapa murid laki-laki lainnya. Dengan wajah yang telah dipenuhi memar dan badan babak belur, anak itu hanya bisa mengerang lirih sebagai ungkapan kekesalan.

"Oi, bangun dong, Bud! Kalo kamu cuma nunduk gitu, jadi nggak seru nanti ...!" sindir salah seorang dari mereka. Si cowok dengan tatto naga yang menghiasi kedua lengannya. Tak salah lagi, dialah Reza–sang penakluk jalanan.

Bukan tanpa sebab dia dijuluki seperti itu. Reza memang dikenal akan keberingasannya dalam menghabisi lawan. Jadi tak heran, jika pemenang turnamen tinju antar sekolah tersebut disegani oleh semua orang.

"Cih, lagi-lagi seperti ini ...," gumam anak berkacamata tadi sembari mengepalkan tangan.

Dia, Budi. Bertolak belakang dengan orang yang baru saja menghajarnya, Budi lebih dikenal sebagai cowok pendiam. Pilihannya untuk menarik diri dari kehidupan sosial memang berpengaruh besar dalam banyak hal. Salah satunya, ini.

Meski siswa lainnya jelas mengetahui bahwa Budi telah terpojok, tetapi tetap tidak ada yang sudi datang dan mengulurkan tangan padanya. Selain karena mereka takut pada Reza, anak-anak itu memang tidak mau terlibat segala hal yang berkaitan dengan Budi.

"Hei, kalau ditanya itu dijawab!" Serangan belum berakhir. Reza mengayunkan sebuah tendangan keras ke arah tubuh Budi. Bahkan, saking kerasnya, sampai membuat anak tak terdosa itu terpelanting jauh hingga menabrak tembok belakang kelas.

Brak!

Suara keras terdengar setelah tubuh Budi membentur tembok, entah apa itu.

"Hehehe ... apa tulangmu patah, huh?" sinis si berandal sekolah tersebut. Reza menyeringai lebar sembari memandangi Budi yang sepertinya tak larat untuk berdiri lagi.

Sial! Budi membatin, sibuk mengumpat.

Gigi bawah dan atasnya berpadu dan menggertak pada saat bersamaan. Matanya membelalak tajam, bersiap melepaskan serangan balasan atas segala rasa sakit yang ditanggungnya. Ia melepas napas berat bak banteng yang hendak menyeruduk mangsa.

Saat merasa bahwa momentum telah tepat, Budi melesat laju ke arah Reza. Gerakan mendadaknya diakhiri oleh sebuah pukulan lurus menuju perut. Budi berhasil memukul perut Reza.

Namun, kenyataan tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pukulan Budi memang mengenai perut Reza, akan tetapi, orang yang terkena serangan tampak baik-baik saja. Tentu saja, perut yang telah terlatih melawan pukulan lemah pecundang, Budi tidak memiliki kesempatan untuk menang.

Semua tatapan tertuju kepadanya. Kepada Budi dan tingkah konyolnya.

Apa dia sudah kehilangan akal?

Semua orang berpikir demikian. Tidak salah juga, sebab Budi sendiri juga berpikir hal yang sama. Ia merasa bahwa dirinya baru saja membuat sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Anak culun itu hanya mampu tertunduk malu di hadapan Reza.

Sedangkan Reza malah menatap ubun-ubun Budi dengan tatapan tajam. Tak lama kemudian, bibirnya mengukir senyuman miring. "Khehehe ... apa kalian lihat tadi? Budi baru saja memukul perutku, hahahaha!" pekiknya memenuhi seluruh ruangan.

Murid-murid sekelas terdiam. Mereka kembali berpura-pura sedang mengerjakan sesuatu. Tak seorangpun dari mereka yang berani melirik sorot mata Reza saat ini.

Sebab, Reza dikenal sebagai seorang pribadi yang tak sudi dipukul oleh siapapun. Hukumnya adalah, '"Aku yang memukul, aku yang mengakhirinya. Tak seorang pun yang boleh melukaiku, sebelum aku yang memintanya."

Jadi, mungkin saat ini, Budi tengah berada dalam situasi genting. Hidupnya mungkin akan berakhir sebentar lagi. Di tangan sang perundung, nyawa seseorang akan kembali melayang.

Mungkin?

"Hei, Bajing*n! Kau sudah berani memukulku lebih dulu, padahal aku belum menyuruhmu." Reza menarik kerah baju Budi sekuat tenaga dan mulai mengangkat tubuhnya ke atas. "Hari ini, akan kupastikan kau mati dengan menyakitkan, Budi," bisiknya kemudian.

Reza memandangi kedua mata manik Budi dengan tatapan yang masih sama. Sorot tajam layaknya seorang pembunuh sejati. Ia telah terbutakan oleh emosinya saat itu. Tingkah konyol yang dilakukan oleh Budi berhasil memicu amarahnya memuncak.

Sedangkan Budi, laki-laki itu justru menelan ludahnya sendiri. Meski lehernya telah tercekik sekalipun, dia masih tetap berharap bahwa dirinya tidak mati. Walau napasnya mulai tak beraturan, Budi masih menginginkan adanya keajaiban yang akan membantunya sekarang.

Kumohon, siapapun, bantu aku! jerit Budi dalam batin.

Secara tiba-tiba, entah dari mana, muncul sebuah suara.

Ding!

Lalu, diikuti munculnya tulisan di atas panel.

[Apa Anda ingin menjadi lebih kuat?]

[Ya/Tidak]

Itu?! Budi terkejut.

"Heh! Lepasin dia!" teriak seorang gadis dari kejauhan.

Semua mata langsung beralih menatap ke arah sumber suara.

Reza sedikit melirik ke belakang, karena dia merasa familiar dengan suara yang mengalun tersebut. "Ah!" Ia lalu melepaskan Budi secara kasar. "Pantas saja suaranya nggak asing, ternyata kamu toh, Arin!" sambung Reza seraya berbalik badan sepenuhnya. Ia tersenyum sumringah kepada gadis itu. Sifatnya seketika berubah 180 derajat.

Arin, nama gadis itu. Siswa mana yang tidak kenal dengannya. Si cewek cantik dari kelas 1-F. Perempuan yang menjadi ikon sekolah dan wajah bagi klub voli. Selain karena wajahnya yang cantik, Arin juga berbakat dalam berbagai hal. Tak heran jika dia menjadi incaran para kaum adam.

Tetapi, siapa sangka, meski posisi Arin terlihat sangat berpengaruh di sekolah, ternyata dia adalah adik perempuan dari si pecundang yang telah babak belur itu. Yah, Arin adalah adik perempuan Budi.

"Ah, apa kamu ke sini mau nengok aku–" Belum selesai Reza berbicara, Arin telah berjalan melewati dirinya dengan wajah dingin.

Gadis itu berjalan menghampiri Budi. "Bud, kamu nggak papa, kan?" tanya Arin dengan wajah penuh kekhawatiran.

Budi tidak menjawab. Ia hanya memegangi lehernya sambil mematung.

"He?" Sedangkan Reza masih terpaku bingung. Ia menatap Arin yang tampak sangat mencemaskan Budi.

"Bud?" Namun, lamunan Budi langsung buyar saat teguran kedua dilontarkan.

Budi terlepas dari ketakutannya. "Ah, iya ...." Ia memegangi kepalanya dan mendongak ke atas.

Deg!

Betapa terkejutnya dia saat mendapati seorang gadis cantik berambut hitam panjang tengah bertatapan dengannya. Budi reflek sedikit mundur karena terkejut. Ia langsung menutupi wajahnya yang semakin memerah.

"Eh?" Tapi, akhirnya dia menyadari siapa orang di depannya. "Arin? Kamu ngapain di si–Eeeeeh? Ke-kenapa kamu nangis?!" Pada waktu bersamaan, Budi dikejutkan dengan Arin yang tiba-tiba menangis.

Budi segera mendekatinya dan meraih bahu gadis itu dengan maksud berusaha menenangkan. Namun, para murid cowok di sekitarnya malah berpikiran bahwa dia sedang mencari kesempatan. Mereka, termasuk Reza, kompak memicingkan mata kepada anak tersebut.

"Arin ...?"

"Kamu tu ... kalo ada apa-apa cepet lapor guru dong! Masa kamu diem aja padahal badanmu babak belur begitu?!" peringat Arin dengan isak tangis yang menyertai, dia lalu melanjutkan, "aku nggak tega ngeliat kamu kaya gini ... hiks ...." Gadis itu menutupi wajahnya dengan lengan kanan.

Arin mencemaskanku?

"Ahaha ... ka-kamu nggak usah nangis gitu! Aku nggak papa kok. Lagian, tadi itu aku sama Reza cuma lagi latihan tinju aja. Jadi, aku dipu ... kul ...."

Karena merasa bersalah pada Arin, Budi pun terdiam tanpa suara. Ia tidak berani mengucap apapun, karena takut akan memperkeruh suasana. Budi hanya mampu menenangkannya dengan kata-kata.

"Maaf, Arin."

"Hei, hei. Kenapa jadi drakor gini?" Reza tiba-tiba menyela pembicaraan. "Tenang aja, Arin. Aku tadi cuma lagi main-main aja kok hahaha ... oh, ya ngomong-ngomong Budi ini siapanya kamu?"

"Diem! Aku udah tau semuanya! Jangan sok-sokan baik di depanku!" Arin melawan dengan air mata yang masih menetes.

Reza menghela napas. "Oke," ucapnya. "Aku ngaku."

"Pokoknya, mulai hari ini, jangan ganggu Budi lagi! Atau–"

"Eh, Arin ... tenang dulu ...!"

"Nggak." Reza membantah. "Aku nggak bisa berhenti gitu aja. Nanti siapa yang nyuciin sepatuku kalo Budi berhenti?"

Arin semakin tersulut emosi. Sementara, Budi hanya mampu terdiam seribu bahasa.

"Tapi, ngeliat kamu sampe memelas gitu, aku jadi nggak tega. Ya udah, khusus buat Arin, aku bakal nurutin permintaannya. Tapi, kita buat perjanjian dulu, deh."

"Perjanjian?"

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Nwonsystem

Nwonsystem

malah saya sendiri yang jadi typo🗿...............

2022-12-29

1

Nwonsystem

Nwonsystem

mata

2022-12-29

1

Nwonsystem

Nwonsystem

mana panik gak sih? , eh gak tau juga sih

2022-12-29

1

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 : Budi si Pengecut
2 Ch. 2 : Fighter System
3 Ch. 3 : Percaya Padaku
4 Ch. 4 : Menghadapi Para Preman
5 Ch. 5 : Kemenangan Mudah?
6 Ch. 6 : Saatnya Pembuktian!
7 Ch. 7 : Bertarung Melawan Reza (Part 1)
8 Ch. 8 : Bertarung Melawan Reza (Part 2)
9 Ch. 9 : Menjenguk Ibu
10 Ch. 10 : Melawan Para Perundung
11 Ch. 11 : Kirana?
12 Ch. 12 : Ran, Teman Masa Kecil
13 Ch. 13 : Ran, Teman Masa Kecil (Part 2)
14 Ch. 14 : Ran, Teman Masa Kecil (Part 3)
15 Ch. 15 : SMA Taran Barat
16 Ch. 16 : Pulang Terlambat
17 Ch. 17 : Apa yang Sebenarnya Terjadi?
18 Ch. 18 : Pertarungan Dimulai
19 Ch. 19 : Perseteruan yang Masih Belum Berakhir
20 Ch. 20 : Raya si Cewek Beringas
21 Ch. 21 : Alvaro
22 Ch. 22 : Diterima Kerja dan Musuh Baru?
23 Ch. 23 : Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran
24 Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran (Part 2)
25 Ch. 25 : Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran (Part 3)
26 Ch. 26 : Ajari Aku Silat!
27 Ch. 27 : Jaket Hitam yang Serbaguna
28 Tolong dijawab!
29 Ch. 28 : Menuju Padepokan dan Bertemu dengan Abah Raya
30 Ch. 29 : Cara Mengalahkan Taekwondo? Menjelma Jadi Seorang Grappler!
31 Ch. 30 : Bukan Tangkisan Silat, Tapi Gi-choke!
32 Ch. 31 : Alam yang Seolah Enggan Membantu
33 Ch. 32 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo
34 Ch. 33 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo (Part 2)
35 Ch. 34 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo (Part 3)
36 Ch. 35 : Pria Aneh
37 Ch. 36 : Kenapa Kau di Sini?
38 Ch. 37 : Rencana Theo dan Kawan-kawan
39 Ch. 38 : Chika
40 Ch. 39 : Awal dari Sebuah Konflik
41 Um...
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Ch. 1 : Budi si Pengecut
2
Ch. 2 : Fighter System
3
Ch. 3 : Percaya Padaku
4
Ch. 4 : Menghadapi Para Preman
5
Ch. 5 : Kemenangan Mudah?
6
Ch. 6 : Saatnya Pembuktian!
7
Ch. 7 : Bertarung Melawan Reza (Part 1)
8
Ch. 8 : Bertarung Melawan Reza (Part 2)
9
Ch. 9 : Menjenguk Ibu
10
Ch. 10 : Melawan Para Perundung
11
Ch. 11 : Kirana?
12
Ch. 12 : Ran, Teman Masa Kecil
13
Ch. 13 : Ran, Teman Masa Kecil (Part 2)
14
Ch. 14 : Ran, Teman Masa Kecil (Part 3)
15
Ch. 15 : SMA Taran Barat
16
Ch. 16 : Pulang Terlambat
17
Ch. 17 : Apa yang Sebenarnya Terjadi?
18
Ch. 18 : Pertarungan Dimulai
19
Ch. 19 : Perseteruan yang Masih Belum Berakhir
20
Ch. 20 : Raya si Cewek Beringas
21
Ch. 21 : Alvaro
22
Ch. 22 : Diterima Kerja dan Musuh Baru?
23
Ch. 23 : Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran
24
Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran (Part 2)
25
Ch. 25 : Pertemuan Antar Pemimpin SMA Taran (Part 3)
26
Ch. 26 : Ajari Aku Silat!
27
Ch. 27 : Jaket Hitam yang Serbaguna
28
Tolong dijawab!
29
Ch. 28 : Menuju Padepokan dan Bertemu dengan Abah Raya
30
Ch. 29 : Cara Mengalahkan Taekwondo? Menjelma Jadi Seorang Grappler!
31
Ch. 30 : Bukan Tangkisan Silat, Tapi Gi-choke!
32
Ch. 31 : Alam yang Seolah Enggan Membantu
33
Ch. 32 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo
34
Ch. 33 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo (Part 2)
35
Ch. 34 : Cara Orang Biasa Mengalahkan Seorang Taekwondo (Part 3)
36
Ch. 35 : Pria Aneh
37
Ch. 36 : Kenapa Kau di Sini?
38
Ch. 37 : Rencana Theo dan Kawan-kawan
39
Ch. 38 : Chika
40
Ch. 39 : Awal dari Sebuah Konflik
41
Um...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!