...*****...
Keesokan harinya, pagi yang cerah seperti biasa. Sinar mentari pagi terpancar luas di segala penjuru. Suara ayam berkokok mendominasi pendengaran.
Arin telah bersiap dengan pakaian corak bunga sakura miliknya. Rambut yang telah dikuncir kuda menambah kesan anggun pada gadis ini. Aksesoris tas anyaman hijau menggantung di tangannya.
Penampilan yang sempurna untuk pergi berbelanja
"Hari ini mie lagi aja deh. Ngutang ke Mpok Alma boleh nggak ya?" gumam gadis itu sembari berpikir. "Ah, nggak ah. Nanti digeplak pake sandal lagi aku."
Ia menghela napas sembari berjalan perlahan. Karena kamar Budi terletak cukup dekat dari pintu depan, jadi tanpa sengaja Arin melewati kamarnya. Kebetulan, saat itu pintu kamar Budi sedang terbuka. Sehingga mata Arin dapat menangkap langsung pemandangan dalam kamar.
Budi dengan pulau kapuknya. Air liur menetes dari rongga mulutnya, menetes jatuh ke atas bantal. Membuat siapapun yang melihatnya akan merasa jijik. Begitu juga dengan Arin. Ia memasang mimik wajah yang jelas menunjukkan rasa jijik kepada kakak laki-lakinya itu.
"Jorok." Kalimat yang terucap dari mulut Arin mewakili semuanya. "Kaya gitu kok katanya mau ngelawan berandal. Cih, babak belur langsung baru tau rasa."
"Bodo ah, mending nyari makan." Ia lalu menggelengkan kepala. Gadis itu kemudian berjalan menuju pintu depan. Mengunci pintu sekaligus membawa kuncinya. Meninggalkan Budi yang sedang tertidur lelap di dalam seorang diri.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba terdengar suara kencang.
Ding!
"Yamete!"
Suara yang sangat dekat dengan telinga Budi, sehingga membuatnya terpaksa bangun dari tidurnya. "Tck, ternyata sistem. Males ah." Namun, ketika mengetahui bahwa suara tadi hanyalah suara sistem, Budi pun segera meringkuk kembali.
[Misi sampingan : Memperkuat tubuh
- Lari 1 km
- Push up 100x
- Berlatih calf kick 100x]
[Waktu : 1 hari]
[Hadiah pencapaian :
• 1 Kartu Perak
• 100 Poin Sistem]
Hukuman : -]
[Apa Host mau menerima misi ini?]
[Ya/Tidak]
"Sialan!"
Pada akhirnya, Budi pun tak dapat menolaknya. Ia segera memulai latihan pribadinya, mulai dari push up dan lalu dilanjutkan melatih calf kick.
Ding!
[Selamat! Host telah mencapai rank baru!
Calf Kick : 3/100 (E)
Kekuatan : 12/100 (F)]
"Rank baru apa? Aah sial! Kenapa kekuatanku masih tertahan pada rank F?" Budi terkapar di lantai dengan napas yang terengah-engah. "Dan juga, apa aku hanya dapat menggunakan calf kick saja, huh? Apa tidak ada skill lain?]
[Tidak ada, Tuan. Host dapat mencari skill baru dengan cara membeli di toko atau menggunakan kartu pencarian]
"Begitu, ya?" Budi langsung bangkit. "Kalau begitu, buka Toko!"
Ding!
[Toko]
"Ah, banyak banget itemnya. Tapi kebanyakan masih terkunci." Ia menggeser bar tersebut. "Mari kita pergi ke bagian skill!"
"Beneran nih? Skill yang kebuka cuma dua doang? Mana Calf kick sama Pukulan jab lagi."
[Item dan skill yang ada pada toko tergantung oleh misi yang diselesaikan. Semakin banyak misi yang tuntas, semakin banyak pula item yang akan terbuka]
"Eh? Kalo di novel yang aku baca, item yang kebuka itu tergantung level sih. Ini beda ya?"
[Fighter System berbeda dengan sistem kekayaan, Tuan. Tidak ada yang namanya level dalam pertarungan jalanan]
[Tingkatkan pengalaman dan item akan terbuka dengan sendirinya]
"Yah oke oke." Budi beralih menatap ke arah skill dengan gambar ikon tinju. "Pukulan jab itu yang kaya gimana ya. Aku sering dengar istilah itu, tapi nggak pernah tau gimana caranya."
[Host dapat menekan tombol (i) untuk mempelajari tentang item]
"Oh?" Sesuai perkataan sistemnya, Budi pun mencari-cari ikon yang dimaksud. Tak perlu memakan waktu lama, kedua matanya langsung dapat menemukannya. "Ini, ya?"
Ia lalu menekan tombol tersebut.
[Pukulan Jab
Sebuah pukulan lurus yang menyasar wajah lawan. Lazimnya digunakan sebagai kombinasi serangan dasar pada Tinju. Teknik yang sering dianggap sepele, tetapi justru memiliki pengaruh besar dalam gerakan.
Jangankan orang biasa, bahkan beberapa atlet UFC juga tidak tahu bagaimana cara menghentikan pukulan ini]
"Hum, jadi begitu, ya." Budi sempat memikirkan beberapa saat. "Baiklah, aku ambil yang satu ini."
[Skill : Pukulan Jab]
[Harga : 500 Poin Sistem]
[Apa host yakin ingin membeli
[Ya/Tidak]
Tanpa pikir panjang, Budi langsung mengucap, "Ya."
Ding!
[Selamat! Host telah berhasil menukar system point untuk skill
[Developed skill]
• Calf Kick : 3/100 (E)
• Jab Punch : 0/50 (F)
"Baiklah. Kurasa, ini sudah cukup untuk dua minggu mendatang." Anak laki-laki itu mengubah posisinya menjadi berdiri. "Yosh, mari selesaikan misi hari ini!"
Ia berteriak demi menyemangati dirinya sendiri. Budi lantas bersiap dengan pakaian olahraganya dan berlari keluar dari rumah.
Demi memenuhi target 1 kilometer dari sistem, Budi pun memutuskan untuk mengambil rute ruwet yang ada di desanya. Rute yang mungkin akan mempertemukannya dengan Arin.
Sebab, jalan yang ditapaki oleh Budi kali ini mengarah ke Warung Mpok Alma. Warung yang sering didatangi oleh Arin saat bahan makanan di dapur telah menipis.
Tatkala Budi telah sampai di depan warung jajanan kecil, laki-laki itu menghentikan langkah sejenak. Matanya menelisik ke segala arah. Tidak ada tanda-tanda Arin di sini. Di satu sisi, Budi merasa senang karena mungkin saja Arin sedang hutang ke warung lain.
Namun, tetap terbesit rasa cemas dalam lubuk hatinya.
"Mungkin Arin udah pulang kali, ya." Budi menggelengkan kepala. "Ya udahlah, mending cepet-cepet nyelesaiin misi ini dan pulang."
Beberapa saat kemudian, akhirnya Budi berjaya menoreh angka 1 kilometer pada bar misi.
Ding!
[Selamat! Host telah menyelesaikan misi sampingan
[Hadiah pencapaian : 1 kartu perak dan 100 Poin Sistem]
"Berhasil. Hahh ... hahh ...." Budi menumpu berat badannya dengan tangan yang menyangga di atas aspal. Ia berusaha mengatur kembali napasnya yang sudah kehilangan ritme normal. "Capek banget gilaa! Ini alasan kenapa aku nggak suka olahraga. Ukhh ... pulang aja ah, mau min–"
Namun, ketika Budi hendak bangkit, seseorang yang entah muncul dari mana, tiba-tiba berdiri di sampingnya. Saat itu, posisi Budi tengah merunduk, jadi dia hanya menangkap gambaran objek sandal jepit berwarna hijau yang dipakai oleh kaki orang di dekatnya tersebut.
Saat itu, Budi sudah mengetahui siapa orang itu.
"Kamu kenapa di sini? Mana badan keringetan semua. Abis ngapain, sih?" Suara seorang gadis jutek terdengar dari jarak dekat.
Budi mendongak untuk memastikan. Dan ternyata sesuai dugaan, orang yang dia lihat adalah Arin. Budi lantas tersenyum kecut seraya menjawab, "Nggak apa-apa, cuma lagi lari-lari biasa kok."
"Oh." Arin melanjutkan, "Ya udah, lanjutin. Aku mau pulang." Ia berjalan menjauh dari Budi yang sedang terduduk lemas di aspal.
"Eh! Tunggu!" Budi segera berdiri dan menyusul Arin yang terpaut beberapa langkah di depannya.
"Ah, ya. Kamu abis dari mana, Rin? Tadi aku nggak liat kamu di Warung Mpok Alma." Budi melontarkan pertanyaan kepada adik perempuannya.
Namun, gadis ketus itu justru malah menanggapi, "Aku dapat apa kalau menjawab pertanyaanmu?"
"Eh? A-Ah itu ...."
"Nggak usah dipikirin. Lagian, nggak mungkin juga aku nyuri barang dari warung orang. Yang penting, udah dapet kan?" ujar Arin membuat Budi terdiam seketika
"O-oke."
Setelah pembicaraan tadi, tidak terdengar lagi suara dari kedua kubu. Arin dan Budi sama-sama menutup mulut. Tidak satupun dari mereka yang berinisiatif memulai pembicaraan lebih dulu.
Ketika sepasang kakak beradik ini tiba di sebuah gang sempit, sebuah kejadian buruk menimpa. Awalnya semua terlihat baik-baik saja, tidak, sampai beberapa preman aneh yang muncul entah dari mana, menghalangi jalan mereka berdua.
Duh, bahaya.
"Tcih."
"Oh halo, Dek. Kamu cantik banget deh, sini main sama abang, yuk!" Seorang pria bertubuh kekar dengan badan yang terpenuhi oleh tatto, mendekat ke arah Arin. Ia mengucap beberapa kalimat yang sangat dibenci oleh perempuan. Terlebih lagi, tatapannya saat ini terlihat sangat mengerikan.
Pria itu mencengkram salah satu tangan Arin. "Uhh ... kulitnya halus banget. Hahaha ... jadi pengen nih."
"Lepasin!" Arin berupaya memberontak. Namun, sayang tubuhnya terlalu kecil jika dibandingkan dengan orang yang mencengkramnya.
"Hei, jangan berontak gitu dong. Ayolah, jadi anak baik ...." Preman itu kemudian memegang bahu Arin dan menurunkan bajunya sedikit ke bawah.
Jelas saja, hal tersebut memantik api kemarahan Budi. Tindakan tak senonoh kepada adiknya dilihat dengan mata kepala sendiri, kakak mana yang tidak marah. Budi mengepalkan tangannya sekuat tenaga.
Wajahnya tampak sangat marah, sampai-sampai dia mengginggit bagian bawah bibirnya sendiri hingga mengeluarkan darah. "Preman sialan! Jangan ganggu adikku, bangs*t!"
Ding!
[Misi telah dipicu]
[Misi utama : Selamatkan adik!]
[Waktu : 30 menit]
[Hadiah :
• 1 kartu emas + 1 kartu perak
• Item
• Memperoleh skill
• 200 poin sistem
Hukuman : Adik Host akan dijadikan penghibur]
[Apa Host ingin menerima misi ini?]
[Ya/Tidak]
Ya!
"Majulah! Aku akan menghabisi kalian semua!" Budi memasang kuda-kuda siap bertarung. Ia memasang sorot mata tajam kepada para preman itu.
[Misi dimulai]
~Bersambung~.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Arparslan Arslan
woii cara like ny gmn di gw gk ada gambar like woii
2022-05-26
0
Vincent Da Vinci
berapa kali kartu dh mc dapat tp tdk dibuka? ni thor lupa ke buka atau mc yg bodoh x buka kartu?
2022-05-20
2
sony kurniawan
hadiah misi gak ada duitnya ya thor ?
2022-04-13
4