...*****...
"Wohooo ... ada pahlawan kesiangan nih. Jadi, cewek ini adikmu, ya? Keliatan beda banget tuh." Preman bertubuh kekar itu melepas cengkraman tangannya dan menatap Budi. "Hei, kamu mau ngelawan kita? Ngaca dulu, badan krempeng gitu bisa ap–"
Belum selesai pria tersebut berbual, Budi langsung melancarkan serangan. Sebuah calf kick melayang sempurna dan tepat mengenai betis musuh.
Pria berwajah sangar itu menjadi mlempem seketika. Ia merasakan sakit pada bagian yang baru saja diserang oleh anak yang tampak seperti pengecut ini.
"Kau bilang aku bisa apa, huh? Mari kutuberi tahu, apa yang bisa kulakukan kepadamu." Budi berdiri tegak di depan tiga orang berbadan besar tersebut. Wajahnya tampak sangat serius, sorot mata tajam bak elang menyiratkan kemarahannya kepada para penganggu itu.
"Sial, ternyata kau itu cukup merepotkan." Namun, tanpa disangka, ternyata musuh masih dapat berdiri. "Hebat, tapi kau tak akan mampu menjatuhkanku hanya dengan omong kosong sok pahlawanmu. Akan kubuat kau mati dengan penuh rasa sakit!" gertaknya seraya melontarkan sebuah pukulan keras dan cepat.
Budi gagal mengelak karena terlambat membaca serangan. Alhasil, sebuah pukulan keras sukses menghujam bagian perut dari anak nekat ini.
Budi terpelanting ke belakang dan menabrak tembok putih di belakang. Suara benturan keras terdengar beberapa saat sebelum Budi jatuh tersungkur.
"Bud!" Arin berteriak histeris saat melihat Budi yang sepertinya kesulitan bangun. Tubuhnya gemetar ketakutan, sekilas tampak bahwa gadis ini tengah mencemaskan kakaknya.
Kembali lagi kepada Budi. Walau badannnya terasa sakit pada bagian perut, dia masih memiliki cukup tenaga untuk bangkit. Bagai pahlawan dalam tokoh film, dia masih belum mau menyerah meski tubuhnya remuk sekalipun.
"Aku ...."
"Hei, apa nih? Kamu mau akting jadi pahlawan, ya?" ejek si preman. Kali ini, ekspresi wajah yang puas telah menghiasi wajah jeleknya. Ia juga sempat menebar beberapa senyum merendahkan kepada anak yang tertunduk itu. "Bangunlah, Nak! Ayo buat pertarungan ini jadi seru! Judulnya 'Pahlawan yang menyelamatkan adik'. Dan aku penjahatnya, hahahaha!"
"Aku ... minta time out!" Di luar dugaan, bukannya mengucap kata-kata heroik seperti para hero, Budi justru mengucap kalimat aneh yang jelas membuat semua insan yang mendengar merasa keheranan.
"Hah?" Preman tadi terkejut.
Tentu saja, mana ada time out di pertarungan jalanan. Namun, hal ini dilakukan bukan hanya untuk menurunkan tensi pertarungan semata. Budi sengaja mengulur masa agar dia memiliki cukup waktu dalam berpikir. Lagi pula, saat ini tips dari sistem sangat diperlukan.
Oke, ini serius. Cepat beri tahu tips agar aku bisa memenangi pertarungan ini.
Ding!
[Tips : Host perlu membayar 50 poin sistem untuk mendapat tips. Apa Host yakin ingin tetap melanjutkan?]
[Ya/Tidak]
Persetan dengan point sistem atau apalah itu! Pokoknya aku harus segera menyerang!
Ya!
[Tips dibuka!]
[Tips : Host dapat menggunakan kartu hadiah untuk mendapatkan skill dan item]
"Kartu hadiah?"
[Kartu perunggu, kartu perak, kartu emas, Tuan]
"Oh!" Budi memukul tangannya saat mengingat tentang kartu hadiah. Ia sudah mengerti.
Buka semua kartu hadiah sekarang!
[Seluruh kartu hadiah dibuka]
[Selamat! Host telah mendapatkan kacang pemulihan!]
[Selamat! Host telah mendapatkan skill bertarung Taekwondo
[Selamat! Host telah mendapatkan support skill
"I-ini?!"
"Hei, kau! Kenapa kau diam saja hah? Mau cepet-cepet mati?!" tegur si preman yang sedari tadi hanya terdiam memandangi Budi. Sekarang, batas kesabarannya telah tercapai. Tangan-tangan besarnya sudah gatal ingin menghajar orang yang tadi sempat hampir tumbang.
"Nggak." Budi tiba-tiba saja merunduk. Ia lalu mendongak dan menatap orang kekar di depannya. "Aku cuma lagi mikirin kata-kata heroik biar bisa kuucapin pas Om tepar nanti."
Gunakan kacang pemulihan.
[Kacang pemulihan digunakan!]
[Stamina Host kembali pulih!]
"Hei, punya sapu tangan nggak?" Ia lalu melanjutkan, "tanganku kotor nih, kasian kalo kalian mati pake tangan kotor ini."
"Cih, apa-apaan!"
Budi melirik Arin di belakang. "Arin, cepat ke belakangku! Jangan lupa panggil ambulans!"
"Hah?!"
"Buat jaga-jaga, siapa tau nanti mereka nggak bisa bangun lagi." Laki-laki itu mengangguk, memberikan isyarat kepada orang yang dimaksud untuk segera melakukan apa yang diminta. Arin memahami kode Budi, dia lantas berlari mundur ke belakang Budi.
Meski sebenarnya, Arin masih sedikit khawatir. Namun, saat melihat Budi yang seperti baik-baik saja, membuatnya mulai percaya.
"Hei, apa kepalamu kejedot atau apa? Tiba-tiba ngomong kaya mau menang aj–"
Gunakan peningkatan kemampuan.
"Dwi chagi!" Budi melakukan sebuah gerakan tendangan yang tepat mengenai kepala orang yang menganggu adiknya tersebut.
Braak!
Hanya dalam satu kali serangan, Budi mampu menumbangkan musuh yang jelas memiliki perbedaan berat badan signifikan.
[Skill digunakan! Seluruh kemampuan mencapai tingkat (B)]
[Catatan : *Akan hilang setelah digunakan]
Sebuah senyuman miring terukir pada bibir tipis Budi. "Emang aku mau menang," ucapnya seraya mendaratkan telapak kaki pada perut besar musuh.
"Bocah sialan! Sekali pukul mampus kamu!" Melihat temannya tumbang, tentu saja kedua preman lainnya tidak tinggal diam. Dengan amarah yang menggebu-gebu, mereka maju bersamaan.
"Budi!" Arin berteriak sekali lagi.
Sedangkan, Budi hanya terdiam. Namun, tak lama setelahnya, anak kurus itu bergerak maju dan melepaskan sebuah calf kick ke arah betis preman botak.
Berbeda dengan calf kick sebelumnya, kali ini tendangannya penuh tenaga berkat bantuan support skill.
"Ba. Cot."
Kretek!
"Wah, kaki om bunyi tuh. Hahaha ... tulang keringnya patah deh kayanya!" Budi tertawa setelah mendengar suara tadi. Membuat orang yang menyaksikannya bergidik ngeri. Bagai dirasuki oleh sadistic, anak yang awalnya dipandang remeh tiba-tiba memancarkan aura mengerikan.
Kheh ... bocah ini jadi lebih kuat!
"Tapi, itu belum cukup."
Musuh hanya diam tak berdaya sekarang. Tentu saja, Budi tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ia melepaskan calf kick berkali-kali ke arah betis yang sama–membuat musuh kedua tumbang dengan wajah penuh rasa sakit.
Dua telah tepar, satu lagi yang tersisa. Budi menatap tajam pria tersebut dengan sorot mata tajam. Orang mana yang tak gemetar jika ditatap seperti itu.
"Pergi dari sini dalam waktu sepuluh detik ...," bisik Budi lirih, "... atau aku akan membunuh kalian semua."
Deg!
"Heh?"
"Sepuluh ...." Budi mulai berhitung.
Preman yang tersisa sontak terkaget-kaget. Ia bergegas menarik kedua tangan rekan-rekannya dan menyeret mereka menjauh dari orang ini.
"Sembilan ...."
"Ah ngapunten, Mas! Sial! Mana si Asep berat banget ini!" Si preman mempercepat langkah untuk menghindari habisnya waktu.
Budi menyaksikan dia dari belakang sembari tertawa lepas. Ekspresi wajahnya yang tadi tampak seperti psikopat, kini mencair. Ia kembali menjadi Budi.
Langkah kaki terdengar dari arah samping. Budi pun menoleh. Ternyata, insan yang saat ini berada di sampingnya adalah Arin.
Gadis itu tersenyum tipis. "Kalo kaya gini, ngelawan Reza bukan masalah besar dong."
"Eh?"
Arin memandangi Budi. "Aku nggak nyangka kamu bisa ngalahin preman-preman itu. Ternyata, kamu jago berantem juga, ya."
"Ah ... itu ...." Budi memegangi tengkuk kepalanya.
Itu sih gara-gara sistem.
"Ya udah deh. Ayo pulang, aku bakal masakin mie goreng buat kak–maksudku kamu."
"Eh, tadi kamu mau manggil aku kakak?" Budi bertanya.
"Ma-mana ada! Jangan ngayal deh! Ayo ah, cepet pulang!"
"Iya deh."
Akhirnya, setelah melewati pagi kelam di hari libur, Budi dan Arin kembali ke rumah dengan senyuman sumringah.
Ding!
[Misi selesai]
"Buka kartu."
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
GreatSage_Gilgamesh
awokwokwok 🤣🤣🤣
2022-08-29
0
GreatSage_Gilgamesh
gw jadi ngeri anjim
2022-08-29
0
GreatSage_Gilgamesh
bruh 🗿👍🏻
2022-08-29
0