Little Mom

Little Mom

Bab 1 Awal mula

Di malam hari yang larut, Mutiara sedang membaca buku di meja belajarnya, karena dirinya akan menghadapi ujian terakhir besok. Ia harus belajar dengan tekun supaya perjuangan selama tiga tahun itu tidak sia-sia, dan juga agar ia bisa masuk ke SMA favorit jika nilai rapornya bagus.

Sebenarnya, Mutiara memang anak yang cukup pintar dan rajin, sehingga ia selalu masuk peringkat tiga besar di sekolahnya. Akan tetapi, ia merupakan anak yang suka menyendiri, kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Ia tidak mempunyai teman dekat, walaupun ada teman yang ingin mendekat, Mutiara selalu menolak. Alasannya karena ia tidak ingin dimanfaatkan hanya karena kepintarannya, bukan atas dasar ketulusan.

Mutiara memang anak yang seperti kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan di tempat kerja, kini ibunya menikah lagi dengan seorang duda beranak satu, dan itu pun tanpa persetujuan dari Mutiara. Karena ibunya sudah bucin akut dengan sang duda, ia tidak memikirkan perasaan anaknya dan lebih mengutamakan cintanya.

Begitu pun dengan sikap dari suami baru ibunya, yang seperti tidak menerima keberadaan Mutiara di dalam keluarganya. Kadang pula ia suka memarahi anak tirinya tanpa alasan yang jelas, dan hal itu membuat Mutiara harus menghadapi tekanan hidup yang berat di usianya yang masih belia.

Sungguh miris sekali hidupnya.

Dalam keadaan yang sudah sangat mengantuk, terdengar suara orang dari luar yang sedang mengetuk pintu.

Tok tok tok.

Sontak saja ia tersentak kaget saat mendengar ketukan pintu tersebut. Kemudian Mutiara berjalan ke arah sumber suara yang berada di ruang tamu.

"Bukaaaa pintunya oiyyy!" teriak Dimas.

"Tunggu sebentarrr," sahut Mutiara dengan nada suara sedikit ditinggikan agar yang di luar bisa mendengar.

Klik.

Ia membuka kenop pintu dan mendapati kakaknya sedang menatap tajam ke arahnya.

"Lama banget sih lo ngebukain pintunya," sarkas Dimas kepada adiknya.

Kemudian Mutiara mengendus aroma yang sangat menyengat dari kakaknya.

"Kak, bau apa ini?" tanya Mutiara kepada kakaknya.

"Berisikkk lo!" ketus Dimas dengan tatapan dinginnya.

"Maaf, Kak," ucap Mutiara sambil menunduk karena tidak berani menatap kakaknya.

"Sekarang lo bantu papah gue ke kamar," pinta Dimas dengan wajah datarnya.

"Iya, Kak," sahut Mutiara dan langsung memapah kakaknya menuju kamar.

Ketika berjalan di ruang tamu, tiba-tiba...

Dukk.

"Awww, kakiku!" pekik Dimas sambil memegangi lututnya yang terbentur meja tamu.

"Lo sengaja ya ngelakuin ini? Dendam sama gue, hah?!" bentak Dimas kepada adiknya dengan menyebalkan.

"Maaf, Kak. Aku enggak sengaja. Lagian badan Kakak berat, jadinya aku oleng," celetuk Mutiara, kemudian langsung membungkam mulutnya sendiri karena dipelototi kakaknya.

Setelah itu, ia kembali memapah kakaknya menaiki anak tangga menuju lantai atas. Sesampainya di depan kamar, Mutiara membuka kenop pintu dan merebahkan kakaknya ke kasur dengan pelan-pelan.

Saat ia hendak mendekati pintu...

"Eh, tunggu. Bawain air minum. Gue haus," pinta Dimas kepada adiknya. Kemudian Mutiara menoleh dan mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia akan membawakannya.

"Iya, Kak. Tunggu sebentar," ujarnya, kemudian keluar kamar menuju dapur.

Sesampainya di dapur, ia mengambil air minum seperti yang diminta kakaknya, dan membawanya ke kamar Dimas. Sesampainya di depan kamar, ia mengetuk pintu.

Tok.

"Kak, ini minumnya," panggil Mutiara kepada kakaknya.

"Masuk," balas Dimas menyuruh adiknya masuk. Kemudian ia menyodorkan gelas kepada kakaknya. Dimas mengambil gelas itu dan meminumnya.

Glek glek glek...

Dimas meminumnya sampai habis, kemudian menyodorkan gelas itu ke tangan adiknya. Mutiara menerima gelas itu dan menaruhnya di atas laci dekat tempat tidur. Saat ia hendak berbalik badan, tiba-tiba tangannya dicekal oleh kakaknya dari belakang. Lalu, ia menarik tangan Mutiara hingga terjatuh dalam pelukannya.

Sontak saja karena hal itu, Mutiara kaget dan mencoba melepaskan pelukan dari kakaknya itu. Namun, hal tersebut sia-sia karena Dimas enggan melepaskan pelukannya. Malah ia semakin mengeratkan pelukannya itu.

Tiba-tiba, tangan Dimas mulai membelai rambut Mutiara, menghirup aroma rambutnya, dan mencium rambut Mutiara dari belakang dengan sangat bergairah.

Sontak saja karena tindakan kakaknya itu, Mutiara menegang. Di lubuk hatinya, ia sangat takut akan apa yang akan dilakukan oleh kakaknya.

Kemudian Dimas membalikkan badannya supaya mereka saling berhadapan. Dimas menatap lekat sorot mata adiknya, sementara Mutiara hanya bisa menundukkan pandangannya karena ia takut menatap sorot mata tajam kakaknya itu.

Kemudian tangan Dimas mulai memegangi dagu adiknya dan mendongakkan wajahnya supaya berhadapan dengan dirinya. Tatapan mereka saling bertemu, membuat wajah Mutiara bersemu merah. Tiba-tiba...

Cup.

Ciuman manis dari kakaknya itu mendarat di bibir mungil ranum Mutiara, dan membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan. Karena ini merupakan first kiss-nya, dan lagi, yang melakukannya adalah kakak tirinya sendiri.

Dimas semakin memperdalam ciuman itu, seolah-olah enggan untuk melepaskannya.

Melihat perbuatan Dimas yang melewati batas, Mutiara langsung mendorong kakaknya sekuat tenaga supaya dia tidak berbuat hal yang tidak senonoh lagi kepadanya. Karena amarah dalam dirinya sudah tidak bisa ditahan lagi, pada akhirnya...

Plak!

Entah Mutiara mendapatkan keberanian dari mana hingga bisa menampar kakaknya itu. Sampai akhirnya cap lima jari bekas tamparan itu terpampang jelas di wajah tampan kakaknya. Tapi sayangnya, tindakannya itu tidak membuat kakaknya sadar dari mabuknya.

Dimas memegangi pipinya yang perih karena tamparan itu, dan menatap nyalang ke arah adiknya. Mutiara sudah mulai ketakutan atas tindakannya. Kemudian ia langsung berlari ke arah pintu kamar, tapi sayang, kakaknya langsung menahan Mutiara agar tidak bisa keluar dari kamarnya.

Mutiara benar-benar ketakutan setengah mati. Keringat bercucuran deras di wajahnya karena dirinya dihadang oleh kakaknya saat hendak keluar. Kemudian Dimas mengunci pintu kamarnya, tetapi tatapan matanya tidak terlepas dari adiknya.

Takut dengan tatapan buas kakaknya itu yang seakan-akan ingin menerkam, ia perlahan-lahan berjalan mundur ke belakang. Sementara itu, Dimas hanya tersenyum menyeringai melihat wajah pucat adiknya.

Karena Mutiara tidak melihat jalan di belakangnya, akhirnya tanpa sadar ia sudah mentok pada tembok tersebut.

"Tolonggg!" teriak Mutiara sekeras-kerasnya.

Tapi hal itu percuma, karena saat ini di rumahnya hanya ada sang kakak dan dirinya, sementara pembantu yang biasa ada di rumah sedang izin pulang kampung.

Dimas semakin mendekati adiknya hingga posisi mereka kini saling berhadapan. Ia merasakan deru napas hangat kakaknya itu. Kemudian Dimas membisikkan sesuatu di telinga adiknya.

"Mutiara... malam ini kamu terlihat cantik." puji Dimas kepada adiknya.

Jederrr.

Sontak saja mendengar pengakuan kakaknya itu, ia dibuat terkesiap dan hanya bisa menyipitkan mata, seolah-olah bingung harus berkata apa kepada kakaknya itu.

Melihat ekspresi wajah Mutiara yang kebingungan seperti itu malah membuat Dimas gemas dengan kepolosan adiknya.

Mutiara memutar bola matanya, jengah dengan tatapan mata kakaknya yang terus memperhatikannya.

Kemudian tanpa aba-aba, Dimas langsung membopong adiknya ke kasur.

Terpopuler

Comments

Daylily

Daylily

Bagus, thor

2022-12-05

1

Hajime Nagumo

Hajime Nagumo

awal yang bagus

2022-07-18

1

Hawa zaza

Hawa zaza

keren kak ceritanya☺

2022-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!