Setelah hampir satu Minggu Hartanto pergi ke luar kota bersama Istrinya untuk urusan bisnis, akhirnya ia harus pulang ke rumah tanpa ditemani Istrinya di karenakan Kirana masih ada urusan penting disana.
Saat Hartanto melangkahkan kaki menuju rumahnya, Ia merasa heran dengan suasana di rumah ini seperti ada yang berbeda. Lalu Ia berjalan menuju anak tangga, saat sedang berjalan tiba-tiba Ia mendengar seperti ada seseorang yang sedang menangis kemudian Ia menelusuri asal suara tersebut dan alangkah terkejutnya saat Ia mendengar orang yang menangis itu adalah anaknya sendiri Dimas.
Mutiara Aku mohon tolong Maafkan diriku Aku tidak sengaja menyentuhmu karena saat itu aku sedang dipengaruhi oleh alkohol dan membuatku kehilangan akal sehat saat malam tadi"ujar Dimas dengan Isak tangisnya.
DEG
Sontak saja saat mendengar pengakuannya tadi membuat dirinya syok setengah mati, karena Ia tahu maksud dari ucapan Anaknya itu. Lalu, Ia memilih untuk turun ke lantai bawah menuju dapur untuk mengambil minum dan menenangkan hatinya yang sedang kacau.
Aku harus bagaimana jika sampai Kirana mengetahui kejadian itu pasti Dia akan menceraikan aku dan memenjarakan Anakku, T-tidak jangan sampai hal tersebut terjadi. Aakkhhh kenapa sih mereka selalu menjadi penghalang untuk kebahagiaanku"batin Hartanto dengan mengacak rambutnya karena frustasi dengan masalah yang dihadapinya.
Bagaimana pun caranya Aku harus membuat mereka diam, jangan sampai salah satu dari mereka menceritakan kejadian itu kepada Kirana terutama Mutiara aku harus bisa membuat anak itu keluar dari rumah ini tanpa harus repot-repot mengusirnya "gumam Hartanto sambil memutar-mutarkan gelas di tangannya.
Sementara itu di kamar lantai atas Dimas masih setia berdiri di depan pintu berharap Adiknya membukakan pintu untuknya tapi sayangnya Mutiara masih enggan membukakan pintu untuk Dimas
Pergi Kak dari sini aku tidak mau melihat wajahmu...huhuhu"sarkas Mutiara dengan tangisan terisak-isak.
Mendengar ucapan dari Adiknya itu akhirnya mau tidak mau ia harus mengalah menunggu agar Adiknya tenang dulu dan dengan terpaksa ia berjalan meninggalkan kamar itu.
Saat Dimas hendak mengambil air minum di dapur ia dikejutkan dengan keberadaan ayahnya di meja makan yang sedang menatap tajam kepada.
"Pah kapan datang? tanyanya, seharusnya papah memberitahukanku supaya aku bisa menjemputmu di bandara"sambungnya.
"Papah sudah tahu semuanya"balasnya
"sekarang kamu duduk ada hal yang ingin papah bicarakan"
"Kenapa kamu melakukan hal ini hah?,apa kamu tidak memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya"tanyanya
Maafkan Dimas pah, Aku sangat menyesalinya dan sekarang apa yang harus ku lakukan?
Kemudian Hartanto memijit pelipisnya mencoba memikirkan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi Anaknya ini, "Begini saja sebaiknya kamu jangan memberitahu kejadian ini pada Kirana anggap saja hal ini tidak pernah terjadi"tegasnya
Tapi pah bagaimana dengan nasib Mutiara kedepannya?
"Papah akan bicara dengannya nanti, jadi... jangan terlalu memikirkan Dia pikirkan saja dirimu sendiri, lagian papah melakukan ini untuk masa depanmu juga."mengerti"
Iya pah, tapi nanti tolong sampaikan maafku kepada Mutiara.
Sementara itu di kamar atas Mutiara yang sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah, akhirnya dengan terpaksa harus turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil camilan mengganjal perutnya yang sedang lapar.
Sesampainya di dapur Ia kaget melihat Kakak dan Ayah tirinya sedang berbincang dengan serius dan mereka Menatap kearah Mutiara, sementara itu Ia hanya bisa menundukkan kepala lalu berjalan ke arah kulkas yang tidak jauh dari tempat duduk Dimas.
" Huh Sial, kenapa Aku malah ke dapur, ih kalau tahu gini mendingan tadi langsung saja berangkat ke sekolah. Tapi mau gimana lagi yang namanya urusan perut tidak bisa di ajak kompromi"umpat Mutiara dalam hatinya, lalu Ia berjalan keluar tanpa mempedulikan dua orang itu yang sedang menatapnya seolah-olah membuang muka pada mereka.
Saat di perjalanan menuju sekolah Ia di kejutkan dengan kehadiran mobil Kakak yang membuntutinya dari belakang
Bim Bim Bim
Mutiara, ayo berangkatnya bareng daripada kamu kesel nunggu taksinya"ajak Dimas kepada Mutiara sambil melanjukan kecepatan mobilnya dengan pelan.
Duk
"Singkirkan mobilmu dari pandanganku"ketusnya, dan juga aku tidak membutuhkan tumpanganmu jadi menyingkirlah"bentak Mutiara kemudian berlalu pergi meninggalkan Kakaknya yang sedang melongo mendengar ucapan pedas dari mulut Adiknya yang biasanya Polos dan lugu.
Taksi" ucap Mutiara sambil melambaikan tangannya.
***
Sesampainya di sekolah Ia melihat beberapa temannya menyapa dirinya dengan senyuman saat ia hendak duduk.
"Tumben kenapa mereka sok ramah ke Aku?Ah... mungkin karena ujian terakhirnya adalah matematika jadi mereka berharap aku memberikan contekan kepada mereka,Hem... jangan harap"batin Mutiara kemudian ia mengambil roti Sandwich yang tadi dibawa Untuk mengganjal perutnya.
_
Waktu ujian telah dimulai, dan saat di tengah-tengah Ia sedang mengerjakan ujian tiba-tiba semua orang mengerumuni dirinya.
"Ara,mana kertas soal ujianmu, sini!"pinta salah satu temannya dan diikuti teman lainnya" Gue dulu, lagian Lo udah banyak yang di isi!"balas temannya yang lain. Ada juga yang so soan meminta dengan memohon"Ara, please aku liat kamu kan teman yang baik yah"rengeknya tidak tahu malu.
"TIDAK MAU"jawabnya tegas, Kerjakan sendiri dan juga kembali ke meja kalian masing-masing jangan berkerumun di mejaku"usir Mutiara pada teman-temannya.
Huh,mana tuh guru pengawasnya kok lama banget yah ke toilet mereka kan jadi cari kesempatan"dengusnya kesal.
"Semuanya balik lagi ke meja kalian, tuh liat gurunya mau kesini "ucap Mutiara sambil tangannya menunjuk ke luar ruangan.
Sontak saja saat mendengar ucapan dirinya semuanya langsung lari kocar-kacir ke meja masing-masing.
"Ehem, maaf semuanya ibu lama di toliletnya"ucap guru pengawas dadakan itu, karena guru yang ditugaskan mengawasi kelas Mutiara tidak bisa hadir.
"Santuy Bu eh...."celetuk salah satu teman Mutiara yang suka ceplas-ceplos ngomongnya.
"Sudah-sudah cepat kerjakan lagi waktu ujiannya tinggal beberapa menit lagi"
Tiba-tiba saat semua orang sedang panik mengisi kertas ujiannya, ada salah satu orang di ruangan itu yang mengangkat tangan dan membuat semua orang menatap kearahnya.
"Bu, Ara uda selesai ngerjainnya"ucap Mutiara ,dan membuat semua orang yang berada di ruangan itu tercengang.
"Ouh, silahkan periksa kembali selagi masih ada waktu"sahutnya
"Udah di periksa lagi kok bu, dan Ara udah yakin dengan jawabannya"jelasnya
"Ya udah silahkan kumpulan di depan dan yang udah boleh pulang"seru guru pengawas itu, dan kemudian dianggukan oleh dirinya. Saat dirinya hendak keluar ruangan Ia menoleh ke arah teman-temannya dengan senyum menyeringai dan mengedipkan sebelah matanya.
"Sialan, tuh anak mentang-mentang merasa pintar jadi congkak"geram salah satu temannya, dan juga yang lainnya.
Sementara itu saat Mutiara sudah pulang dan hendak masuk ke kamar dirinya di hadang oleh Ayah tirinya.
"Mutiara, sini dulu ada hal yang ingin saya bicarakan"panggilannya, kemudian berjalan mendekati dirinya.
"Mengenai kejadian tadi malam kuharap kamu jangan memberitahukan ini pada Kirana, jika sampai kamu memberitahukannya kamu akan tau akibatnya nanti ,PAHAM"ancamnya
Ya itung-itung kamu balas budi gitu, karena kan selama ini yang bayar sekolahmu dan mau nampung kamu dirumah ini siapa?SAYA"Sarkas Hartanto sambil menunjuk pada dirinya.
Sementara itu Mutiara yang takut dengan acamam Ayah tirinya hanya bisa menangis dan menganggukkan kepalaku tanpa berbicara sepatah katapun.
Tiba-tiba di sela percakapannya dengan Anak tirinya Ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Fadhila Hasna luthfiyah
kek tersambar petir ye
2023-01-07
0
Triple.1
ada ya bapak kek gitu..Weh bapak tiri sih yaa...
2022-04-11
0