Di malam hari yang larut Mutiara sedang membaca buku di meja belajarnya, karena dirinya akan menghadapi ujian terakhir besok. Ia harus belajar dengan tekun, supaya perjuangan selama 3 tahun itu tidak sia-sia. Dan juga ia bisa masuk SMA favorit, jika nilai raportnya bagus.
Sebenarnya Mutiara memang anak yang cukup pintar, dan rajin sehingga ia selalu masuk rangking tiga besar di sekolahnya. Akan tetapi ia merupakan anak yang suka menyendiri, kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Sehingga ia tidak mempunyai teman dekat, walaupun ada teman yang ingin dekat dengannya ia selalu menolak. Alasannya karena ia tidak ingin dimanfaatkan hanya untuk kepintaran, bukan atas dasar ketulusan darinya.
Mutiara memang anak yang seperti kurang kasih sayang kedua orang tua, setelah Ayahnya meninggal karena kecelakaan di tempat kerja. Kini Ibunya menikah lagi dengan seorang Duda anak satu, itupun tanpa persetujuan dari Mutiara. Karena Ibunya sudah bucin akut dengan sang Duda itu, Dia tidak memikirkan perasaan Anaknya dan lebih mengutamakan cintanya.
Begitu pun dengan sikap dari Suami baru Ibunya itu seperti tidak menerima keberadaan Mutiara di dalam keluarganya. Kadang pula Dia suka memarahi Anak tirinya tanpa alasan yang jelas, dan hal itu yang membuatnya harus menghadapi tekanan hidup yang berat di usianya yang masih belia.
Sungguh miris sekali hidupnya.
Dalam keadaan yang sudah sangat mengantuk, terdengar suara orang dari luar yang sedang mengetuk pintu.
Tok tok tok
Sontak saja Ia tersentak kaget saat mendengar ketukan pintu tersebut, kemudian Mutiara berjalan kearah sumber suara yang berada di ruang tamu.
"Bukkkaaaa pintunya oiyyy" teriak Dimas
"Tunggu sebentarrr" sahut Mutiara dengan nada suara sedikit ditinggalkan agar yang di luar mendengar.
Clekk
Ia membuka kenop pintu dan mendapati Kakaknya sedang menatap tajam kearahnya.
"Lama banget sih lo ngebukain pintunya" sarkas Dimas kepada Adiknya.
Kemudian Ia mengendus aroma yang sangat menyengat dari Kakaknya.
"Kak, bau apa ini" tanya Mutiara kepada Kakaknya.
"Berisikkk lo"ketus Dimas kepada Adiknya dengan tatapan dinginnya.
"Maaf Kak"ucap Mutiara dengan menunduk kepada karena tidak berani menatap Kakaknya.
"Sekarang Lo bantu memapah Gue ke kamar" pinta Dimas dengan wajah datarnya.
"Iya Kak" sahut Mutiara dan langsung memapah kakaknya menuju kamar.
Ketika berjalan di ruang tamu, Tiba-tiba.
Dukkk
"Awww, Kakiku"Pekik Dimas sampai memegangi lututnya yang terbentur meja tamu.
"Lo sengaja ya ngelakuin ini, dendam sama Gue hah"bentak Dimas kepada Adiknya yang menyebalkan.
"Maaf Kak, Aku enggak sengaja lagian badan Kakak berat jadinya Aku oleng"celetuk Mutiara kemudian membungkam mulutnya sendiri, karena di pelototi Kakaknya.
Setelah itu ia kembali memapah Kakaknya menaiki anak tangga menuju lantai atas, sesampainya didepan kamar Mutiara membuka kenop pintu dan merebahkan Kakaknya ke kasur dengan pelan-pelan.
Saat ia hendak mendekati pintu.
"Eh tunggu, bawain air minum gue haus"pinta Dimas kepada Adiknya, kemudian Mutiara menoleh kepada Kakaknya dan menganggukkan kepalanya mengisyaratkan akan membawakan apa yang diminta.
"Iya Kak, tunggu sebentar"ujarnya kemudian keluar kamar menuju Dapur.
Sesampainya di dapur ia mengambil air minum yang Kakaknya minta, dan membawanya ke kamar Dimas.
Sesampainya didepan kamar ia mengetuk pintu.
Tok
Kak ini minumnya"panggil Mutiara kepada Kakaknya
"Masuk"balas Dimas menyuruh Adiknya masuk. Kemudian ia menyodorkan gelas kepada Kakaknya, Dimas mengambil gelas itu dan meminumnya.
Glek glek glek
Dimas meminumnya sampai habis,
Kemudian menyodorkan gelas itu ke tangga Adiknya. Mutiara menerima gelas itu dan menaruhnya di atas laci dekat tempat tidur, saat ia hendak berbalik badan tiba-tiba tangannya di cekal oleh Kakaknya dari belakang. Lalu menarik tangan Mutiara hingga terjatuh dalam pelukannya, sontak saja karena hal itu membuat dirinya kanget dan mencoba melepaskan pelukan dari kakaknya itu.
Namun hal tersebut sia-sia karena Dimas enggan melepaskan Pelukannya.
Malah ia semakin mengeratkan pelukannya itu.
Tiba-tiba tangannya Dimas mulai membelai rambut Mutiara menghirup aroma rambutnya, dan mencium rambut Mutiara dari belakang dengan sangat bergairah.
Sontak saja karena tindakan kakaknya itu membuat dirinya menegang, dan di dalam lubuk hatinya ia sangat takut sekali apa yang akan di lakukan oleh Kakaknya?.
Kemudian Kakaknya membalik badannya supaya mereka saling berhadapan.
Dimas menatap lekat sorot mata Adiknya dengan dalam, sementara Mutiara hanya bisa menundukkan pandangannya karena ia takut menatap sorot mata tajam Kakaknya itu.
Kemudian tangan Dimas mulai memegangi dagu Adiknya, dan mendongakkan wajahnya supaya berhadapan dengan dirinya. Dan tatapan mereka saling bertemu membuat wajah Mutiara bersemu merah. Tiba-tiba
Cup
Ciuman manis dari Kakaknya itu mendarat di bibir mungil ranum Mutiara, dan membuat jantungnya Berdebar debar tidak karuan. Karena ini merupakan First kiss baginya, dan lagi yang melakukannya adalah Kakak tirinya sendiri.
Dimas semakin memperdalam ciuman itu seolah-olah enggan untuk melepaskannya.
Melihat perbuatan Dimas yang melewati batas Mutiara langsung mendorong Kakaknya sekuat tenaga, supaya Dia tidak berbuat hal yang tidak senonoh lagi Kepadanya.
Karena Amarah dalam dirinya sudah tidak bisa di tahan lagi, pada akhirnya.
Plak
Entah Mutiara mendapatkan keberanian dari mana bisa menampar Kakaknya itu.
Sampai akhirnya cap lima jari bekas tamparan itu terpampang jelas di wajah tampan Kakaknya, tapi sayangnya tindakannya itu tidak akan membuat Kakaknya sadar dari mabuknya.
Dimas memegangi pipinya yang perih karena tamparannya itu, dan menatap nyalang pada Adiknya. Mutiara sudah mulai ketakutan atas tindakannya, kemudian ia langsung berlari ke arah pintu kamar. Tapi sayang Kakaknya langsung menahan Mutiara agar tidak bisa keluar dari Kamarnya.
Mutiara benar- benar ketakutan setengah mati keringat bercucuran deras di wajahnya. Karena Dirinya di hadang oleh Kakaknya saat hendak keluar, kemudian Dimas mengunci pintu Kamarnya tetapi tatapan matanya tidak terlepas dari Adiknya.
Takut dengan tatapan buas Kakaknya itu yang seakan-akan ingin menerkam, ia perlahan-lahan berjalan mundur ke belakang. Sementara itu Dimas hanya tersenyum menyeringai melihat wajah pucat Adiknya.
Karena Mutiara tidak melihat jalan di belakangnya, akhirnya tanpa tidak disadari Ia sudah mentok pada tembok tersebut.
"Tolonggg"teriak Mutiara sekeras-kerasnya.
Tapi hal itu percuma karena saat ini di rumahnya hanya ada sang kakak dan dirinya, sementara pembantu yang biasa ada di rumah ini sedang ijin pulang kampung.
Dimas semakin mendekati Adiknya hingga posisi saat menghimpit Mutiara, Ia merasakan deruan nafas hangat Kakaknya itu. Kemudian Dimas membisikkan sesuatu di telinga Adiknya itu.
"Mutiara, malam ini kamu Terlihat Cantikk"puji Dimas kepada Adiknya.
Jedderrrr
Sontak saja mendengar pengakuan Kakaknya itu Ia dibuat terkesiap, dan hanya bisa menyipit mata Seolah-olah bingung harus berkata apa? kepada Kakaknya itu.
Melihat ekspresi wajah Mutiara yang kebingungan seperti itu, malah membuat membuat Dimas gemas dengan kepolosan Adiknya.
Mutiara memutar bola matanya jengah, dengan tatapan mata Kakaknya yang sedang memperhatikannya terus.
Kemudian tanpa aba-aba Dimas langsung membopong Adiknya ke kasur.
hai teman-teman, mohon dukungannya ya untuk karya novel pertamaku.
Mohon maaf bila dalam penulisannya ada typo atau bahasanya masih amburadul.
karena author masih penulis pemula😅
Terimakasih 🤗
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi author☺️
selamat membaca 😁
Kemudian tubuh Mutiara di jatuhkan ke atas tempat tidur dengan kasar, Mutiara berusaha berfikir keras bagaimana cara supaya Dirinya bisa pergi dari kamar ini.
Ia melirik ke sekelilingnya, mencari sesuatu yang bisa di jadikan senjata perlawanan menghadapi Kakaknya itu.
"Ayolah Ara, cepatlah berfikir bagaimana caranya agar bisa terlepas dari situasi ini"batin Mutiara dalam hatinya, kemudian tidak jauh dari kasurnya Ia melihat ada bantal dan guling tanpa pikir panjang Ia langsung memukuli Kakaknya tanpa ampun.
Buk buk buk
"Rasain emang enak di timpuk hah"umpat Mutiara kemudian menginjak kaki Kakaknya.
Melihat ada celah untuk dirinya bisa keluar dari kamar ini, langsung saja Ia berlari mendekati pintu dan berusaha membuka kenop pintu
Ceklekk ceklekk ceklekk
"Sial, kenapa pake acara macet segala lagi" gumamnya sambil menatap Kakaknya yang mulai mendekati Dirinya.
Hahahaha
"Percuma, Lo gak akan bisa keluar dari sini"sahut Dimas kepada Adiknya dan membuat Mutiara semakin panik dibuatnya.
Dalam keadaan yang terdesak Ia melirik ada beberapa benda yang berada di atas laci dekat pintu itu, Kemudian di lemparkan nya
Gelas, lampu tidur, remote, power Bank ke arah Kakaknya itu
Praang praang praang
Sayang sekali benda-benda yang Ia lemparkan ke arah Dimas itu tidak mengenai dirinya. Karena Ia bisa menghindar, dan posisi Mutiara saat ini dihimpit oleh Kakaknya. Dan membuat Dirinya gemetar katakutan sementara Dimas hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Adiknya yang sedang ketakutan.
"Sudah cukup main-main nya sayang, sekarang waktunya kita bersenang-senang"ucap Dimas dengan senyum menyeringai. mendengar ucapan dari Kakaknya itu membuat bulu kuduknya merinding. Ini seperti bukan Kakaknya yang selama ini Ia kenal melainkan setan yang sedang merasuki tubuh Dimas di kala Dia sedang mabuk.
Kemudian Dimas menarik tangan Mutiara secara paksa dan mendorong Adiknya hingga terjukal kebelakang, untungnya Ia mendarat di atas kasur empuk. Saat dirinya hendak bangkit tiba-tiba Dimas mengukungnya dan mulai bertindak Agresif kepada Adiknya. Tangisan Mutiara mulai tumpah membasahi pipinya disaat Kakaknya mencium leher jenjang Mutiara yang membuat dirinya semakin bergairah sampai ke ubun-ubun, dan mulai membuka satu persatu kancing baju piyama Adiknya itu.
Sementara Mutiara hanya bisa memukuli dada bidang Kakaknya akan tetapi tenaganya tidak sekuat Dimas. Ia sudah pasrah dengan keadaan ini.
"Aaaaaaaah, Tolonggg" teriak Mutiara sekeras-kerasnya dengan tangisan terisak-isak. Tapi sayangnya di rumah itu tidak ada lagi orang selain dirinya dan juga sang Kakaknya, sementara pembantu dirumah ini sedang ijin pulang kampung sehingga tidak ada orang yang bisa menolongnya.
Dan kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi pada Mutiara, yang tentunya itu akan menjadi trauma berat dalam hidupnya.
***
Di sudut kamar tempat tidur, seorang gadis belia duduk sambil memeluk kedua kakinya dan menangis tersedu-sedu tanpa henti.
Huhuhuhu
"Aku tidak menyangka kakak tega melakukan ini padaku. Padahal selama ini Aku selalu berusaha menjadi Adik yang baik, menuruti semua perintah kakak' dengan harapan agar bisa di terima menjadi bagian dari keluargamu. Tapi ini balasan yang Aku terima" gumam Mutiara sambil menatap Tajam ke arah Kakaknya yang sedang tertidur pulas tanpa pakaian dan hanya menyelimuti dirinya dengan selimut.
Dirasa dirinya sudah merasa tenang,dia berdiri dan berjalan dengan tertatih-tati menahan perih yang sedang dirasakannya keluar dari kamar Kakaknya menuju kamarnya.
Sesampainya di pintu kamar Ia mulai membuka kenop pintu dan masuk ke dalam kemudian menguncinya, menyenderkan dirinya kepintu itu.
Tanpa bisa di bendung lagi akhirnya air bening mulai menetes membasahi lantai yang ia pijak. Kemudian Ia berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan dirinya, Ia mulai menengadahkan wajahnya menatap atap langit-langit kamarnya.
Ia mengingat pertama kali dirinya masuk ke rumah ini, dan tinggal bersama Keluarga ini.
*flashback
Tiga tahun lalu dirinya diajak oleh sang Mamah untuk tinggal bersama keluarga baru dari Mamahya itu, awalnya ia ingin menolak tapi Mamahya bersikeras memaksa agar ikut bersamanya. dan Mau tidak mau Ia harus menerima ajakan dari Mamahya itu, dengan alasan siapa yang akan mengurusmu nantinya?! sementara Ayah Kandungannya sudah meninggal belum lama ini saat ibunya menikah lagi.
_
Sesampainya di depan pintu masuk rumah itu, Mutiara memegang erat tangan Mamahnya sambil berjalan memasuki rumah tersebut. Tiba-tiba saat mereka hendak berjalan memasuki rumah itu, mereka di hadang oleh seorang Laki-laki yang wajahnya terlihat sudah Tua namun tetap tampan untuk seusianya.
"Kirana, kenapa kamu membawa Anak itu kerumah ini".ucap Hartanto kepada Istrinya dengan ekspresi tak suka melihat Mutiara.
"Masss, dengankan dulu penjelasanku"ujarnya dengan ekspresi memohon kepada Suaminya.
Tidak jauh dari ruangan itu ada seorang pemuda yang Tampan sedang duduk bersantai sambil menatap datar pada ketiga orang itu, kemudian Mamah Kirana memberikan kode lambaian tangan kepada Dimas untuk menyuruhnya ke sini.
"Dimas, ayo kesini dulu"ucap Mamah Kirana kepada anak Sambungnya.
Akhirnya Dimas berdiri dan berjalan menghampiri mereka.
"Ara, sekarang kamu istirahat dulu ya, nanti kita bicara lagi" ucap Mamah Kirana kepada Mutiara.
"Dimas tolong antarkan Mutiara ke kamarnya yah."ujar Mamah Kirana kepada Anak sambungnya, dan kemudian di anggukkan oleh Dimas.
Setelah itu Dimas berjalan menuju lantai atas, sedang Mutiara membuntutinya dari belakang. Sementara itu di ruangan lain ada sepasang Suami Istri yang sedang berdebat dengan sengit.
"Kirana, apa maksudmu mengajak Anak itu Tinggal disini hah"bentak Hartanto kepada Istrinya dengan tatapan tajam."Itu pun tanpa persetujuan dariku"sambungnya lagi.
"Okee, untuk itu aku minta maaf Mass', tapi Mau gimana lagi Anakku sudah tidak ada keluarga selain Aku. dan juga siapa yang akan mengurusnya nanti selain diriku"ujar Kirana menjelaskan kepada sang suami panjang lebar, berharap Suaminya bisa menerima Anak semata wayangnya dari pernikahan sebelumnya.
"Seharusnya kamu titip Anakmu itu ke Kakek Neneknya, bukannya malah membawanya kemari"tegas Hartanto kepada Istrinya.
"Tidak bisa Mas, Mereka itu udah tua kasihan kalau Aku titipkan Mutiara pada mereka"rengek Kirana kepada Suaminya mencoba meyakinkan supaya mau menerima kehadiran Anaknya.
Sambil menghembuskan nafas kasarnya Ia dengan terpaksa mengijinkan Mutiara untuk tinggal disini supaya Istrinya tidak marah pada dirinya.
"Baiklah, Aku ijinkan Anakmu untuk tinggal disini asalkan Dia jangan berbuat masalah dirumah ini"ujarnya Hartanto kemudian berjalan keluar rumah.
Seketika raut wajah Mamah Kirana berbinar bahagia saat Suaminya mengijinkan Mutiara untuk tinggal disini. Lalu Dia menyusul Suaminya keluar rumah.
Sementara itu di lantai atas Dimas telah sampai menuntun Adiknya di depan kamar.
"Ni, kamar Lo kalau butuh apa-apa panggil Bi Idah pembantu di sini"ucap Dimas kemudian berjalan pergi, lalu Mutiara membuka kenop pintu dan masuk ke dalam.
"Wah bagus sekali kamar ini, sebelumnya Aku pikir akan tinggal di gudang. Tapi untungnya Aku masih diperlukan baik oleh keluarga ini"monolognya dalam hati sambil menatap ke sekeliling kamar itu dengan takjub.
Kemudian Ia merebahkan dirinya ke kasur dan berguling-guling riang. Saat Ia tengah asik bersantai tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Teman-teman mohon supportnya dengan cara vote, like, share dan jangan lupa tinggalkan komen.
Terimakasih 🤗
Novel ini hanya imajinasi author saja
Selamat membaca 😁
Mutiara kaget saat mendengar suara ketukan itu, kemudian Ia berjalan menuju pintu tersebut dan saat di buka.
"Permisi Non, Bibi mau bilang jika Nona laper bibi sudah masakin makanan nanti turun ke bawah yah"ujar Bi Idah dengan senyum ramah tamah kemudian saat Ia hendak pergi Mutiara mengucapkan terimakasih kepadanya, dan Bi Idah hanya membalas dengan anggukan kepala.
Setelah itu Mutiara kembali ke Kamarnya dan mulai merapikan barang bawaan untuk disimpan ke lemari itu
"Ini pakaian Aku yang sedikit atau lemarinya yang terlalu besar, sampai masih menyisakan banyak ruang di lemarinya"pikir Mutiara dengan bingung harus diisi apa lagi ruang lemari itu. Setelah selesai merapikan barangnya, kemudian beralih menata beberapa foto dan barang lain di laci dan meja rias tersebut. Sampai tatapannya tertuju pada satu foto yang mengingatkan Ia pada kenangan di masa lalu yang sangat indah bersama Ayah dan Mamahnya, saat mencium kedua pipinya Mutiara bersama dihari ulang tahunnya. Ia memeluk erat foto tersebut sambil meluapkan tangisan kerindukan pada sosok sang Ayah dan keluarga yang masih utuhnya dulu, sebelum Ia tahu kabar tentang perceraian kedua orang tuanya, jujur saja Ia merasa berat menerima kenyataan pahit ini.
Tapi keadaan harus memaksanya untuk tetap bersabar menjalani hidup yang berat,dikala Ia yang usianya masih muda dan seharusnya mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orangtuanya. Dan kemudian Ia tersadar dari lamunannya, saat terdengar suara cacing sedang berdisko di perutnya.
Krucuk krucuk
"Aduh laper banget, udah ah beresin barangnya nanti lanjut lagi kalau udah makan"monolognya dalam hati kemudian Ia turun dari tangga dan berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur Ia melihat Bi Idah mempersilahkan Mutiara untuk duduk di meja makan itu, Ia pun menganggukkan kepala tanda mengerti kemudian duduk berhadapan dengan Kakaknya yang sedang makan sambil membaca buku.
"Kakak"sapa Mutiara kepada Kakaknya Kemudian Dimas selirik sekilas Adiknya dengan tatapan datarnya.
"Kak, buku apa yang sedang Kakak baca"ucap Mutiara dengan mulutnya penuh dengan makanan.
"Kalau sedang mengunyah makanan sebaiknya jangan berbicara"terang Dimas kepada Adiknya mencoba menasehati, tapi malah disalah artikan oleh Mutiara yang menganggap Kakaknya itu tidak ingin di ganggu olehnya.
"Maaf Kak,"balas Mutiara dengan tatapan menunduk tidak berani menatap Kakaknya, sambil melanjutkan makannya.
Dimas hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos Adiknya itu.
Setelah beberapa hari Mutiara mulai terbiasa beradaptasi di lingkungan keluarga barunya kadang kala Ia sering membantu pekerjaan Bi Idah dengan Inisiatifnya sendiri karena tak enak hati jika dia dianggap tidak tahu berterima kasih berada di rumah ini tanpa melakukan apapun. Kemudian saat itu Mutiara sedang menyirami tanaman di sekitar taman rumah, dan tidak jauh dari sana ada Kakaknya yang sedang duduk bersantai sambil membaca buku.
"Gitu dong, Lo harus tahu Diri jika sedang numpang di rumah orang, setidaknya ada timbal baliknya dengan bantuin Bi Idah ngurus rumah ini termasuk menyiram tanaman"sindir Dimas kepada Adiknya, dan Mutiara tidak begitu menghiraukan sindiran pedas dari Kakaknya itu yang ditunjukkan kepadanya karena memang benar adanya. Tapi lama kelamaan Dirinya seperti sedang di perhatikan terus oleh Kakaknya dari belakang, lalu Ia menoleh ke belakang.
Tapi Ia hanya melihat Dimas sedang fokus membaca buku.
"Apa hanya perasaan aku aja ya" batin Mutiara di dalam hatinya kemudian melanjutkan kembali menyirami tanaman, dan lagi-lagi Dimas yang melihatnya hanya tersenyum penuh arti kepada Adiknya itu. Sudah selesai dengan aktivitas menyiram tanamannya lalu ia kembali ke Kamarnya untuk beristirahat, di dalam kamarnya ia mulai berfikir bagaimana kehidupannya nanti dan hanya berharap yang terbaik untuk kedepannya.
*flashback off
Kemudian Ia tersadar dari lamunannya dan menatap ke sekeliling dengan tatapan kosong, ditambah lagi dengan derai air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Ia hanya bisa meluapkan kepedihan dengan tangisannya, dan memeluk boneka kesayangan pemberian Ayah yang sangat Ia sayangi dengan sangat erat.
"Semoga saja ini hanya mimpi, dan saat Aku bangun semuanya tidak menjadi kenyataan"batin Mutiara dalam hatinya dan mencoba menutup mata.
Dan akhirnya sinar matahari bersinar menembus tirai jendela membangunkan seseorang yang sedang berada di alam mimpinya.
Di suatu kamar yang sangat luas ada seorang yang akan bangun dari tidurnya.
Dimas mulai membuka matanya dan bangun menatap ke sekeliling kamar dengan kesadaran yang belum pulih, Ia menatap heran keadaan kamarnya yang seperti berbeda dari sebelumnya dan menyadari akan sesuatu hal.
"Ha, kenapa Aku tidur tanpa berpakaian"Gumamnya sambil melirik ke arah cermin lemarinya. Dan alangkah terkejutnya saat Ia membuka selimut dan didapati ada bercak noda darah di sprei dan juga lantai kamarnya, dan Ia mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba kepala Dimas mendadak pusing dan seolah memperlihatkan kilasan bayangan kejadian malam itu, sontak saja karena hal itu membuatnya syok bukan main mengingat setiap perbuatan tidak pantas yang Ia lakukan kepada Adiknya.
"Astaga, apa yang telah Aku lakukan" gumam Dimas ,kemudian berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menenangkan hatinya yang sedang kalut.
Dibawah guyuran air shower Dimas mulai merenungkan kesalahan yang Ia lakukan tadi malam, mengingatnya saja membuat hatinya tidak tenang.
Seharusnya tadi malam Aku tidak pergi ke Bar dan mabuk-mabukan"lirihnya dengan penuh penyesalan, "Aku harus bagaimana jika sudah begini, Dia pasti merasa sangat hancur karena kejadian ini" sambungnya lagi.
Setelah cukup lama berada di kamar mandi kemudian, Ia keluar dan berganti pakaian dengan cepat. Bermaksud akan menemui Adiknya untuk meminta maaf atas perbuatannya dan bersama mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Lalu Ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Adiknya
Tok tok tok
"Mutiara", panggilannya.
"Bisa kita bicara sebentar"bujuk Dimas kepada Adiknya, namun tidak direnpon oleh Mutiara.
Sementara itu Mutiara sudah terbangun saat mendengar suara ketukan dari luar Kamarnya, hanya saja Ia tidak mempedulikan bujukan dari Kakaknya itu.
"Mutiara, ayo bukain pintunya please"mohon Dimas, namun sayangnya lagi-lagi Adiknya tidak menghiraukan Panggilan darinya. Sementara Dimas mulai meneteskan air matanya dan merasa khawatir kepada Adiknya karena tak kunjung membukakan pintu.
Disisi lain Mutiara yang tidak ingin mendengar ucapan kakaknya itu hanya bisa menutup kedua telinganya, dengan deraian air mata yang berlinang deras.
"Kakak, ingin minta maaf... Mutiara hiks hiks hiks...Tolong maafkan Aku. kakak memang orang Yang Bej*t, tapi sungguh kakak sangat menyesalinya atas kejadian malam itu karena Kakak di pengaruhi oleh alkohol."ujar Dimas dengan tangisan yang tulus dari lubuk hatinya.
Disudut lain ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Dimas menangis di depan pintu kamar Mutiara ,yang tidak disadari oleh Dimas.
mohon dukungan teman-teman 😅 dengan cara Like, vote, dan berikan saran dan koreksinya.
Biar author tambah semangat upload novelnya
Terimakasih 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!