Bab 3 Penyesalan

Novel ini hanya imajinasi author saja

Selamat membaca 😁

Mutiara kaget saat mendengar suara ketukan itu, kemudian Ia berjalan menuju pintu tersebut dan saat di buka.

"Permisi Non, Bibi mau bilang jika Nona laper bibi sudah masakin makanan nanti turun ke bawah yah"ujar Bi Idah dengan senyum ramah tamah kemudian saat Ia hendak pergi Mutiara mengucapkan terimakasih kepadanya, dan Bi Idah hanya membalas dengan anggukan kepala.

Setelah itu Mutiara kembali ke Kamarnya dan mulai merapikan barang bawaan untuk disimpan ke lemari itu

"Ini pakaian Aku yang sedikit atau lemarinya yang terlalu besar, sampai masih menyisakan banyak ruang di lemarinya"pikir Mutiara dengan bingung harus diisi apa lagi ruang lemari itu. Setelah selesai merapikan barangnya, kemudian beralih menata beberapa foto dan barang lain di laci dan meja rias tersebut. Sampai tatapannya tertuju pada satu foto yang mengingatkan Ia pada kenangan di masa lalu yang sangat indah bersama Ayah dan Mamahnya, saat mencium kedua pipinya Mutiara bersama dihari ulang tahunnya. Ia memeluk erat foto tersebut sambil meluapkan tangisan kerindukan pada sosok sang Ayah dan keluarga yang masih utuhnya dulu, sebelum Ia tahu kabar tentang perceraian kedua orang tuanya, jujur saja Ia merasa berat menerima kenyataan pahit ini.

Tapi keadaan harus memaksanya untuk tetap bersabar menjalani hidup yang berat,dikala Ia yang usianya masih muda dan seharusnya mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orangtuanya. Dan kemudian Ia tersadar dari lamunannya, saat terdengar suara cacing sedang berdisko di perutnya.

Krucuk krucuk

"Aduh laper banget, udah ah beresin barangnya nanti lanjut lagi kalau udah makan"monolognya dalam hati kemudian Ia turun dari tangga dan berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur Ia melihat Bi Idah mempersilahkan Mutiara untuk duduk di meja makan itu, Ia pun menganggukkan kepala tanda mengerti kemudian duduk berhadapan dengan Kakaknya yang sedang makan sambil membaca buku.

"Kakak"sapa Mutiara kepada Kakaknya Kemudian Dimas selirik sekilas Adiknya dengan tatapan datarnya.

"Kak, buku apa yang sedang Kakak baca"ucap Mutiara dengan mulutnya penuh dengan makanan.

"Kalau sedang mengunyah makanan sebaiknya jangan berbicara"terang Dimas kepada Adiknya mencoba menasehati, tapi malah disalah artikan oleh Mutiara yang menganggap Kakaknya itu tidak ingin di ganggu olehnya.

"Maaf Kak,"balas Mutiara dengan tatapan menunduk tidak berani menatap Kakaknya, sambil melanjutkan makannya.

Dimas hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos Adiknya itu.

Setelah beberapa hari Mutiara mulai terbiasa beradaptasi di lingkungan keluarga barunya kadang kala Ia sering membantu pekerjaan Bi Idah dengan Inisiatifnya sendiri karena tak enak hati jika dia dianggap tidak tahu berterima kasih berada di rumah ini tanpa melakukan apapun. Kemudian saat itu Mutiara sedang menyirami tanaman di sekitar taman rumah, dan tidak jauh dari sana ada Kakaknya yang sedang duduk bersantai sambil membaca buku.

"Gitu dong, Lo harus tahu Diri jika sedang numpang di rumah orang, setidaknya ada timbal baliknya dengan bantuin Bi Idah ngurus rumah ini termasuk menyiram tanaman"sindir Dimas kepada Adiknya, dan Mutiara tidak begitu menghiraukan sindiran pedas dari Kakaknya itu yang ditunjukkan kepadanya karena memang benar adanya. Tapi lama kelamaan Dirinya seperti sedang di perhatikan terus oleh Kakaknya dari belakang, lalu Ia menoleh ke belakang.

Tapi Ia hanya melihat Dimas sedang fokus membaca buku.

"Apa hanya perasaan aku aja ya" batin Mutiara di dalam hatinya kemudian melanjutkan kembali menyirami tanaman, dan lagi-lagi Dimas yang melihatnya hanya tersenyum penuh arti kepada Adiknya itu. Sudah selesai dengan aktivitas menyiram tanamannya lalu ia kembali ke Kamarnya untuk beristirahat, di dalam kamarnya ia mulai berfikir bagaimana kehidupannya nanti dan hanya berharap yang terbaik untuk kedepannya.

*flashback off

Kemudian Ia tersadar dari lamunannya dan menatap ke sekeliling dengan tatapan kosong, ditambah lagi dengan derai air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Ia hanya bisa meluapkan kepedihan dengan tangisannya, dan memeluk boneka kesayangan pemberian Ayah yang sangat Ia sayangi dengan sangat erat.

"Semoga saja ini hanya mimpi, dan saat Aku bangun semuanya tidak menjadi kenyataan"batin Mutiara dalam hatinya dan mencoba menutup mata.

Dan akhirnya sinar matahari bersinar menembus tirai jendela membangunkan seseorang yang sedang berada di alam mimpinya.

Di suatu kamar yang sangat luas ada seorang yang akan bangun dari tidurnya.

Dimas mulai membuka matanya dan bangun menatap ke sekeliling kamar dengan kesadaran yang belum pulih, Ia menatap heran keadaan kamarnya yang seperti berbeda dari sebelumnya dan menyadari akan sesuatu hal.

"Ha, kenapa Aku tidur tanpa berpakaian"Gumamnya sambil melirik ke arah cermin lemarinya. Dan alangkah terkejutnya saat Ia membuka selimut dan didapati ada bercak noda darah di sprei dan juga lantai kamarnya, dan Ia mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

Tiba-tiba kepala Dimas mendadak pusing dan seolah memperlihatkan kilasan bayangan kejadian malam itu, sontak saja karena hal itu membuatnya syok bukan main mengingat setiap perbuatan tidak pantas yang Ia lakukan kepada Adiknya.

"Astaga, apa yang telah Aku lakukan" gumam Dimas ,kemudian berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menenangkan hatinya yang sedang kalut.

Dibawah guyuran air shower Dimas mulai merenungkan kesalahan yang Ia lakukan tadi malam, mengingatnya saja membuat hatinya tidak tenang.

Seharusnya tadi malam Aku tidak pergi ke Bar dan mabuk-mabukan"lirihnya dengan penuh penyesalan, "Aku harus bagaimana jika sudah begini, Dia pasti merasa sangat hancur karena kejadian ini" sambungnya lagi.

Setelah cukup lama berada di kamar mandi kemudian, Ia keluar dan berganti pakaian dengan cepat. Bermaksud akan menemui Adiknya untuk meminta maaf atas perbuatannya dan bersama mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Lalu Ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Adiknya

Tok tok tok

"Mutiara", panggilannya.

"Bisa kita bicara sebentar"bujuk Dimas kepada Adiknya, namun tidak direnpon oleh Mutiara.

Sementara itu Mutiara sudah terbangun saat mendengar suara ketukan dari luar Kamarnya, hanya saja Ia tidak mempedulikan bujukan dari Kakaknya itu.

"Mutiara, ayo bukain pintunya please"mohon Dimas, namun sayangnya lagi-lagi Adiknya tidak menghiraukan Panggilan darinya. Sementara Dimas mulai meneteskan air matanya dan merasa khawatir kepada Adiknya karena tak kunjung membukakan pintu.

Disisi lain Mutiara yang tidak ingin mendengar ucapan kakaknya itu hanya bisa menutup kedua telinganya, dengan deraian air mata yang berlinang deras.

"Kakak, ingin minta maaf... Mutiara hiks hiks hiks...Tolong maafkan Aku. kakak memang orang Yang Bej*t, tapi sungguh kakak sangat menyesalinya atas kejadian malam itu karena Kakak di pengaruhi oleh alkohol."ujar Dimas dengan tangisan yang tulus dari lubuk hatinya.

Disudut lain ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Dimas menangis di depan pintu kamar Mutiara ,yang tidak disadari oleh Dimas.

mohon dukungan teman-teman 😅 dengan cara Like, vote, dan berikan saran dan koreksinya.

Biar author tambah semangat upload novelnya

Terimakasih 🤗

Terpopuler

Comments

Fadhila Hasna luthfiyah

Fadhila Hasna luthfiyah

mamahnya?

2023-01-07

0

Fadhila Hasna luthfiyah

Fadhila Hasna luthfiyah

kalo bisa keliatan mungkin udah pada dangdutan

2023-01-07

0

Hajime Nagumo

Hajime Nagumo

salam kenal, selamat ya memang arisan vote. Ini akun palsuku ya aku Geisya Tin salam dari "DIA BUKAN YANG TERBAIK"

2022-07-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!