Hari libur yang telah kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Pagi itu segala sesuatunya telah kupersiapkan, mulai dari jeruk yang sudah aku bersihkan dan kukemas dengan plastik, juga aku mempunyai hadiah lain yang ingin aku berikan padanya. Itu baju berwarna pink yang aku pilihkan sendiri, sengaja sehari sebelumnya aku pergi ke mall terdekat untuk mencari hadiah dan mendapati pakaian bagus itu. Lagipula, meski diskon lima puluh persen baju itu terlihat akan sangat bagus jika dikenakan Karen. Dan kebetulan uang yang aku bawakan masihlah cukup untuk membelinya.
"Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya berteriak kegirangan dan datang memelukku."
Sungguh, dengan hati bersemangat aku menutup pintu apartemenku dan beranjak pergi meninggalkan bangunan tua itu. Sinar matahari masih terasa belum begitu terik, setidaknya itu masih menyehatkan mengingat waktu sekarang masih menunjukan pukul sembilan lebih lima belas menit. Udara pagi ini pun masih terbilang cukup sejuk, pas sekali untuk mengawali sesuatu yang baik.
Seperti yang sudah direncanakan, aku pergi menaiki bus antar kota dengan biaya tiket yang terbilang murah. Memang, berpergian menggunakan bus panas dan penuh sesak seperti ini tidaklah nyaman, belum ketika ada pendatang baru yang memaksa masuk dan harus berdiri di dalam bus. Yah, demi menghemat uang pengeluaran aku tidak punya pilihan lain. Lebih baik uang yang masih tersisa untuk mentraktir makan Karen, atau untuk mengajaknya ke tempat hiburan.
Butuh sekitar tiga jam perjalanan, aku tiba di pemberhentian sementara di kota itu. Bersama dengan penumpang lainnya yang bertujuan sama, kami turun dari bus bobrok itu. Sejenak aku menghela napas lega dan mengepakkan kaosku yang basah karena keringat. Kemudian aku beranjak mencari tempat duduk untuk meneduh, sembari bertanya-tanya tentang arah alamat tempat tinggal Karen ini.
Akhirnya, setelah beberapa kali bertanya sana sini kepada orang-orang yang berada di sekitar tempat itu, aku mendapatkan saran untuk mengunakan angkutan umum di kota itu. Selain bisa melewati jalan di dekat apartemen Karen, itu juga sangat terjangkau bagi keuanganku.
Singkat waktu aku tiba di persimpangan jalan dekat apartemen Karen. Siang itu aku merasa perutku begitu perih karena memang pagi tadi aku hanya sarapan roti sobek saja, sungguh aku merasakan lapar dan sedikit pusing. Kebetulan di dekat posisiku sekarang ada warung yang berjualan soto segar. Setelah aku mendatangi sang ibu penjual, aku bertanya berapa untuk satu porsinya? Sang ibu pun menjawab dengan ramah bahwa untuk satu porsi cukup membayar delapan ribuan saja dan sudah sama nasinya.
Yah, mungkin bagi sebagian orang bertanya tentang harga sebelum makan terasa sedikit memalukan, akan tetapi bagi orang sepertiku yang memiliki uang pas-pasan itu merupakan suatu kewajiban. Tidak ada yang tau, tempat yang aku datangi akan menjadi seperti apa. Bagaimana jika harga mereka sangatlah tinggi dan pada akhirnya aku tidak sanggup membayar?
"Terimakasih, Bu."
"Ya, sama-sama Mas, silahkan. Minumnya mau apa, Mas?" kata sang ibu penjual sembari menaruh satu mangkuk soto dan piring berisikan nasi.
"Apa boleh saya minta air putihnya saja, Bu?" Aku dengan ragu bertanya, soalnya di kotaku bekerja biasnya warung yang berada di pinggir jalan seperti ini menggratiskan segelas air bagi para pembelinya. Memang, aku tidak melihat pengunjung lain yang sedang meminum air putih, kebanyakan mereka minumnya es teh atau es jeruk. Tapi, ga ada salahnya kan aku bertanya? Untung-untung kalau si ibu penjual mau memberiku minuman air putih gratis.
"Oh, boleh Mas. Tunggu sebentar ya saya ambilkan."
Tuh kan, memang warung pinggir jalan adalah jalan ninjaku. Eh, maksudku tempat yang paling nyaman bagiku untuk makan, selain murah meriah, si ibu atau bapak penjualnya pun ramah-ramah. Terbukti, meski di kota yang berbeda, mereka sangat menyambut pembeli dengan baik. Berbeda dengan pengalaman pahitku saat mencoba makan di salah satu mall besar. Pernah aku bertanya karena memang tidak tau, tentang apa isi dari makan yang mereka jual sampai harganya bisa sebegitu mahalnya, tapi jawaban yang kudapat dari sang kasir malah sangat kasar dan tidak sopan.
"Bu, terimakasih. Ini bayarannya, semoga sotonya laris ya."
"Wah, makasih banyak doanya, Mas. Hati-hati juga ya di jalan." Sang ibu pun tersenyum merekah ketika mengembalikan uang sisa dari membeli soto yang rasanya nikmat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjut Thor 😄💪👍👍🙏
2023-05-26
0
Eros Hariyadi
betul itu...kalo duitnya pad²an mending nanya duluuu harganya, daripada ntar kalo kurang ninggalin KTP... hadeeehh malunya...suseh yee jadi rang missqueen...🤔🙄😫😢😭😭
2023-05-26
0
Team Hore (≧∇≦)/
😁❤👍
2023-01-03
0