Buih Jadi Permadani
Alula Farhah namanya, biasa dipanggil Lula, dia gadis berusia 20 tahun yang bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah. Gadis baik hati dan gendut ini memiliki gangguan Bulimia Nervosa, yakni kebiasaan makan yang berlebihan tanpa ia sadari.
Selain memiliki wajah yang buruk, ternyata hidupnya pun sebelas dua belas dengan penampilannya. Lula hidup sebatang kara setelah ibunya meninggal tiga tahun lalu. Sedangkan ayahnya hidup mewah bersama anak istrinya.
Gadis dengan rambut berkepang dua ini baru saja selesai sarapan dan bergegas pergi keluar kamar kos yang berukuran 4 meter persegi. Meski minim dia bersyukur bisa punya tempat berteduh dari teriknya panas matahari dan hujan.
Menjelang magrib, Lula baru pulang bekerja, dia berkeinginan segera merebahkan tubuhnya di kasur. Namun niatnya terhenti setelah tahu pintu kamar kosnya sulit di buka.
"Kok sulit banget dibuka, apa aku salah ambil kunci ya," Lula memperhatikan kunci yang ada di tangan. Dia mencoba menggeledah tasnya dan menemukan beberapa kunci yang lain.
"Perasaan bener deh, ini kuncinya!" Lula ingat betul kalau kunci yang ia pegang adalah kunci kamar kosnya.
Suara berat sorang wanita paruh baya mengagetkan dia dari arah samping.
"Hei, Gendut! Kamu tidak aku izinkan masuk, sebelum melunasi uang sewa selama tiga bulan ini!" bentak Anita seraya menunjukkan tiga jari tangannya. Tangan satunya berkacak pinggang. Suara pemilik rumah kos ini terdengar menggelegar hingga membuat kunci di tangan Lula terjatuh.
Lula menoleh ke arah sumber suara.
"Tapi Bu, sebentar lagi gelap dan uang aku belum cukup untuk melunasi semua ini. Beri aku waktu satu minggu lagi ya," Lula mencoba bernegosiasi dengan Anita. Lula mengatupkan kedua tangannya memohon dengan wajah melas.
"Alasan melulu kamu, dasar Gendut! Mau cari pekerjaan apa kamu dengan penampilan kamu yang jelek itu! Sudah, aku tak percaya lagi! Ini ambil semua barang kamu dan tinggalkan tempat ini!" Anita ternyata sudah mengemasi semua barang Lula dan melemparkan sebuah tas ke arahnya.
Meski Lula merengek dan memohon pun, pemilik kos tetap tak mau mengindahkan suaranya. Dia tetap mengusir Lula.
"Dan bawa sepeda bututmu itu!" tunjuk Anita pada sebuah sepeda yang sudah karatan, tak jauh dari ia berdiri.
Akhirnya Lula memungut tas dan mengayuh sepedanya pergi tak tahu arah.
Hari semakin larut, Lula berhenti di sebuah rumah yang siang tadi ia kunjungi. Berharap majikannya berbesar hati mau menampungnya walau semalam.
Seorang wanita bertubuh langsing keluar setelah Lula berhasil mengetuk pintu rumahnya.
"Kamu, Lula, ada apa? Malam-malam begini keluar sambil membawa tas pula," tanya wanita bertubuh langsing itu dengan heran.
"Nyonya, saya diusir dari rumah kos, izinkan saya menginap semalam di rumah Nyonya," ujar Lula dengan berat mengatakannya namun harus, karena tidak ada tempat lain lagi yang harus ia tuju. Tidak mungkin juga ia tinggal di pinggir jalan.
Wanita itu menatap Lula dengan iba, "Baiklah, kasihan kamu, masuklah! Tapi, hanya semalam saja kamu boleh menginap."
"Terima kasih, Nyonya! Besok selesai bekerja saya akan mencari kos -kosan." Lula masuk dan majikannya menyuruh Lula untuk beristirahat.
Keesokan harinya.
Lula sudah mulai dengan rutinitasnya, mencuci baju kotor. Karena tidak banyak pakaian yang kotor jadinya, Lula lebih awal selesai dari pada hari biasanya.
Majikan di rumah itu sedang menyalakan televisi saat itu, Lula sedang melintas hendak meminta gajinya.
"Wah, tampan sekali pria itu!" gumam Lula dalam hati.
Lula tengah memperhatikan tayangan televisi. Seorang pria tampan dan kharismatik dalam tayangan itu membintangi iklan sampo, dia bernama Kevin Aluwi, 27 tahun. Pria itu berhasil mencuri perhatian Lula.
"Lula, ini gaji kamu!" suara majikannya berhasil membuat lamunan Lula buyar.
"Oh, iya Nyonya. Terima kasih Nyonya!" Lula menerima amplop. "Setelah ini, saya tidak akan bekerja lagi menjadi buruh cuci. Meski ijazah saya hanya lulusan SMA, saya akan mencoba melamar kerja di tempat lain." ujar Lula dengan percaya diri.
"Itu bagus Lula, gadis energik seperti kamu pantas mendapatkan penghasilan yang lebih, dari pada bekerja sebagai buruh di sini. Lantas, kamu akan pindah kemana?" majikannya terlihat sangat baik bahkan dia menambah pesangon untuk Lula, meski Lula menolaknya cukup keras.
"Belum tahu, Nyonya. Terima kasih, atas kebaikan Anda, saya permisi!" Lula meninggalkan rumah majikannya.
Lula membuka amplop yang terasa lebih tebal dari biasanya. Gaji hari ini dan yang kemarin ia kumpulkan untuk mencari tempat tinggal. Tentu dengan harga yang murah.
Sudah dua jam dan hari semakin sore, Lula baru menemukan kamar kos yang sesuai dengan uang yang ia miliki. Dengan penuh syukur Lula merebahkan diri di kamar kosnya yang meski tampak sesak itu.
"Besok aku akan mencari pekerjaan baru." ucapnya penuh keyakinan, karena terlalu lelah melakukan perjalanan jauh, Lula pun tertidur.
Melalui media sosial, Lula berhasil menemukan identitas pria yang telah mencuri hatinya. Kevin Aluwi, seorang CEO muda di sebuah PT. CAHAYA INDO LESTARI. Lula berniat melamar kerja di sana, selain mendapatkan penghasilan dia juga ingin lebih dekat dengan pujaan hatinya.
Dengan hanya membawa ijazah SMA, Lula sudah sampai di sebuah gedung yang sangat besar.
"Wow, besar sekali tempat ini! Semoga saja aku diterima bekerja di sini!" Lula mengedarkan pandangan lalu dengan percaya diri dia melangkahkan kaki menuju resepsionis.
Ternyata di tempat yang Lula tuju saat ini sedang kekurangan karyawan di bagian bersih-bersih . Karena Lula hanya lulusan SMA, dia diterima dan bekerja sebagai office girl.
"Alhamdulillah, aku diterima!" Lula tak hentinya bersyukur. Dia segera mengganti bajunya dengan seragam biru. Mulai hari itu juga dia bekerja. Karena badannya yang gemuk, membuat sesak baju yang ia kenakan hingga terlihat jelas lipatan di tubuhnya.
"Aku tak boleh menyerah, meski hanya tukang bersih-bersih, ini adalah pekerjaan mulia. Semua ruangan akan aku bersihkan. Aku suka kebersihan. Karena kebersihan sebagian dari pada iman." ujarnya penuh semangat. Meski terlihat energik Lula menutupi kegugupannya, terutama saat ia makan.
Lula mulai bekerja dari lantai bawah hingga lantai lima. Terlalu bersemangat membuat dia melewatkan jam makan siangnya.
Baru pukul 14.00 Lula makan siang dengan begitu lahap di sebuah kantin. Lula dengan cepat menghabiskan semua makanan yang ada di meja. Selesai makan dia melanjutkan pekerjaannya, membersihkan ruangan CEO.
"Baiklah, berkas ini akan aku bawa untuk aku pelajari terlebih dulu. Rapat siang ini selesai!" suara seorang CEO yang berada di ruangannya.
Baru mendengar suaranya saja, Lula benar -benar dibuatnya mabuk.
Semua orang keluar, tinggallah Kevin di dalam ruangan itu. Lula bingung, dan tampak berpikir.
"Aku tunggu di sini sampai bos keluar, atau aku langsung masuk saja?" gumamnya bermonolog.
Tak lama dari dia diam, Kevin keluar melewati Lula tanpa melihatnya.
Berdesir hatinya meski bisa melihat pujaan hatinya dari jauh.
"Ganteng banget!" sorak Lula dalam diam. Dia segera masuk dan membersihkan ruangan itu. Lula takkan membiarkan satu debu pun tertinggal di ruangan CEO. Lula begitu terobsesi dengan ketampanan Kevin, sehingga dia pun mencintai apa pun yang berhubungan dengan pria itu, termasuk ruangan ini.
Sudah hampir satu minggu, Alula bekerja di sana. Giat, disiplin dan semangat kerja yang tinggi, itulah etos kerja yang ia junjung sebagai prinsip hidupnya. Meski demikian, rencana untuk bisa lebih dekat dengan atasannya tak semulus yang ia bayangkan. Lula kerap kali melihat ke arah ruangan Kevin silih berganti wanita yang mengunjunginya. Ternyata pria berusia 7 tahun lebih tua darinya itu seorang cowok playboy. Walau demikian Lula tetap mengaguminya dalam diam.
"Ternyata bos seorang yang playboy ya, ah itu tak masalah bagiku. Suatu saat nanti bos pasti akan sadar dengan semua perbuatannya, karena itu adalah salah." ujar Lula yang mulai mengepel lantai.
"Hei, Gendut! Kalau ngepel tuh lihat-lihat, jalanan masih dipakai juga! Entar kalau ada orang yang terpeleset bagaimana, kamu mau tangung jawab, hah!" omel Kevin saat dia mau keluar bersama kekasihnya.
"Iya nih, kalau aku jadi bosnya bisa langsung ku pecat kamu!" celetuk gadis yang berada di samping Kevin seraya bergelanyut manja. Kevin pun membalas dengan mengusap bahu pacarnya.
"Maaf Bos, saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi!" Alula menundukkan kepala.
Setelah Kevin dan sang pacar berjalan menuju lift melewati dia untuk turun ke bawah, Lula menenteng ember dan alat pelnya menuruni tangga.
Lula akan memperhatikan pekerjaannya agar lebih baik lagi. Dia tidak ingin membuat kesalahan secuil pun, karena bisa bekerja di tempat ini
adalah hal yang luar biasa baginya, mengingat pendidikan yang ia tempuh hanya lulusan SMA.
Gadis dengan wajah berminyak itu tanpa sengaja menginjak sepatu teman seprofesinya, karena kebanyakan melamun tentang Kevin.
"Maaf Kak, aku tak sengaja!" ujar Lula penuh penyesalan. Dia tak berani menatap seniornya.
"Hei, Gendut ! Ini sepatu baru aku beli. Sini lap yang bersih!" ujar Kiki, 24 tahun. Kiki menunjukkan sepatunya.
"Baik, Kak!" sahut Lula tanpa berpikir panjang lagi, dia mulai membungkukkan badan dan berjongkok. Dia tak ingin melawan atau pun melakukan kesalahan yang berakibat dia dikeluarkan dari pekerjaan yang amat ia cintai.
"Tunggu!" suara Emi, 20 tahun. Dia teman Lula seprofesi juga, menghentikan pergerakan Lula.
"Kamu seharusnya tak memperlakukan teman sendiri seperti ini!" tegur Emi pada Kiki. Emi membantu Lula berdiri.
"Cih, teman dari Hongkong! Lagian siapa suruh jalan pakai mata!" Kiki ngegas tak terima seraya melipat kedua tangan di depan dada. Matanya berputar jengah.
"Di mana-mana itu mata untuk melihat, kalau jalan ya pakai kaki, begitu saja marah! Lagian sepatu kamu juga nggak kotor-kotor amat!" Emi masih membela Lula seraya memperhatikan sepatu Kiki.
"Sudah Em, lagian aku juga yang salah," Lula mencoba mencairkan suasana yang mulai tegang.
"Enggak, kamu jangan mudah direndahkan seperti ini dong! Lawan dia!" Emi memberikan saran.
Baru saja perdebatan itu mulai, asisten Kevin datang. Wanita bersepatu merah itu memberi pengumuman kepada seluruh karyawan termasuk office girl, kalau bos Kevin akan mengadakan acara syukuran dengan mengundang semua orang untuk hadir di acara tersebut.
Kiki yang membenci Lula pun mengakhiri perdebatan dan memilih pergi.
"Bagaimana sepulang kerja nanti kita beli baju?" tawar Emi.
Lula yang merasa tak punya uang merasa minder, jujur dari lubuk hatinya yang terdalam dia sama sekali tak memiliki baju bagus untuk acara nanti. Dan ingin memiliki baju bagus tapi tak ada uang.
"Aku antar kamu saja ya," Lula yang minder itu hanya mengulum senyum.
"Kamu enggak ingin beli baju?" tanya Emi.
Bukannya tak ingin, tapi aku tak punya uang. Bisa bayar uang sewa kos saja aku sudah bersyukur.
Lula hanya menggelengkan kepala.
Sepulang kerja sekitar pukul 16.00 kedua gadis itu memasuki mall. Mata Lula berkeliling, rasanya dia juga ingin memiliki baju yang baru dan bagus, tapi apa daya tangan tak sampai. Emi sudah memilih satu gaun yang baginya sangat cantik. Mata Lula menyorot tajam sepasang kekasih yang juga asyik memilih baju.
Ternyata itu Kevin dengan pacarnya yang lain. Alula merasa minder, dia bagaikan buih jika disandingkan dengan para kekasih Kevin yang cantik dan elegan.
Ketika Kevin mengadakan pesta makan di sebuah restoran, Lula ikut juga di sana.
"Em, aku sebaiknya tidak usah ikut aja ya," celetuk Lula tatkala berjalan di belakang Emi.
"Sttt ...! Diam kamu, Lula, kita takkan melewatkan kesempatan berharga ini. Coba bayangkan, kapan lagi kita makan gratis di tempat seperi ini!" ujar Emi.
"Tapi, aku malu dengan penampilanku seperti ini," Lula menghentikan langkahnya.
"Sudah, jangan cerewet, ayo kita masuk!" Emi tak mempedulikan kegelisahan sahabatnya itu dan menarik tangan Lula memasuki restoran mewah.
Kali pertama Lula datang ke tempat ini, dia tak henti -hentinya menatap semua makanan yang tersaji di meja. Sesekali dia juga mencuri pandang, melihat Kevin dari kejauhan, pria itu tampak berkarisma di depan semua orang.
Serangkaian acara sudah terlewati, kini saatnya semua tamu menyantap hidangan. Lula dapat mengkonsumsi makanan begitu cepat sehingga dia tak bisa merasakannya. Lula tak bisa mengendalikan perilaku itu. Hal itu ia lakukan tanpa rencana. Setelah makan dia merasakan rasa bersalah, malu, menyesal dan takut berat badannya bertambah. Semua orang yang ada di sana memperhatikan dia dengan jijik. Lula segera lari dari meja nya pergi ke toilet. Memuntahkan semua isinya.
Emi pun baru mengetahui hal buruk yang dialami sahabatnya itu.
Lula kembali dengan perasaan gugup.
"Gila, cewek gendut itu rakus amat makannya! Kayak nggak makan sepuluh tahun." tukas Kevin dari arah seberang. Gelak tawa pun memenuhi ruangan itu. Lula yang mendengar itu tertunduk malu, berjalan hingga menuju mejanya. Hatinya terasa sakit mendapatkan cemoohan dari pujaan hati.
"Lula, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Emi penuh khawatir. Hanya Emi lah satu teman yang paling baik dari semua orang yang ada di sana.
Lula mengangkat wajahnya, "Aku baik kok!" sahutnya mencoba tersenyum, padahal sebenarnya sedang tak baik-baik saja.
Setelah acara itu, Lula menjadi bahan ejekan. Bahkan semua orang menganggap Lula adalah gadis yang rakus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
maulana ya_manna
mampir thor
2022-07-15
0
Mulaini
Kasihan Lula di jadikan bahan ejekan yg makan rakus padahal mereka tidak tahu kalau Lula punya penyakit hanya menilai dari luar aja...
2022-07-06
0
🔵🌻⃟MbakKuNti🌞⃠
Hwaiting Kk
Udh Ru Favorite , Like N Komen
3 Cogan dan Ry mampir
2022-06-02
0