Alula segera menutup wajah dengan sepuluh jarinya dan memilih berjalan mundur, tanpa sengaja dia menjatuhkan vas bunga.
"Mati aku," gumam Lula seraya mengintip ke arah jatuhnya benda itu.
Pria yang tengah telanjang dada itu bernama Kevin. Kevin berteriak memanggil mamanya. Santi yang mendengar teriakan pun keluar dari kamar dan menghampiri putra sulungnya.
"Ada apa teriak -teriak?" tanya Santi kesal, padahal wanita itu baru saja memejamkan matanya.
"Mama nambah pembantu baru di rumah ini?" tanya Kevin seraya menyoroti tajam Alula yang kini sudah tak menutupi wajahnya.
Alula hanya nyengir kuda seraya menunjukkan dua jari tanda damai.
"Siapa yang kamu maksud pembantu? Alula? Dia adalah tamu mama, Kevin ...." ujar Santi seraya berjalan ke arah Lula.
"Awas Bu, ada pecahan vas!" pekik Lula yang tak mau kaki Santi terkena pecahan vas. Santi pun berhati -hati saat berjalan ke arahnya .
"Maaf Bu, tadi saya tak sengaja menyenggolnya!" ujar Lula setelah jarak keduanya begitu dekat.
"Kamu enggak apa-apa kan, apa ada yang terluka?" Santi tampak peduli hingga membuat Kevin cemburu dengan sikap mamanya. Lula hanya menggeleng.
"Tamu? Tamu dari mana? Tunggu deh Ma, aku tahu betul dia," Kevin menunjuk Alula.
"Kamu yang mengepel lantai di kantor pada waktu itu 'kan?" terka Kevin sambil mengernyitkan dahi, dia tak habis pikir seorang office girl bisa menjadi tamu dari mamanya. Lula mengangguk cepat.
"Jadi, kalian berdua satu lokasi tempat kerjanya," sarkas Santi.
"Kok bisa Mama bawa dia ke rumah ini?" tanya Kevin yang sepertinya tak menyukai kehadiran Lula di rumah itu.
"Ini gadis yang mama ceritakan tempo hari lalu, yang membawa mama ke rumah sakit dan sudah mendonorkan darahnya," terang Santi.
"Alah Ma, itu pasti akal-akalan dia saja yang ingin memperoleh untung dari perbuatannya." Kevin menyudutkan Lula agar pergi dari rumah itu.
"Enggak kok, aku tulus melakukan itu." Lula yang merasa tersinggung pun angkat bicara. Dia melambaikan tangan dan menggeleng cepat.
"Sudahlah Kevin, mama baru saja menjalani masa pemulihan dan tak mau mendengar kamu ribut hanya masalah sepele seperti ini. Dan kamu Alula, sudah sore, segeralah mandi!" titah Santi yang segera meninggalkan mereka berdua masuk ke kamar.
Alula bagaikan mimpi di sore hari. Bagaimana tidak, bisa tinggal serumah dengan pujaan hati. Sungguh hal yang tak ia sangka sebelumnya. Alula menatap punggung pria yang bertubuh atletis itu hingga hilang dari pandangannya. Seorang pembantu datang ingin membersihkan pecahan vas.
"Biar saya saja, eum Bu, Tante ...." Lula yang merasa bingung harus memanggil apa pada pembantu itu.
"Kok tante? Panggil bibi saja!" lantas pembantu itu tak membiarkan Lula membersihkan pecahan vas. Dia sudah menerima perintah dari sang nyonya rumah untuk memperlakukan Alula dengan baik.
Sementara itu, Kevin masuk ke kamar dan memilih baju.
"Ada yang tak beres dengan si gendut itu, dia pasti pakai pelet ke mama. Aku tahu betul sifat mama seperti apa, tak mudah terpengaruh orang asing. Tapi, perlakuan mama ke dia sangat berlebihan, masa hanya mendapatkan transfusi darah saja baiknya selangit. Pakai acara bawa dia segala ke rumah ini." Kevin mengeluh kesal seraya meraih kunci mobil.
Sore ini dia sudah ada janji, ya siapa lagi kalau bukan dengan pacarnya. Kevin membawa mobilnya ke sebuah cafe, di sana dia sudah ada yang menunggu.
"Sudah lama kamu menunggu ku, Sayang?" Kevin mengusap lembut rambut seorang cewek bernama Siska, dia pacar ke tiga setelah Intan dan Vivi.
"Baru saja aku sampai, duduklah ada yang ingin aku sampaikan padamu!" ujar Siska yang membuat mata sang pasangan membulat.
"Apa yang ingin kamu katakan?"
"Kedua orang tuaku tentu sudah tahu hubungan kita sejauh mana, mereka meminta kamu untuk segera melamar ku."
"Melamar?" Kevin tertawa renyah. "Ku pikir tidak secepat itu Sayang," sambungnya lagi.
"Kenapa, bukankah kita saling mencintai dan sudah melakukan hal yang lebih intim? Ku rasa setelah kamu menikmati semua yang aku punya, kamu bakal menikahiku." Siska tak terima dengan penolakan Kevin meski pria itu tak mengatakannya secara langsung.
"Aku harus menyelesaikan proyek ku dulu, papa sebentar lagi akan pulang dari Meksiko, jadi aku akan terlihat sibuk beberapa hari ke depan." seolah Kevin menghindar, walaupun pria playboy ini banyak pacar tapi dia tahu batasan. Terkadang juga ia melakukan hal yang haram, karena godaan sang pacar yang bisa memberikan kenikmatan surgawi. Bagi Kevin itu hal yang luar biasa menyenangkan, tapi ia tak bodoh. Dia memakai alat kontrasepsi selama melakukan hal haram itu. Ini semua sudah ia rencanakan, agar tak menempatkan benihnya di sembarang tempat.
Siska merasa Kevin sudah bosan dengannya, "Bagaimana kalau malam ini kita ke hotel?" tawarnya tanpa ragu.
Belum sempat dia membalas penawaran Siska, mendadak ponselnya berdering. Tertera nama Santi di layar ponselnya.
Santi meminta Kevin untuk membelikan es krim. Permintaan yang nyeleneh dari sang mama awalnya ia enggan untuk melaksanakan perintah. Namun karena sang mama adakah ratu di hatinya, ia pun segera undur diri dari cafe.
"Sejak kapan mama suka es krim, aneh," Kevin kini sudah dalam perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah, Kevin mencari sosok Santi yang ternyata, mamanya itu sedang duduk santai di halaman belakang. Di sana Santi tak sendiri, ada Alula dan Viona. Mereka bertiga terlihat akrab dan sedang bercengkrama.
"Ini Ma, es krimnya! Masa seorang CEO disuruh beli es krim, seperti kurir saja," omelnya seraya menyerahkan tiga bungkus es krim.
"Terima kasih, masa seorang CEO menolak perintah mamanya," sahut Santi seraya menerima pemberian Kevin.
"Aku baru tahu Mama suka es krim," Kevin melirik sekilas Alula yang duduk di sebelah mamanya. Santi memberikan semua es krim itu pada Lula. Gadis itu, 360 derajat berhasil merebut mamanya. Kevin semakin benci melihatnya.
"Terima kasih Bu, padahal saya tak meminta ini, tapi Ibu sungguh baik hati membelikan ini untuk saya." ujar Alula, ternyata es krim itu untuk gadis gendut.
"Kevin yang beli loh ...." ujar Santi yang membuat Kevin tersenyum kecut.
"Kalau tau itu es krim buat si gendut, aku enggak sudi membelikannya." ucap Kevin dengan kasarnya.
"Simpan ucapanmu itu, Kevin! Apa pantas seorang CEO menjelekkan bawahannya, dia punya nama, Alula." Santi mengeja nama Alula agar Kevin paham.
"Akh, sudahlah aku malas berdebat sama Mama." Kevin memilih pergi ke kamarnya.
"Kalau tahu es krim itu untuk siapa, sudah aku buang tadi di jalan." Gerutunya tetap tak terima.
Santi dan Viona begitu hangat dan mau menerima Alula tinggal di sana. Alula serba salah, dia sungguh merasa sungkan bisa bertemu orang sebaik Santi. Alula dalam hatinya akan menebus kebaikan Santi, dia tak mau diperlakukan menjadi tamu di rumah itu, dia akan membantu bi Hanum untuk membersihkan rumah atau pun melakukan pekerjaan rumah.
Makan malam pun tiba. Ini lah hal yang Alula takut kan jika makan bersama dengan orang-orang. Mereka pasti akan merasa jijik melihat cara makannya. Alula menghindar tatkala bi Hanum memanggilnya untuk makan malam bersama.
"Aku belum lapar, Bi!" Hanum kembali ke meja makan untuk menyampaikan itu.
"Mbak Lula belum lapar, Nyonya," ujar bi Hanum.
"Ya sudah, nanti Bibi antar makanan ini ke kamarnya ya," ujar Santi yang berhasil membuat Kevin jengah.
"Ma, dia itu hanya office girl di kantor aku, jadi stop memperlakukan dia layaknya putri di rumah ini." Kevin sungguh berhati-hati, sempat saja dia menyebut Lula si gendut.
"Apa pun pekerjaan seseorang itu, sesekali kamu jangan pernah meremehkan. Karena semua itu pasti ada baiknya." terang Santi dengan bijak.
"Iya, Kak Kevin ini bagaimana sih, katanya bos, masa sama bawahan kasar banget sikap nya. Kak Kevin harus ingat, kalau enggak ada mbak Alula waktu itu, pasti mama enggak akan bersama kita sekarang. Kak Kevin mau kehilangan mama, enggak kan. Nah, justru itu untuk membalas kebaikan mbak Alula yang tiada tara, Kak Kevin juga perlu memperlakukan mbak Alula dengan baik." Viona perlu diacungi jempol, tutur bahasanya sudah sangat bagus menjadi seorang putri dari pasangan Santi dan Satria.
"Gaya kamu kayak orang tua saja, kamu membela OG itu ketimbang aku kakak kamu?" Kevin tersulut emosi.
"Sudah-sudah, perdebatan ini tidak perlu diteruskan. Kita makan sekarang!" titah Santi pada kedua anaknya.
Kevin kali ini kalah, dia cukup ciut kekuasaannya jika dihadapkan dengan sang mama.
Keesokan harinya. Alula sudah mandi dan rapi. Dia memasuki ruang tamu untuk bersih -bersih sebelum berangkat bekerja. Matanya berkeliling mengamati dekorasi rumah yang indah dan mewah.
"Kapan ya, aku bisa beli rumah sendiri sebagus dan semewah rumah ini?"gumamnya sambil mulai mengelap kaca.
Seperti hal sebelumnya, Lula takkan membiarkan debu sedikit pun menempel di ruangan ini. Lula bekerja dengan baik hingga terlihat kinclong.
"Bu, saya berangkat dulu!" sapa Alula ketika Santi dan kedua anaknya sarapan.
"Loh, kamu nggak sarapan dulu," cegah Santi.
"Sudah Bu, tadi sama bi Hanum di belakang,"
"Mbak Alula berangkat bareng kak Kevin aja!" celetuk Viona yang berhasil membuat Kevin melotot ke arahnya.
"Viona benar, kan kalian berdua satu lokasi," imbuh Santi.
"Apaan sih kalian berdua ini, ogah ah!" tolak Kevin.
"Saya bisa berangkat sendiri Bu, permisi!" Lula bergegas meninggalkan ruang makan.
Kali ini Alula harus rela mengeluarkan ongkos untuk sampai ke kantor, selain jarak tempuh yang cukup jauh, Alula lupa kini dia tak memiliki sepeda. Ada di garasi, namun Lula sungkan untuk menggunakannya.
Hari demi hari terus ia lewati seperti itu.
Suatu ketika saat makan malam tiba, Santi memaksa Lula untuk bergabung makan. Alula terpaksa ikut. Dalam acara makan malam itu, dia melahap cepat semua makanan yang tersaji. Karena gangguan Bulimia Nervosa membuat ia tak sadar akan hal itu. Setelah makanan habis, dia segera berdiri dan lari ke belakang. Memuntahkan semua isi perutnya. Santi menjadi khawatir dan ingin mengajaknya pergi ke dokter, namun Alula menolak.
Kevin sendiri merasa jijik dengan kehadiran Alula, namun karena ancaman Santi akan mencoret namanya dari daftar keluarga jika ia tak setuju Alula tinggal di sana, akhirnya terpaksa serumah dengan Alula.
Seperti biasa, Alula sudah rapi dan mulai menyapu dan mengepel lantai sebelum berangkat kerja. Mengetahui kebiasaan ini, Santi semakin jatuh hati pada Alula. Dia yakin pada gadis itu bahwa bisa mengubah perilaku negatif Kevin yang sering gonta-ganti pasangan. Santi ingin punya menantu seperti Alula, berjiwa baik secara pribadi dan kemanusiaan. Santi pun menjodohkan Alula dengan Kevin. Tentu hal ini membuat Kevin tercekik. Kevin menolak. Namun tak ada yang bisa membantah perintahnya, tentu dengan ancaman dicoret dari ahli waris, sebagai ancaman yang maha dahsyat.
Pernikahan rahasia antara Alula dan Kevin pun terjadi.
Mereka berdua tinggal di sebuah apartemen, tentu hal ini agar lebih mudah bagi Kevin untuk melancarkan aksinya. Ia sebelumnya telah membuat janji hitam di atas putih.
"Senang kamu sekarang, hah! Mulai sekarang sesuai perjanjian kita kamu tak boleh menyentuhku, tak boleh mengusik hidupku dan tak boleh melarang apa pun yang aku kerjakan. Paham!" bentak Kevin. Alula hanya mengangguk. Jiwanya senang bisa mendapatkan pujaan hati. Tapi nyatanya tak sesuai dengan apa yang ia mimpikan.
"Kamu hanya sebuah buih dalam hidupku, jadi jangan berharap lebih dari pernikahan yang konyol ini!" sambung Kevin, lagi-lagi Alula terdiam.
"Lantas aku sebagai istri kamu, aku harus apa?" tanya Lula dengan polosnya setelah mencoba berpikir.
"Kamu lebih baik jadi pembantu saja. Aku akan menerima kamu jika kamu berhasil mengubah dirimu menjadi permadani." ujar Kevin, tentu hal itu tidak mungkin bagi Alula. Alula menyetujui perjanjian itu.
Kevin memutuskan pergi keluar dari apartemen, dia memilih begadang di cafe bersama teman -temannya. Tentu di saat malam pengantin membuat Alula gelisah tinggal sendirian di apartemen. Kevin pulang dengan keadaan mabuk di antar kedua temannya, Andho dan Nabil. Kedua temannya berotak kotor karena pengaruh alkohol melihat Alula tertidur di sofa, hingga timbul niat agar Alula melayaninya. Kevin pun menyetujui niat jahat kedua temannya. Alula yang hampir tertidur pun merasa terusik dengan kedatangan dua pria itu. Dengan kekuatannya, Alula berhasil memukul mundur dua pria berotak kotor itu.
Alula sangat membenci Kevin mulai detik itu juga, tapi ia tak bisa lepas dari tali pernikahan itu karena Santi.
Kevin mempunyai cara agar Alula bisa pergi dari hidupnya tanpa ia suruh. Suatu ketika Kevin membawa Vivi ke apartemen dan memamerkan kemesraan dengannya.
Alula yang dianggapnya pembantu di apartemen itu, tak menggubris sedikit pun dengan perilaku suaminya yang buruk. Awalnya sudah terbiasa, tapi lama-lama Alula terasa teriris hatinya. Istri mana yang rela diperlakukan seperti itu.
Hari demi hari sudah ia lewati, rasa kesal ditambah darahnya semakin mendidih dengan kelakuan suaminya yang playboy membuat Alula pergi dari apartemen tanpa sepengetahuan suaminya.
Alula dikejutkan dengan kehadiran Arjun, temannya waktu kecil. Alula mulai menceritakan kisah pilunya.
"Aku akan mengubah takdir hidupmu, ayo ikut aku!" ajak Arjun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments