“Jadi, malam-malam begini kamu hanya menanyakan itu?” Kevin sedikit geram.
“Jangan kepedean kamu, ayo, ngaku, kamu kan yang menghabiskan semuanya!” Alula yakin kalau pria di depannya lah yang memakan snack nya.
“Kalau iya kenapa, kamu nggak ikhlas!” Kevin memasang wajah meledek.
“Dasar playboy sukanya bikin hatiku kesal melulu !” Alula melotot.
“Oh situ punya hati rupanya, aku kira yang ada di badan kamu lemak semua,” kembali Kevin menghinanya. Tanpa meladeni ucapan suaminya, Alula keluar kamar sambil membanting pintu. Hatinya sungguh kesal, kalau bisa dia ingin segera pergi dari sini. Tapi mengingat kebaikan Santi sang mertua membuat hatinya terpatri untuk bertahan dengan rumah tangga yang runyam ini.
Alula mengalah lagi, dia segera pergi ke kamarnya dan menjatuhkan bobot tubuhnya di atas kasur hingga terpental. Mencoba meredam amarah agar lekas tidur karena besok dia harus bangun lebih pagi. Arjun baru saja mengirim pesan padanya untuk mengajaknya joging.
"Bisa-bisa aku cepat tua kalau terlalu lama bersamanya, Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Ingin rasanya aku ******* habis orang itu!" pekik Lula dalam kamar. Matanya sedikit susah terpejam lantaran siang tadi sudah terlalu lama tidur di salon. Di dalam kesunyian malam, membuat dia mengenang masa remajanya dulu. Tak pernah sekali pun dia memiliki wajah yang begitu cantik seperti hari ini. Perlahan air matanya jatuh mengingat kalau suaminya sering memuji kecantikan pacarnya. Dia bangkit dan kembali bercermin.
"Tuhan, indah banget ciptaan -Mu ini! Aku jadi ingat perkataan Arjun, jangan lupa bahagia. Aku takkan lagi mudah menangis seperti ini, buat apa menangisi nasib, emang dia saja yang bisa punya pacar, aku akan membuktikan kalau aku ini layak dicintai. Akan aku gaet beberapa pria. Tapi, aku kan masih gendut. Baiklah, saatnya untuk melakukan diet." ujar Lula menyemangati diri yang hampir saja hilang. Selesai memuaskan diri untuk bercermin Lula pun akhirnya ngantuk dan segera tidur.
Pagi pun tiba, Alula sudah rapi dengan setelan kaos olah raga. Dia melenggang keluar melewati kamar Kevin yang masih tertutup.
"Kebiasaan, sudah pagi masih saja molor, dasar CEO playboy!" Rutuk Lula dalam diam. Lula segera mempercepat langkahnya untuk menemui temannya.
“Pagi Cantik!” sapa Arjun ketika mereka berdua bertemu di bawah.
“Pagi, jangan memanggilku seperti itu! Terdengar mengejek." sahut Lula ketus.
"Kenapa, aku bicara fakta loh, kalau kamu tak percaya aku bisa membelikan kamu seribu cermin, jadi kamu bisa melihat dari segala sisi." ungkap Arjun serius.
"Apaan sih, kayak Roro Jonggrang aja, ayo kita jalan!” ajak Alula bersemangat sekali.
“Cieh, yang semalam lagi berduaan, gimana hasilnya?” tanya Arjun yang sok tahu.
“Apaan sih kamu, semalam ngeselin banget tahu, Kevin malah ngetawain aku.” desah Lula sambil mengerucutkan bibirnya.
“Itu hal wajar dia bersikap seperti itu karena semua butuh proses, biarkan dia tertawa sekarang, aku yakin seribu persen kalau dia bakal tertarik sama kamu.” Arjun seperti paham betul situasi yang kini Alula hadapi.
“Entahlah, sudah, aku tak mau membahas itu lagi!”
"Baik, ingat, jangan lupa bahagia!" ujar Arjun.
"Jangan lupa bahagia!" Alula pun menirukan sambil tersenyum. Mereka jogging hingga ke taman kota. Udara masih sejuk membuat dua orang itu begitu menikmati sampai tak terasa matahari sudah meninggi.
"Hampir siang, aku harus segera pulang." Lula terlihat panik.
"Baik."
Saat Alula ingin kembali ke apartemen.
“Nih!” Arjun menyodorkan sebuah kartu.
“Apaan?” tanya Lula malas.
“Datanglah ke tempat ini, ku rasa joging saja kurang cukup untuk membuat kamu langsing!” setelah berkata demikian, Arjun pergi entah ke mana. Alula menerima dan membaca sekilas kartu itu. Tertera sebuah alamat tempat untuk olah raga. Alula menyimpan begitu saja di kantong sakunya.
Alula segera masuk dan suasana apartemen masih sunyi, menunjukkan kalau suaminya belum keluar kamar. Lula segera ke dapur dan membuat sarapan untuk dirinya. Seperti itu kebiasaannya, Kevin selalu menolak untuk diajak sarapan jadi, kali ini pun Lula tak lagi menawarinya sarapan.
Setelah satu porsi nasi goreng siap disantap, Alula juga sudah rapi dengan penampilan barunya, dia mulai menyendok. Tiba -tiba sebuah tangan menyambar begitu saja sendok itu, seorang pria tampan membungkukkan badan.
“Tenyata enak, nyesel aku pernah nolak.” Ujar Kevin yang juga sudah rapi sambil masih mengunyah, dia duduk sejajar dengan istrinya. Setelah tahu masakan istrinya enak dia mulai melahap lagi nasi goreng. Tak biasanya dia mau makanan buatan istrinya. Entah dapat angin darimana Kevin bertingkah aneh pagi ini. Alula tak keberatan kalau dia mengambil piringnya.
“Cih,” Alula hanya berdecak, dia beranjak pergi ke dapur untuk mengambil sisa nasi goreng, meski sedikit tak apa untuk mengganjal perut. Percuma jika dia mengomel, ujung -ujungnya dia akan diperolok dengan perkataan pedas yang selalu mengiang. Dia kembali dan duduk sejajar dengan pria itu.
"Dasar playboy, dulu saja selalu bilang bisa sakit perut kalau makan masakanku, nyatanya habis juga." dumel Lula. Namun Kevin tak menggubris, malah terlihat begitu menikmati.
Selesai makan Kevin pergi tanpa menyapa istrinya.
"Semalam snack, pagi ini nasi goreng, entar apa lagi yang akan ia rebut dariku? Aku harus ekstra sabar menghadapi suami macam dia."
lantas Alula mencuci piring miliknya dan Kevin.
Alula sudah terbiasa seperti ini, dirumah seperti orang asing, bahkan seperti pembantu. Pagi ini Alula menempuh perjalanan ke kantor dengan mengayuh sepeda. Meski sedikit terlambat tiba, kini Alula tetap percaya diri dengan tampilan barunya. Rambut yang biasa ia kepang, kini terurai lurus. Make up yang ia gunakan pun tak terlalu tebal dan mencolok namun tetap terkesan cantik.
“Lula, cepet ke mari !” teriak Emi dari jauh. Sahabatnya itu selalu bikin heboh.
Emi menanyai Lula habis-habisan, bagaimana bisa dia berpenampilan sangat cantik pagi ini. Namun, yang ditanya hanya cengengesan saja.
" Ya Tuhan, kamu cantik banget! Hampir saja aku tak percaya kalau kamu ini adalah Alula. Salon mana yang bikin jerawat kamu hilang semua? Entar aku kamu kasih tahu tempatnya ya," Emi tak henti -hentinya menatap wajah cantik Lula.
"Ini hanya perawatan biasa, tidak lebih." sahut Lula merendah, bagaimana bisa dia melupakan pesulap yang handal seperti Arjun itu.
Hingga suatu suara yang mengagetkan mereka berdua.
“Cepat kerja!” bentak Kiki dengan tatapan tak suka, terlebih melihat Alula dengan penampilan yang cantik. Senior yang galak itu segera pergi setelah membentak.
Emi sedikit berbisik mengingatkan Lula untuk mengantarnya beli sepatu selepas kerja nanti.
“Emi, sepertinya sore nanti aku enggak bisa. Maaf, aku ada acara mendadak!” ujar Alula penuh sesal.
“Setahuku kamu tak pernah menolak untuk ku ajak, penting banget ya ....”
Alula mengatupkan kedua telapak tangannya sembari menampakkan deretan gigi putihnya.
“Ya sudah, aku pergi sendiri saja.” Keduanya pun segera bekerja. Alula mengepel lantai paling atas.
Alula hampir selesai menyelesaikan pekerjaannya, tapi ia harus mengepel ulang lantai itu akibat ulah Kiki yang mondar-mandir.
“Kak, bisa enggak sih kamu berhenti! Sejak tadi mondar-mandir kayak setrika. Aku capek!” bentak Alula yang membuat mata Kiki membulat sempurna.
“Kamu sudah berani ya melawanku, aku buat kamu menyesal dan ku pastikan kamu akan dipecat.” Ancam Kiki.
“Silahkan, aku tak takut!” Alula sungguh berani menerima tantangan seniornya. Kiki pun segera berlalu dengan hati yang kesal.
Sementara Kevin sudah selesai meeting pagi ini, dia belum beranjak dari kursi hingga tak sadar pacarnya, Vivi, datang. Kevin senyum-senyum sendiri mengingat peristiwa semalam.
“Sayang, kamu lagi ngelamunin aku ya ....” suara Vivi yang terdengar manja membuat Kevin mengkondisikan dirinya. Dia langsung duduk di pangkuan Kevin.
“Sayang, kamu baru datang, maaf, aku tak menyadarinya.” Ujar Kevin dan mulai memainkan paha mulus itu. Keduanya pun menjalin kemesraan.
Sekian menit kemudian, Alula masuk hendak mengambil keranjang sampah dan tanpa sengaja melihat adegan itu.
“Maaf!” Alula bergegas menundukkan kepala, setelah benda yang ia cari dapat dia membalikkan badan.
Kevin dan Vivi menyudahi kemesraan mereka. Kevin membenahi kancing bajunya.
“Tunggu!” teriak Vivi dengan lantang. Dia berjalan ke arah Lula. Lula terdiam seketika.
Merasa kemesraannya terusik Vivi hendak meledek Lula.
“Kamu masih betah kerja, hah!” bentaknya lagi, yang sontak membuat Lula mendongak.
“Pelankan suara Anda, karena saya tidak tuli!” sahut Alula dengan tegas.
Vivi seketika melotot, “Kamu berani dengan calon tunangan CEO di tampat kamu bekerja?”
“Aku hanya menyampaikan kebenaran, tidak ada sangkut paut dengan Anda.”
“Apa kamu bilang, kamu barusan sadar tidak, kamu sudah berani lancang masuk ke ruangan CEO.”
“Bukankah Anda yang tidak berkepentingan juga lancang masuk,” Lula menatap tajam ke arah suaminya yang sejak tadi mematung. Pertanyaannya menyudutkan Vivi.
Vivi sangat geram, tangannya pun sudah siap akan melayang. Namun dengan cekatan, Alula menepisnya.
“Singkirkan tangan Anda, dan jangan halangi pekerjaan saya!” Alula hendak bergegas pergi.
“Kevin, bukankah dia pembantu di apartemen kamu, pecat saja dia!” ujar Vivi, Alula yang sudah di ambang pintu mendengar penuturan Vivi berhenti tanpa membalikkan badan.
“Hei, Gendut, ambil kembali keranjang sampah itu!” ujar Kevin yang tak ingin memperpanjang masalah. Karena dia malam ini sudah berjanji membawa Lula bertemu mamanya. Jika Lula menolak, pasti mamanya akan memarahinya. Vivi menghentakkan kaki kesal karena Kevin tak turun tangan.
Alula berbalik dan mengambil barang yang padahal tadi tujuan utama dia masuk ke ruangan CEO. Mengambil sampah. Dia mempercepat langkahnya agar segera keluar dari ruangan yang panas itu. Dadanya kini terasa sesak, tidak di apartemen, tidak di kantor, selalu saja Kevin membuatnya kesal. Terlebih tadi, Lula menyaksikan sendiri kemesraan mereka yang terbilang tak pantas untuk ditiru.
“Dasar pelakor, aku buat kamu menyesal suatu hari nanti!” Alula sudah berada di halaman belakang. Setelah menumpuk sampah. Dia berteriak sekeras -keras nya untuk meluapkan kekesalannya.
“Dasar playboy! Dasar pelakor!” umpatnya dengan nafas terengah -engah. Air matanya pun jatuh.
Sekian detik kemudian, dia tersadar.
"Buat apa aku menangis. Tidak ada gunanya menangisi pria playboy seperti dia. Jangan lupa bahagia!" ujar Lula menenangkan diri. Lantas ia segera mencuci muka nya untuk menghilangkan bekas matanya yang sembab.
Saat makan siang, dua temannya Kevin, Nabil dan Andho datang ke kantor mereka.
"Siang Bro, nanti malam ke club yuk!" Nabil langsung duduk di sisi kiri.
"Ada Siska juga loh," tambah Andho.
"Siska?" seketika Kevin kaget. Dia sudah lama tak mendengar kabar tentang pacar pertamanya ini. Siska sepupunya Andho.
"Dia baru pulang dari Australia, kuliah nya juga sudah tuntas. Katanya dia kangen sama kamu." Andho menunjukkan foto di ponsel.
"Masih sama, tetap cantik." Kevin tersenyum.
"Woi, ada bidadari bengkak!" ledek Nabil ketika Alula sedang menikmati makan siangnya. Lula matanya memerah, ingin sekali dia merobek mulut yang tak tahu sopan santun itu. Alula dengan gangguan Bulimia Nervosanya, dengan begitu cepat menghabiskan makanannya dan segera bangkit.
Kevin tau siapa yang dimaksud Nabil. Dia hanya tersenyum kecut.
"Pembantu kamu juga kerja di sini?" Andho meski malam itu mabuk, dia ingat betul Lula. Kevin hanya mengangguk.
Nabil masih cengengesan menatap Lula dari jauh, hingga yang ditatap pun datang.
"Kamu bilang apa barusan?" Lula sudah menampilkan kepalan tinju.
"Hei, Gendut, dia temanku. Tunjukkan rasa sopan mu!" bentak Kevin namun tak Lula hiraukan.
"Bidadari bengkak." Nabil mengulangi kalimatnya yang terasa perih di dengar. Dengan kekuatan penuh Lula melayangkan tinju ke perut Nabil, sontak pria lajang itu terbatuk dan meringis menahan sakit.
Kevin berdiri menantang Lula. Lula sedikit pun tak takut. Dia segera balik kanan meninggalkan kantin.
"Gila, pembantu kamu serem juga." Andho mengusap bahu Nabil, namun matanya mengarah ke Kevin.
"Sepertinya malam nanti aku tak bisa ikut kalian, " lalu Kevin undur diri.
Sepulang kerja, Lula sudah siap akan mengayuh sepedanya.
"Cepat naik, sebelum ada yang melihat!" titah Kevin saat menghentikan mobilnya di samping Lula.
"Enggak mau!" tolak Lula kasar.
"Jangan kepedean kamu, kita bisa terlambat ke rumah mama!" Kevin meluruskan agar Lula mengerti.
"Lalu sepedaku?" Lula tak rela meninggalkan sepedanya.
"Takkan ada yang mencuri sepeda jelekmu itu, cepat naik!" Kevin mengulangi ajakannya. Meski merasa jijik dia semobil dengan istri nya, namun harus, karena Santi meminta mereka berdua datang sebelum magrib.
Lula kini sudah duduk di bangku belakang. Baru dua kali ini dia semobil dengan suaminya.
Tak ada pembicaraan sama sekali hingga mereka tiba di rumah. Setelah Lula membersihkan diri, dia memilih baju yang pantas. Namun, dia tak punya baju baru. Alhasil, dia memilih baju alakadarnya.
Tiga puluh menit, mobil Kevin terparkir rapi di rumah Santi.
"Alula!" sapa Santi yang begitu bahagia melihat menantunya datang.
"Ma-ma, " Alula sedikit canggung untuk menyebut.
"Kamu cantik sekali, Nak! Ayo masuk, mama sudah masak yang enak buat kamu." ajak Santi, Alula yang penurut pun mengikuti langkah mertuanya.
"Mbak Lula!" sapa Viona tak kalah senangnya.
Mereka makan bersama cukup tenang. Kevin sekilas melirik istri gendut nya.
"Tumben, dia bisa makan dengan sopan." batin Kevin yang merasa was-was jika Lula membuat malu dirinya.
Alula sebisa mungkin mengendalikan dirinya agar bisa makan dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Siti Lestari
alula diet dong biar nggak gendut
2022-10-01
0
Alya Yuni
Klo mau ramping hentikn mknan ringan
2022-05-04
0
IG: Saya_Muchu
semangat update thor
2022-04-08
1