The Emperor God Wife Is Naughty
Ribuan gelombang tercipta begitu sesuatu terbenam ke kedalaman lautan luas. Rambut perak itu mengapung di lautan, kian lama menjauh dari permukaan, terbawa oleh berat badan secara perlahan ke dasar.
Sepasang mata biru laut melihat sinar matahari di atas permukaan, disertai noda merah darah yang kian menyebar menggantikan sinar matahari yang menembus lautan. Tampak seperti asap merah yang mengepul mendekat.
Perlahan sinar itu hilang, digantikan kegelapan dalamnya laut. Mata indah itu menutup, bersamaan tubuhnya yang jatuh ke dasar di penuhi kegelapan yang sunyi.
Berpikir kehidupannya berakhir sampai sini, tapi sepertinya semua itu hanya angan-angan. Samar-samar ia melihat seseorang menceburkan diri, berenang dan meraih lengannya susah payah. Seorang wanita, wanita itu menariknya ke atas air.
Ia terbangun begitu saja disertai detakan jantung yang kacau. Dadanya terasa sakit, terbatuk seraya mengeluarkan air yang masuk ke tubuh ketika tenggelam, membuatnya harus meraup oksigen sebanyak mungkin dengan perasaan kacau.
Silau sinar menyeruak pandangan, ia pun sedikit memejamkan mata. Ketika menyadari di mana ia berada, keningnya berkerut dalam-dalam melihat pesisir danau dengan aksen klasik ala timur. Apalagi ketika melihat seorang wanita cantik memeluk begitu saja seolah memeluk anak kecil.
"Ranran, maafkan Ibu ... maafkan Ibu ...."
Wanita itu masih termenung, kemudian melihat kedua tangan yang mengecil. Ia baru sadar, bahwa tubuhnya menyusut. Seharusnya dia adalah wanita dewasa yang akan beranjak 30 tahun, bagaimana bisa menyusut begitu jauh!
"Siapa Ranran? Aku Isabella." Ia bicara menggunakan bahasa negara barat—tempat tinggalnya dulu.
Hal itu membuat wanita cantik yang tiba-tiba memeluknya tertegun, menatap gadis kecil itu penuh pertanyaan. "Ranran, kamu bilang apa?"
"Isabella," tekannya mulai menggunakan bahasa negara timur, ketika sadar jenis bahasa yang wanita itu ucapkan. "Aku Isabella."
Wanita cantik itu terkejut, kemudian memeriksa denyut nadi dan meletakkan kedua jarinya di dahi anak kecil itu. Ia pikir terjadi sesuatu yang tidak ringan sehingga membuatnya sangat takut.
Tiba-tiba gadis kecil itu merasakan benturan di kepala sehingga pandangannya menggelap. Otaknya terasa mengalami gegar parah. Hidungnya mengeluarkan cairan merah hangat membuat semua orang panik.
"Cepat panggil tabib!" Wanita cantik itu memberi perintah penuh kecemasan. Para pelayan segera berhamburan mencari tabib terbaik sedangkan ia mengangkat putri kecil yang malang.
Wanita yang kini 'menyusut' merasakan sakit di kepalanya seperti dipukuli batu berulang kali. Hantaman memori memenuhi kepala membuatnya menggila sampai tidak bisa merasakan apa pun di sekitar. Rasa sakit yang tak tertahankan itu sampai membuatnya berpikir lebih baik mati daripada hidup.
Semua kenangan masuk sehingga merasakan apa yang dirasakan anak yang kini menjadi dirinya. Ia paham bagaimana bisa berada di tempat aneh yang awalnya berpikir telah hanyut ke sebuah suku di negara timur.
Ia masih berusaha mencerna dalam kegelapan, merasakan bagaimana kesenangan sebagai seorang anak serta kasih sayang keluarga. Semua memori itu membuatnya seolah benar-benar hadir sebagai anak kala itu.
Proses transfer memori tidak berlangsung terlalu lama. Ia terbangun begitu saja setelah seharian pingsan ketika memori itu menunjukkan bagaimana anak ini jatuh ke dalam danau. Rasa sesak mendera seolah merasakan bagaimana rasanya tenggelam.
Ia menenangkan diri, pandangannya mendapati sebuah kamar khas anak-anak zaman kuno negara timur dengan penuh aksesoris bunga serta dupa beraromakan sakura. Ia terbatuk menghirup aroma dupa tersebut sambil beranjak dari ranjang. Menurutnya terlalu wangi dan feminim sehingga harus menutup dupa cepat-cepat agar rasa tidak nyaman tidak lagi menyertai.
Selesai menutup dupa, hembusan napas lega keluar sambil menopang tubuh di atas meja. Ia melihat lagi tangannya yang kecil. Meski telah menerima memori, ia masih tidak percaya dengan kenyataan ini sehingga pikiran menjadi kacau.
Masalahnya, bagaimana ia bisa hidup kembali? Di dunia tanpa teknologi pula!
"Xie Ran ... Xie Ran ...." Ia mengulang nama itu yang merupakan nama anak yang ia 'rasuki'.
Ia tertawa ... tawa miris yang penuh kepahitan. Kenapa lagi-lagi hidupnya seperti ini? Dua kali berganti nama di kehidupan yang berbeda, ini yang ketiga kalinya.
"Sang Ran, Isabella, Xie Ran ... lalu apa lagi? Apa aku dijadikan eksperimen seseorang? Benar-benar gila!" Ia menjadi resah dan mengusap wajah frustrasi.
Pintu diketuk ketika tengah frustrasi, gadis itu menoleh ke belakang di mana pintu terbuka menampakkan sosok gadis yang berusia sekitar 12 tahun membawa nampan berisi makanan.
"Nona, kamu sudah bangun." Gadis itu terlihat gelisah dan langsung menghampiri.
Xie Ran menaikkan alis. Gadis itu adalah Liu Ya, pelayan pribadinya, atau lebih tepatnya 'pesuruh' pribadi. Segala hal menyangkut 'Xie Ran' selalu dibantu oleh Liu Ya yang patuh akan perintah baik buruk maupun tidak.
"Berhenti di sana," kata Xie Ran membuat langkah Liu Ya terhenti. Ia tidak suka didekati orang sembarangan, itu selalu melekat di kehidupan yang penuh kegelapan.
"Nona, Liu Ya membawa makanan kesukaan Nona," cicit Liu Ya sambil menunduk.
Pandangan Xie Ran tetap datar dan menggedikkan dagu ke samping di mana meja berada. "Taruh di sana, setelah itu keluar."
Liu Ya merasa nonanya berubah drastis hingga nyaris tidak dikenal. Ia agak terkejut akan sikap dingin gadis itu, tapi tetap patuh dan meletakkan nampan di atas meja. Setelahnya, Liu Ya pun pamit pergi.
Ketika Liu Ya keluar dari kamar, ia bertemu sosok wanita berparas cantik dan anggun menghampiri kamar Xie Ran. Ia pergi setelah menunduk memberi salam dan memberitahu bahwa Xie Ran telah sadar.
Wanita cantik itu bergegas ke dalam ruangan, merasa khawatir pada putri kecilnya sepanjang hari sampai terus bolak-balik dan tidak pernah fokus. Suaminya sedang di luar kota, tidak bisa datang lebih cepat karena jarak meski sudah mengirim surat merpati. Ia hanya bisa cemas sendirian.
Ketika membuka pintu, pandangannya mendapati seorang gadis mungil membelakanginya di depan meja sambil memperhatikan nampan berisi makanan.
Bagaimana caraku memakannya? Xie Ran memandangi sumpit dan makanan di atas nampan. Tidak ada sendok, hanya sumpit, sayangnya ia tidak bisa makan menggunakan sumpit.
Meski pernah ke negara timur, ia tetap makan menggunakan sendok. Ia pernah tinggal di negara timur dengan nama 'Sang Ran' tapi ingatan itu kabur sehingga semua kebiasaannya berubah.
"Ranran, kamu sudah sadar," ucap wanita cantik di ambang pintu sambil berjalan mendekat. "Ibu sangat mengkhawatirkanmu." Ia sampai dan menempelkan lutut ke lantai di depan putrinya sambil tersenyum bahagia. Xie Ran selamat sudah merupakan kebahagiaannya.
Xie Ran menatap datar, melihat wanita cantik yang seperti bidadari datang memanggilnya secara akrab. Entah bagaimana ia merasa panggilan itu sedikit membuat hatinya menghangat. Mungkin 'orang tuanya' dulu pernah memanggil seperti itu ketika masih kecil. Sayang, ia tidak ingat kenangan masa kecil dan tidak ingin ingat.
Ia ingat siapa wanita ini, Ibu kandung 'Xie Ran' yang bernama Wen Xi, sedangkan ayahnya bernama Xie Yun. Wen Xi adalah wanita tercantik di tempat bernama Benua Zhongbu. Saat ini ia tinggal di Kekaisaran Zhongbu, dipimpin oleh Kaisar yang disebut sebagai Kaisar Manusia oleh seluruh ras.
Dalam Kekaisaran, terdapat beberapa Klan utama, setara dengan kerajaan. Tempatnya tinggal merupakan salah satu dari lima Klan utama bernama Klan Xie. Xie Yun adalah ketua atau pemimpin klan, sedangkan Xie Ran adalah putri tunggal di antara para sepupu pria di Klan Xie.
Mengingat bagaimana jenis dunia aneh di mana manusia tinggal berdampingan dengan ras lain, Xie Ran menghela napas. Ini lebih terasa seperti masuk ke dunia novel atau komik.
"Ranran, kamu masih marah pada Ibu?" Melihat Xie Ran menghela napas, Wen Xi pikir putri kecilnya masih marah sampai mengabaikannya.
Xie Ran ingat betapa bodoh 'Xie Ran' yang lain cemburu pada Putri Kekaisaran akan sebuah mainan dan mengamuk. Bodoh lagi 'Xie Ran' tercebur ke danau. Sudahlah, harga dirinya hancur mengingat memori tidak masuk akal dan penuh drama itu.
"Aku tidak marah, aku hanya ingin sendok."
Ucapan Xie Ran membuat Wen Xi tertegun. Xie Ran butuh sendok? Bukankah sudah ada sumpit di makanan? Atau ... apakah Xie Ran memberi isyarat—karena gengsi—untuk disuapi?
Wen Xi tersenyum senang berpikir Xie Ran tidak sepenuhnya keras kepala dan egois. Sebenarnya Wen Xi sempat terkejut akan gaya bicara Xie Ran, ia bisa mengesampingkan itu untuk saat ini dan berfokus dekat kembali dengan putri tercinta.
"Ibu akan menyuapi," kata Wen Xi persis membuat Xie Ran terbelalak.
"Tapi—"
Kruuuuuk
"Ranran sayang, kamu sudah lapar," goda Wen Xi membuat Xie Ran malu setengah mati. Ayolah, ia sudah akan berumur 30 tahun, tapi masih disuapi seperti anak kecil? Di mana ia harus menaruh wajahnya! Dasar perut sialan!
Mau tidak mau Xie Ran menurut. Daripada dicurigai mengenai Xie Ran palsu, lebih baik meneruskan permainan yang tidak diinginkan ini.
Setelah selesai makan, Xie Ran dituntut untuk istirahat selama beberapa hari karena cedera internal akibat tenggelam. Xie Ran menurut, lagi pula tidak ada niat ke luar untuk saat ini sambil mencoba sedikit beradaptasi dalam kesendirian.
Ia tidak banyak bicara sejauh ini, kebanyakan hanya diam dan melamun memikirkan masalah hidup yang tak berujung. Bahkan tidak berpikir untuk kembali ke kehidupannya yang dulu karena merasa kehidupan kali ini cukup baik.
Sayangnya, untuk saat ini ia tidak ingin mengingat kehidupannya yang dipenuhi darah. Meski tahu tidak bisa lepas dari yang namanya pembunuhan sejak mengenali dunia ini, ia ingin meninggalkan dunia yang dulu dan melepas semua trauma.
Isabella pernah mengidap depresi. Ia akan minum obat jika penyakitnya kambuh, tapi itu dulu. Sekarang tidak ada obat seperti itu sehingga harus benar-benar bertahan karena merasa penyakitnya itu masih melekat di tubuh yang kini menjadi sangat lemah.
Terlalu lemah ... bahkan bisa saja menjadi gila karena tidak terbiasa dengan tubuh yang sangat lemah seperti orang sekarat. Itu sebabnya ia ingin melepas rasa cemas yang diakibatkan oleh masa lalu.
Selama beberapa hari Xie Ran memikirkan bagaimana bisa hidup normal di dunia yang cukup gila ini. Dunia penuh intrik dan kekuatan, sedangkan ia yang lemah hanya bisa berada di kasta terbawah. Dunia ini mengandalkan kultivasi langit dan bumi untuk menjadi kuat, sedangkan Xie Ran tidak bisa berkultivasi karena meridian yang terblokir. Itu masalah utama.
Xie Ran membuka pintu kamar, mendapati sosok pria tampan tiada tara dan cukup mirip dengannya tengah berjalan mendekat. Ia pun menutup pintu lagi dan memijat kepala.
Xie Yun telah tiba tapi ia belum memiliki persiapan menyambut 'ayah' yang baru pulang dari perjalanan jauh. Ia memantapkan hati dan membuka pintu kembali. Kini, Xie Ran dikejutkan oleh Xie Yun yang baru saja akan membuka pintu kamar.
Xie Ran termenung menatap pria itu untuk beberapa saat sebelum berucap, "Ayah(?)"
Xie Yun tersenyum lega lalu mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, baguslah. Lain kali Ayah akan membawakanmu mainan yang lebih bagus, tidak perlu marah lagi, ya."
"Tidak perlu." Xie Ran bicara seadanya, namun itu terdengar datar di telinga orang lain sehingga Xie Yun merasa putrinya sangat pendendam.
"Ayah akan membelikan yang lebih bagus, tenang saja."
"Sungguh tidak perlu." Xie Ran merasa akan gila sekarang. Ia sudah mengatakan bahwa Xie Yun tidak perlu membeli apa pun karena semua itu tidak berguna di matanya, tapi kenapa pria itu sangat keras kepala?
"Benar tidak perlu?" Xie Yun agak ragu.
"Ya ... mungkin kamu bisa membawakanku buku atau ... hal lainnya." Xie Ran baru saja ingin mengatakan 'senjata' tapi langsung ditelan mentah-mentah. Anak mana yang menginginkan senjata di usia belia?
Tapi Xie Yun sudah merasa heran terlebih dahulu ketika Xie Ran menginginkan buku. Sejak kapan Xie Ran gemar membaca? Apa hanya untuk bergaya? Atau Xie Ran benar-benar ingin berubah?
"Buku apa?" Xie Yun membuang semua pemikiran aneh dan berpikir bahwa Xie Ran bosan hingga ingin baca buku cerita.
"Ayah, bawa aku ke perpustakaan dahulu, baru memutuskan. Aku tidak tahu buku apa yang kuinginkan saat ini." Xie Ran tidak berpikir untuk memutuskan begitu saja karena dunia begitu luas. Dia mungkin akan meminjam banyak buku untuk memperluas pengetahuan agar tidak menjadi bodoh. 'Xie Ran' sangat bodoh sebelumnya.
"Baik." Xie Yun tersenyum lebar. Akhirnya putrinya ingin berubah haluan dari mengoleksi aksesoris dan mainan menjadi buku. Tenggelam tidak sepenuhnya buruk.
Xie Yun membawanya ke perpustakaan negara dan minjam beberapa buku. Ia agak terkejut melihat Xie Ran yang membawa banyak buku tanpa berkedip. Bahkan merasa Xie Ran banyak berubah dan menjadi lebih dewasa.
Bukan hanya Xie Yun yang terkejut. Semua orang di kediaman terkejut seperti melihat alien datang dari langit. Xie Ran yang biasanya sembrono dan semena-mena menjadi Xie Ran yang mandiri dan tidak banyak bicara.
Meski mereka cukup tidak terbiasa karena jarang melihat anak itu tersenyum atau sejenisnya, mereka bersyukur nona kecil mereka berubah menjadi lebih baik. Bahkan mereka merasa, semakin lama Xie Ran yang dulu menyebalkan menjadi sangat manis seperti bayi.
Walau pada kenyataannya Xie Ran tidak tahu bahwa yang ia lakukan kadang terlihat menggemaskan di mata semua orang. Seperti menghitung matematika—yang menjadi kelemahan—contohnya. Ia hanya pusing sampai kepalanya mengembun, tapi seorang malah menganggapnya lucu.
Xie Yao, sepupu Xie Ran dari keluarga cabang yang tinggal di keluarga inti karena orangtuanya meninggal, menjadi tutor Xie Ran belajar dan kadang bermain bersama. Bahkan Liu Ya juga ikut serta—walau kadang Xie Ran tidak ikutan.
Sudah beberapa bulan berlalu, tepat setelah ulang tahun Xie Ran yang ke-10 dirayakan secara besar-besaran di Kota Zichen, seorang wanita cantik datang ke kediaman tepat setelah pesta berakhir.
Wanita cantik bersama anak laki-laki yang dituntunnya berjalan ke arah kediaman, kemudian melihat tulisan 'Kediaman Xie' di atas pintu dalam diam dengan pandangan yang dalam.
Para penjaga melihat wanita itu dengan pandangan aneh, salah satunya menghampiri. Agak aneh melihat tamu di malam hari apalagi pesta baru saja berakhir. Apa tamu itu terlambat datang?
"Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita cantik itu menatap penjaga dengan iris ungu gelapnya yang indah. "Apa Xie Yun ada di sini?"
"Ketua Klan ada di dalam. Biar saya antar." Penjaga itu mempersilahkan wanita dan anak kecil itu masuk ke dalam klan.
Malam ini begitu teduh. Xie Ran sedang bermain-main di dekat air mancur, menggenangi kaki kecilnya sambil melihat pencerminan di air. Sejauh ini, ia tidak mencemaskan hal lain. Tapi sekarang, entah kenapa firasatnya mengatakan, setelah hari ini kehidupannya akan benar-benar berubah.
Memikirkan tentang kehidupannya yang buruk, ia jadi teringat akan masa lalu kelam yang menimpanya. Dijadikan alat pembunuh dan senjata, itulah hidupnya.
"Ranran, apa yang kau pikirkan?" Xie Yao duduk di sebelah Xie Ran. Pria kecil itu selalu menjadi temannya yang paling setia.
"Bukan apa-apa." Xie Ran tersenyum tipis menatap Xie Yao. Ia harap firasatnya salah.
"Aku lihat ada tamu lain yang datang menemui paman."
Xie Ran mengedikkan bahu tidak peduli. "Tidak peduli tamu mana yang datang, yang penting hadiahnya."
Xie Yao tertawa mendengar itu. Sepupu kecilnya selalu saja seperti itu dan bersikap tidak peduli. Yang dia pedulikan hanya hasil yang didapat.
Kemudian, bisikan-bisikan pelayan terdengar sampai ke telinga mereka. Xie Ran yang awalnya tidak tertarik, menjadi tertarik ketika pelayan itu mengatakan sesuatu tentang ayahnya.
"Ketua memiliki anak luar?"
"Ssst, jangan keras-keras. Nona kecil ada di dekat air mancur."
"Tapi, bagaimana mungkin? Ketua sangat peduli pada Nyonya Besar dan Nona Ran. Tidak mungkin memiliki wanita lain sampai memiliki anak."
"Itu mungkin saja. Apa yang tidak mungkin? Selama ini ketua terus keluar dari kediaman untuk berbagai macam tugas. Siapa tahu ada wanita lain yang lebih menarik?"
"Benar, apalagi Klan membutuhkan penerus. Meskipun Nona kecil baik dan pintar, dia adalah perempuan, akan pergi suatu hari nanti. Kali ini, wanita itu membawa anak laki-laki yang sesuai dengan kualifikasi penerus klan."
"Tapi, apa Nyonya Besar tidak akan marah?"
Xie Ran masih tidak bereaksi setelah menguping. Ia pikir hal demikian bukan hal aneh. Itu sudah biasa di dunia kuno seperti ini bahwa seorang pria memiliki banyak wanita. Yang penting hidupnya aman tentram dan tidak terganggu.
Dia hanya ingin menjadi gadis kaya yang tanpa kekhawatiran. Dia juga tidak ingin menjadi penerus ketua. Tapi jika dipikirkan lagi, apa Wen Xi baik-baik saja?
Pergerakan tiba-tiba Xie Ran yang hendak pergi mengejutkan Xie Yao karena sejak tadi gadis kecil itu hanya diam. Dia pikir Xie Ran tidak peduli.
"Kau ingin ke mana?" tanya Xie Yao.
Xie Ran tidak menjawab membuat pria kecil itu menghela napas. Ini bukan pertama kalinya, Xie Ran selalu mengabaikan banyak orang ketika sedang fokus pada satu hal.
Setelah sampai di aula, Xie Ran menemukan ayah dan ibunya berdiri di depan wanita cantik bersama lelaki kecil yang sepertinya sepantaran dengan Xie Ran. Tidak ada ekspresi di wajah Xie Ran ketika datang, ia tetap tenang seperti biasa sampai mereka menyadari kehadirannya.
"Ayah, Ibu!" Xie Ran menyapa sambil berlari ke arah mereka.
Wen Xi meraih putri kecilnya yang tanpa diundang datang kemudian melirik suaminya, ia kembali menatap Xie Ran dalam diam. Sedangkan Xie Yun menampilkan senyum tipis pada Xie Ran yang baru datang.
"Dia putrimu? Sangat cantik." Wanita asing itu tersenyum pada Xie Ran, sedangkan Xie Ran hanya menatapnya dengan tatapan polos seolah tidak tahu apa pun.
"Xie Ran, bersikap baiklah padanya di kemudian hari," ujar Xie Yun pada Xie Ran yang tampak polos. Kemudian pandangannya terarah pada pria kecil di tuntunan wanita asing itu. "Namanya Xie Chen, adikmu."
"Adik?" Xie Ran masih terlihat polos menatap lelaki kecil itu. Ia tidak tahu apa hanya perasaannya atau tidak, lelaki kecil itu tidak menyukainya. Itu sangat wajar. Toh, ia tidak peduli
"Tang Zhi, kita bicarakan ini nanti." Xie Yun tidak ingin Xie Ran banyak tanya lagi.
Sebelumnya Wen Xi sudah banyak tanya padanya, dia ingin menyelesaikan sekarang. Tapi kehadiran Xie Ran membuatnya harus sedikit mengundur karena tidak ingin mempengaruhi putrinya.
Semua orang pergi. Xie Ran dapat merasakan Wen Xi mengeratkan genggaman tangan tanpa sadar. Dia tahu Wen Xi tidak baik-baik saja. Pengalamannya membuatnya mengetahui banyak emosi meski disembunyikan sebaik mungkin.
"Ibu kenapa?" Xie Ran berpura-pura tidak tahu.
Wen Xi tersenyum seraya menggeleng pelan. Dia mengusap kepala kecil Xie Ran dan menuntunnya ke luar aula.
Ketika sampai di depan kamar Xie Ran, Wen Xi berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan Xie Ran. Xie Ran hanya diam, melihat ibunya mengambil sesuatu dari saku dan mengalungkannya ke leher Xie Ran.
Tali dari kalung itu berwarna perak serta dapat dibesar-kecilkan sedangkan liontinnya bundar polos tidak menarik dan sederhana sehingga tidak akan ada yang memperhatikan.
"Ranran, jangan lepaskan kalung ini apa pun yang terjadi."
Xie Ran mengerutkan kening tidak mengerti. Baru saja ingin bertanya, Wen Xi menyela, "Jangan bertanya kenapa. Kau hanya perlu berjanji."
"Tidak akan kulepas." Xie Ran berjanji meski tidak tahu alasan mengapa ia harus melakukan itu. Sampai akhirnya Wen Xi memeluknya begitu erat, Xie Ran menjadi gelisah.
Semakin lama, firasatnya semakin tidak benar. Ia melihat Wen Xi seolah wanita itu berpesan untuk menjaga diri baik-baik ... maksudnya menjaga diri seorang diri.
...----------------...
Revisi ✓
Hallo para pembaca baru, salam kenal~
Di sini, aku mau kasih tau kalau ada beberapa bab awal yang sudah kurevisi untuk memperbaiki masalah cerita/alur (ditandai dengan tanda revisi di bagian akhir bab). Jadi jangan bingung kalau misalkan ada yang beda sama versi RAW (mentah). Revisinya nggak jauh kok, cuma beda penempatan kalimat atau PUBEI dan alurnya lebih dijelaskan detail untuk menghindari plot hole.
Jangan lupa kasih dukungan supaya aku tambah semangat 💪
Terima kasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Ida. Rusmawati.
/Smile/
2024-04-13
0
tiwi
nice story
2023-02-03
0
Kaisar Naga
jrengg
2022-08-13
0