Ribuan gelombang tercipta begitu sesuatu terbenam ke kedalaman lautan luas. Rambut perak itu mengapung di lautan, kian lama menjauh dari permukaan, terbawa oleh berat badan secara perlahan ke dasar.
Sepasang mata biru laut melihat sinar matahari di atas permukaan, disertai noda merah darah yang kian menyebar menggantikan sinar matahari yang menembus lautan. Tampak seperti asap merah yang mengepul mendekat.
Perlahan sinar itu hilang, digantikan kegelapan dalamnya laut. Mata indah itu menutup, bersamaan tubuhnya yang jatuh ke dasar di penuhi kegelapan yang sunyi.
Berpikir kehidupannya berakhir sampai sini, tapi sepertinya semua itu hanya angan-angan. Samar-samar ia melihat seseorang menceburkan diri, berenang dan meraih lengannya susah payah. Seorang wanita, wanita itu menariknya ke atas air.
Ia terbangun begitu saja disertai detakan jantung yang kacau. Dadanya terasa sakit, terbatuk seraya mengeluarkan air yang masuk ke tubuh ketika tenggelam, membuatnya harus meraup oksigen sebanyak mungkin dengan perasaan kacau.
Silau sinar menyeruak pandangan, ia pun sedikit memejamkan mata. Ketika menyadari di mana ia berada, keningnya berkerut dalam-dalam melihat pesisir danau dengan aksen klasik ala timur. Apalagi ketika melihat seorang wanita cantik memeluk begitu saja seolah memeluk anak kecil.
"Ranran, maafkan Ibu ... maafkan Ibu ...."
Wanita itu masih termenung, kemudian melihat kedua tangan yang mengecil. Ia baru sadar, bahwa tubuhnya menyusut. Seharusnya dia adalah wanita dewasa yang akan beranjak 30 tahun, bagaimana bisa menyusut begitu jauh!
"Siapa Ranran? Aku Isabella." Ia bicara menggunakan bahasa negara barat—tempat tinggalnya dulu.
Hal itu membuat wanita cantik yang tiba-tiba memeluknya tertegun, menatap gadis kecil itu penuh pertanyaan. "Ranran, kamu bilang apa?"
"Isabella," tekannya mulai menggunakan bahasa negara timur, ketika sadar jenis bahasa yang wanita itu ucapkan. "Aku Isabella."
Wanita cantik itu terkejut, kemudian memeriksa denyut nadi dan meletakkan kedua jarinya di dahi anak kecil itu. Ia pikir terjadi sesuatu yang tidak ringan sehingga membuatnya sangat takut.
Tiba-tiba gadis kecil itu merasakan benturan di kepala sehingga pandangannya menggelap. Otaknya terasa mengalami gegar parah. Hidungnya mengeluarkan cairan merah hangat membuat semua orang panik.
"Cepat panggil tabib!" Wanita cantik itu memberi perintah penuh kecemasan. Para pelayan segera berhamburan mencari tabib terbaik sedangkan ia mengangkat putri kecil yang malang.
Wanita yang kini 'menyusut' merasakan sakit di kepalanya seperti dipukuli batu berulang kali. Hantaman memori memenuhi kepala membuatnya menggila sampai tidak bisa merasakan apa pun di sekitar. Rasa sakit yang tak tertahankan itu sampai membuatnya berpikir lebih baik mati daripada hidup.
Semua kenangan masuk sehingga merasakan apa yang dirasakan anak yang kini menjadi dirinya. Ia paham bagaimana bisa berada di tempat aneh yang awalnya berpikir telah hanyut ke sebuah suku di negara timur.
Ia masih berusaha mencerna dalam kegelapan, merasakan bagaimana kesenangan sebagai seorang anak serta kasih sayang keluarga. Semua memori itu membuatnya seolah benar-benar hadir sebagai anak kala itu.
Proses transfer memori tidak berlangsung terlalu lama. Ia terbangun begitu saja setelah seharian pingsan ketika memori itu menunjukkan bagaimana anak ini jatuh ke dalam danau. Rasa sesak mendera seolah merasakan bagaimana rasanya tenggelam.
Ia menenangkan diri, pandangannya mendapati sebuah kamar khas anak-anak zaman kuno negara timur dengan penuh aksesoris bunga serta dupa beraromakan sakura. Ia terbatuk menghirup aroma dupa tersebut sambil beranjak dari ranjang. Menurutnya terlalu wangi dan feminim sehingga harus menutup dupa cepat-cepat agar rasa tidak nyaman tidak lagi menyertai.
Selesai menutup dupa, hembusan napas lega keluar sambil menopang tubuh di atas meja. Ia melihat lagi tangannya yang kecil. Meski telah menerima memori, ia masih tidak percaya dengan kenyataan ini sehingga pikiran menjadi kacau.
Masalahnya, bagaimana ia bisa hidup kembali? Di dunia tanpa teknologi pula!
"Xie Ran ... Xie Ran ...." Ia mengulang nama itu yang merupakan nama anak yang ia 'rasuki'.
Ia tertawa ... tawa miris yang penuh kepahitan. Kenapa lagi-lagi hidupnya seperti ini? Dua kali berganti nama di kehidupan yang berbeda, ini yang ketiga kalinya.
"Sang Ran, Isabella, Xie Ran ... lalu apa lagi? Apa aku dijadikan eksperimen seseorang? Benar-benar gila!" Ia menjadi resah dan mengusap wajah frustrasi.
Pintu diketuk ketika tengah frustrasi, gadis itu menoleh ke belakang di mana pintu terbuka menampakkan sosok gadis yang berusia sekitar 12 tahun membawa nampan berisi makanan.
"Nona, kamu sudah bangun." Gadis itu terlihat gelisah dan langsung menghampiri.
Xie Ran menaikkan alis. Gadis itu adalah Liu Ya, pelayan pribadinya, atau lebih tepatnya 'pesuruh' pribadi. Segala hal menyangkut 'Xie Ran' selalu dibantu oleh Liu Ya yang patuh akan perintah baik buruk maupun tidak.
"Berhenti di sana," kata Xie Ran membuat langkah Liu Ya terhenti. Ia tidak suka didekati orang sembarangan, itu selalu melekat di kehidupan yang penuh kegelapan.
"Nona, Liu Ya membawa makanan kesukaan Nona," cicit Liu Ya sambil menunduk.
Pandangan Xie Ran tetap datar dan menggedikkan dagu ke samping di mana meja berada. "Taruh di sana, setelah itu keluar."
Liu Ya merasa nonanya berubah drastis hingga nyaris tidak dikenal. Ia agak terkejut akan sikap dingin gadis itu, tapi tetap patuh dan meletakkan nampan di atas meja. Setelahnya, Liu Ya pun pamit pergi.
Ketika Liu Ya keluar dari kamar, ia bertemu sosok wanita berparas cantik dan anggun menghampiri kamar Xie Ran. Ia pergi setelah menunduk memberi salam dan memberitahu bahwa Xie Ran telah sadar.
Wanita cantik itu bergegas ke dalam ruangan, merasa khawatir pada putri kecilnya sepanjang hari sampai terus bolak-balik dan tidak pernah fokus. Suaminya sedang di luar kota, tidak bisa datang lebih cepat karena jarak meski sudah mengirim surat merpati. Ia hanya bisa cemas sendirian.
Ketika membuka pintu, pandangannya mendapati seorang gadis mungil membelakanginya di depan meja sambil memperhatikan nampan berisi makanan.
Bagaimana caraku memakannya? Xie Ran memandangi sumpit dan makanan di atas nampan. Tidak ada sendok, hanya sumpit, sayangnya ia tidak bisa makan menggunakan sumpit.
Meski pernah ke negara timur, ia tetap makan menggunakan sendok. Ia pernah tinggal di negara timur dengan nama 'Sang Ran' tapi ingatan itu kabur sehingga semua kebiasaannya berubah.
"Ranran, kamu sudah sadar," ucap wanita cantik di ambang pintu sambil berjalan mendekat. "Ibu sangat mengkhawatirkanmu." Ia sampai dan menempelkan lutut ke lantai di depan putrinya sambil tersenyum bahagia. Xie Ran selamat sudah merupakan kebahagiaannya.
Xie Ran menatap datar, melihat wanita cantik yang seperti bidadari datang memanggilnya secara akrab. Entah bagaimana ia merasa panggilan itu sedikit membuat hatinya menghangat. Mungkin 'orang tuanya' dulu pernah memanggil seperti itu ketika masih kecil. Sayang, ia tidak ingat kenangan masa kecil dan tidak ingin ingat.
Ia ingat siapa wanita ini, Ibu kandung 'Xie Ran' yang bernama Wen Xi, sedangkan ayahnya bernama Xie Yun. Wen Xi adalah wanita tercantik di tempat bernama Benua Zhongbu. Saat ini ia tinggal di Kekaisaran Zhongbu, dipimpin oleh Kaisar yang disebut sebagai Kaisar Manusia oleh seluruh ras.
Dalam Kekaisaran, terdapat beberapa Klan utama, setara dengan kerajaan. Tempatnya tinggal merupakan salah satu dari lima Klan utama bernama Klan Xie. Xie Yun adalah ketua atau pemimpin klan, sedangkan Xie Ran adalah putri tunggal di antara para sepupu pria di Klan Xie.
Mengingat bagaimana jenis dunia aneh di mana manusia tinggal berdampingan dengan ras lain, Xie Ran menghela napas. Ini lebih terasa seperti masuk ke dunia novel atau komik.
"Ranran, kamu masih marah pada Ibu?" Melihat Xie Ran menghela napas, Wen Xi pikir putri kecilnya masih marah sampai mengabaikannya.
Xie Ran ingat betapa bodoh 'Xie Ran' yang lain cemburu pada Putri Kekaisaran akan sebuah mainan dan mengamuk. Bodoh lagi 'Xie Ran' tercebur ke danau. Sudahlah, harga dirinya hancur mengingat memori tidak masuk akal dan penuh drama itu.
"Aku tidak marah, aku hanya ingin sendok."
Ucapan Xie Ran membuat Wen Xi tertegun. Xie Ran butuh sendok? Bukankah sudah ada sumpit di makanan? Atau ... apakah Xie Ran memberi isyarat—karena gengsi—untuk disuapi?
Wen Xi tersenyum senang berpikir Xie Ran tidak sepenuhnya keras kepala dan egois. Sebenarnya Wen Xi sempat terkejut akan gaya bicara Xie Ran, ia bisa mengesampingkan itu untuk saat ini dan berfokus dekat kembali dengan putri tercinta.
"Ibu akan menyuapi," kata Wen Xi persis membuat Xie Ran terbelalak.
"Tapi—"
Kruuuuuk
"Ranran sayang, kamu sudah lapar," goda Wen Xi membuat Xie Ran malu setengah mati. Ayolah, ia sudah akan berumur 30 tahun, tapi masih disuapi seperti anak kecil? Di mana ia harus menaruh wajahnya! Dasar perut sialan!
Mau tidak mau Xie Ran menurut. Daripada dicurigai mengenai Xie Ran palsu, lebih baik meneruskan permainan yang tidak diinginkan ini.
Setelah selesai makan, Xie Ran dituntut untuk istirahat selama beberapa hari karena cedera internal akibat tenggelam. Xie Ran menurut, lagi pula tidak ada niat ke luar untuk saat ini sambil mencoba sedikit beradaptasi dalam kesendirian.
Ia tidak banyak bicara sejauh ini, kebanyakan hanya diam dan melamun memikirkan masalah hidup yang tak berujung. Bahkan tidak berpikir untuk kembali ke kehidupannya yang dulu karena merasa kehidupan kali ini cukup baik.
Sayangnya, untuk saat ini ia tidak ingin mengingat kehidupannya yang dipenuhi darah. Meski tahu tidak bisa lepas dari yang namanya pembunuhan sejak mengenali dunia ini, ia ingin meninggalkan dunia yang dulu dan melepas semua trauma.
Isabella pernah mengidap depresi. Ia akan minum obat jika penyakitnya kambuh, tapi itu dulu. Sekarang tidak ada obat seperti itu sehingga harus benar-benar bertahan karena merasa penyakitnya itu masih melekat di tubuh yang kini menjadi sangat lemah.
Terlalu lemah ... bahkan bisa saja menjadi gila karena tidak terbiasa dengan tubuh yang sangat lemah seperti orang sekarat. Itu sebabnya ia ingin melepas rasa cemas yang diakibatkan oleh masa lalu.
Selama beberapa hari Xie Ran memikirkan bagaimana bisa hidup normal di dunia yang cukup gila ini. Dunia penuh intrik dan kekuatan, sedangkan ia yang lemah hanya bisa berada di kasta terbawah. Dunia ini mengandalkan kultivasi langit dan bumi untuk menjadi kuat, sedangkan Xie Ran tidak bisa berkultivasi karena meridian yang terblokir. Itu masalah utama.
Xie Ran membuka pintu kamar, mendapati sosok pria tampan tiada tara dan cukup mirip dengannya tengah berjalan mendekat. Ia pun menutup pintu lagi dan memijat kepala.
Xie Yun telah tiba tapi ia belum memiliki persiapan menyambut 'ayah' yang baru pulang dari perjalanan jauh. Ia memantapkan hati dan membuka pintu kembali. Kini, Xie Ran dikejutkan oleh Xie Yun yang baru saja akan membuka pintu kamar.
Xie Ran termenung menatap pria itu untuk beberapa saat sebelum berucap, "Ayah(?)"
Xie Yun tersenyum lega lalu mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, baguslah. Lain kali Ayah akan membawakanmu mainan yang lebih bagus, tidak perlu marah lagi, ya."
"Tidak perlu." Xie Ran bicara seadanya, namun itu terdengar datar di telinga orang lain sehingga Xie Yun merasa putrinya sangat pendendam.
"Ayah akan membelikan yang lebih bagus, tenang saja."
"Sungguh tidak perlu." Xie Ran merasa akan gila sekarang. Ia sudah mengatakan bahwa Xie Yun tidak perlu membeli apa pun karena semua itu tidak berguna di matanya, tapi kenapa pria itu sangat keras kepala?
"Benar tidak perlu?" Xie Yun agak ragu.
"Ya ... mungkin kamu bisa membawakanku buku atau ... hal lainnya." Xie Ran baru saja ingin mengatakan 'senjata' tapi langsung ditelan mentah-mentah. Anak mana yang menginginkan senjata di usia belia?
Tapi Xie Yun sudah merasa heran terlebih dahulu ketika Xie Ran menginginkan buku. Sejak kapan Xie Ran gemar membaca? Apa hanya untuk bergaya? Atau Xie Ran benar-benar ingin berubah?
"Buku apa?" Xie Yun membuang semua pemikiran aneh dan berpikir bahwa Xie Ran bosan hingga ingin baca buku cerita.
"Ayah, bawa aku ke perpustakaan dahulu, baru memutuskan. Aku tidak tahu buku apa yang kuinginkan saat ini." Xie Ran tidak berpikir untuk memutuskan begitu saja karena dunia begitu luas. Dia mungkin akan meminjam banyak buku untuk memperluas pengetahuan agar tidak menjadi bodoh. 'Xie Ran' sangat bodoh sebelumnya.
"Baik." Xie Yun tersenyum lebar. Akhirnya putrinya ingin berubah haluan dari mengoleksi aksesoris dan mainan menjadi buku. Tenggelam tidak sepenuhnya buruk.
Xie Yun membawanya ke perpustakaan negara dan minjam beberapa buku. Ia agak terkejut melihat Xie Ran yang membawa banyak buku tanpa berkedip. Bahkan merasa Xie Ran banyak berubah dan menjadi lebih dewasa.
Bukan hanya Xie Yun yang terkejut. Semua orang di kediaman terkejut seperti melihat alien datang dari langit. Xie Ran yang biasanya sembrono dan semena-mena menjadi Xie Ran yang mandiri dan tidak banyak bicara.
Meski mereka cukup tidak terbiasa karena jarang melihat anak itu tersenyum atau sejenisnya, mereka bersyukur nona kecil mereka berubah menjadi lebih baik. Bahkan mereka merasa, semakin lama Xie Ran yang dulu menyebalkan menjadi sangat manis seperti bayi.
Walau pada kenyataannya Xie Ran tidak tahu bahwa yang ia lakukan kadang terlihat menggemaskan di mata semua orang. Seperti menghitung matematika—yang menjadi kelemahan—contohnya. Ia hanya pusing sampai kepalanya mengembun, tapi seorang malah menganggapnya lucu.
Xie Yao, sepupu Xie Ran dari keluarga cabang yang tinggal di keluarga inti karena orangtuanya meninggal, menjadi tutor Xie Ran belajar dan kadang bermain bersama. Bahkan Liu Ya juga ikut serta—walau kadang Xie Ran tidak ikutan.
Sudah beberapa bulan berlalu, tepat setelah ulang tahun Xie Ran yang ke-10 dirayakan secara besar-besaran di Kota Zichen, seorang wanita cantik datang ke kediaman tepat setelah pesta berakhir.
Wanita cantik bersama anak laki-laki yang dituntunnya berjalan ke arah kediaman, kemudian melihat tulisan 'Kediaman Xie' di atas pintu dalam diam dengan pandangan yang dalam.
Para penjaga melihat wanita itu dengan pandangan aneh, salah satunya menghampiri. Agak aneh melihat tamu di malam hari apalagi pesta baru saja berakhir. Apa tamu itu terlambat datang?
"Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita cantik itu menatap penjaga dengan iris ungu gelapnya yang indah. "Apa Xie Yun ada di sini?"
"Ketua Klan ada di dalam. Biar saya antar." Penjaga itu mempersilahkan wanita dan anak kecil itu masuk ke dalam klan.
Malam ini begitu teduh. Xie Ran sedang bermain-main di dekat air mancur, menggenangi kaki kecilnya sambil melihat pencerminan di air. Sejauh ini, ia tidak mencemaskan hal lain. Tapi sekarang, entah kenapa firasatnya mengatakan, setelah hari ini kehidupannya akan benar-benar berubah.
Memikirkan tentang kehidupannya yang buruk, ia jadi teringat akan masa lalu kelam yang menimpanya. Dijadikan alat pembunuh dan senjata, itulah hidupnya.
"Ranran, apa yang kau pikirkan?" Xie Yao duduk di sebelah Xie Ran. Pria kecil itu selalu menjadi temannya yang paling setia.
"Bukan apa-apa." Xie Ran tersenyum tipis menatap Xie Yao. Ia harap firasatnya salah.
"Aku lihat ada tamu lain yang datang menemui paman."
Xie Ran mengedikkan bahu tidak peduli. "Tidak peduli tamu mana yang datang, yang penting hadiahnya."
Xie Yao tertawa mendengar itu. Sepupu kecilnya selalu saja seperti itu dan bersikap tidak peduli. Yang dia pedulikan hanya hasil yang didapat.
Kemudian, bisikan-bisikan pelayan terdengar sampai ke telinga mereka. Xie Ran yang awalnya tidak tertarik, menjadi tertarik ketika pelayan itu mengatakan sesuatu tentang ayahnya.
"Ketua memiliki anak luar?"
"Ssst, jangan keras-keras. Nona kecil ada di dekat air mancur."
"Tapi, bagaimana mungkin? Ketua sangat peduli pada Nyonya Besar dan Nona Ran. Tidak mungkin memiliki wanita lain sampai memiliki anak."
"Itu mungkin saja. Apa yang tidak mungkin? Selama ini ketua terus keluar dari kediaman untuk berbagai macam tugas. Siapa tahu ada wanita lain yang lebih menarik?"
"Benar, apalagi Klan membutuhkan penerus. Meskipun Nona kecil baik dan pintar, dia adalah perempuan, akan pergi suatu hari nanti. Kali ini, wanita itu membawa anak laki-laki yang sesuai dengan kualifikasi penerus klan."
"Tapi, apa Nyonya Besar tidak akan marah?"
Xie Ran masih tidak bereaksi setelah menguping. Ia pikir hal demikian bukan hal aneh. Itu sudah biasa di dunia kuno seperti ini bahwa seorang pria memiliki banyak wanita. Yang penting hidupnya aman tentram dan tidak terganggu.
Dia hanya ingin menjadi gadis kaya yang tanpa kekhawatiran. Dia juga tidak ingin menjadi penerus ketua. Tapi jika dipikirkan lagi, apa Wen Xi baik-baik saja?
Pergerakan tiba-tiba Xie Ran yang hendak pergi mengejutkan Xie Yao karena sejak tadi gadis kecil itu hanya diam. Dia pikir Xie Ran tidak peduli.
"Kau ingin ke mana?" tanya Xie Yao.
Xie Ran tidak menjawab membuat pria kecil itu menghela napas. Ini bukan pertama kalinya, Xie Ran selalu mengabaikan banyak orang ketika sedang fokus pada satu hal.
Setelah sampai di aula, Xie Ran menemukan ayah dan ibunya berdiri di depan wanita cantik bersama lelaki kecil yang sepertinya sepantaran dengan Xie Ran. Tidak ada ekspresi di wajah Xie Ran ketika datang, ia tetap tenang seperti biasa sampai mereka menyadari kehadirannya.
"Ayah, Ibu!" Xie Ran menyapa sambil berlari ke arah mereka.
Wen Xi meraih putri kecilnya yang tanpa diundang datang kemudian melirik suaminya, ia kembali menatap Xie Ran dalam diam. Sedangkan Xie Yun menampilkan senyum tipis pada Xie Ran yang baru datang.
"Dia putrimu? Sangat cantik." Wanita asing itu tersenyum pada Xie Ran, sedangkan Xie Ran hanya menatapnya dengan tatapan polos seolah tidak tahu apa pun.
"Xie Ran, bersikap baiklah padanya di kemudian hari," ujar Xie Yun pada Xie Ran yang tampak polos. Kemudian pandangannya terarah pada pria kecil di tuntunan wanita asing itu. "Namanya Xie Chen, adikmu."
"Adik?" Xie Ran masih terlihat polos menatap lelaki kecil itu. Ia tidak tahu apa hanya perasaannya atau tidak, lelaki kecil itu tidak menyukainya. Itu sangat wajar. Toh, ia tidak peduli
"Tang Zhi, kita bicarakan ini nanti." Xie Yun tidak ingin Xie Ran banyak tanya lagi.
Sebelumnya Wen Xi sudah banyak tanya padanya, dia ingin menyelesaikan sekarang. Tapi kehadiran Xie Ran membuatnya harus sedikit mengundur karena tidak ingin mempengaruhi putrinya.
Semua orang pergi. Xie Ran dapat merasakan Wen Xi mengeratkan genggaman tangan tanpa sadar. Dia tahu Wen Xi tidak baik-baik saja. Pengalamannya membuatnya mengetahui banyak emosi meski disembunyikan sebaik mungkin.
"Ibu kenapa?" Xie Ran berpura-pura tidak tahu.
Wen Xi tersenyum seraya menggeleng pelan. Dia mengusap kepala kecil Xie Ran dan menuntunnya ke luar aula.
Ketika sampai di depan kamar Xie Ran, Wen Xi berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan Xie Ran. Xie Ran hanya diam, melihat ibunya mengambil sesuatu dari saku dan mengalungkannya ke leher Xie Ran.
Tali dari kalung itu berwarna perak serta dapat dibesar-kecilkan sedangkan liontinnya bundar polos tidak menarik dan sederhana sehingga tidak akan ada yang memperhatikan.
"Ranran, jangan lepaskan kalung ini apa pun yang terjadi."
Xie Ran mengerutkan kening tidak mengerti. Baru saja ingin bertanya, Wen Xi menyela, "Jangan bertanya kenapa. Kau hanya perlu berjanji."
"Tidak akan kulepas." Xie Ran berjanji meski tidak tahu alasan mengapa ia harus melakukan itu. Sampai akhirnya Wen Xi memeluknya begitu erat, Xie Ran menjadi gelisah.
Semakin lama, firasatnya semakin tidak benar. Ia melihat Wen Xi seolah wanita itu berpesan untuk menjaga diri baik-baik ... maksudnya menjaga diri seorang diri.
...----------------...
Revisi ✓
Hallo para pembaca baru, salam kenal~
Di sini, aku mau kasih tau kalau ada beberapa bab awal yang sudah kurevisi untuk memperbaiki masalah cerita/alur (ditandai dengan tanda revisi di bagian akhir bab). Jadi jangan bingung kalau misalkan ada yang beda sama versi RAW (mentah). Revisinya nggak jauh kok, cuma beda penempatan kalimat atau PUBEI dan alurnya lebih dijelaskan detail untuk menghindari plot hole.
Jangan lupa kasih dukungan supaya aku tambah semangat 💪
Terima kasih ....
Pffff
Seteguk darah mengalir dari bibir pucat seorang gadis yang tampak kusam. Mulut serta hidung telah dipenuhi darah, namun tidak menghentikan pukulan yang mendarat di punggung selama masa penghitungan dan sorakan berlaku.
Dia menutup mata, menahan segala amarah yang terus membisik untuk membunuh mereka semua. Tangannya terkepal erat sepanjang punggungnya dipukul kayu hingga terjatuh ke tanah tanpa bisa bertahan.
Seorang gadis kecil di belakangnya tersenyum puas setelah memberi pukulan pada gadis bodoh tak berguna itu. Sampah itu tidak dipedulikan, dia bebas melakukan apa pun tanpa harus mempertimbangkan hal lain.
"Xie Nu, sudah cukup!" Suara yang dalam, datang menghentikan tindakan gadis kecil itu.
Bocah terarah pada pria di depan gadis yang terkapar tidak berdaya, menatapnya tidak puas. "Kakak Chen, mengapa kau menghentikanku? Jika saja dia tidak ada, kita tidak akan menderita selama beberapa tahun terakhir."
Pria tampan itu adalah Xie Chen. Pandangannya teduh, tidak memiliki emosi di wajah tampannya. Persis seperti ketika masih berumur 9 tahun pada lima tahun yang lalu. Tubuhnya lebih tinggi serta memiliki mata ungu gelap dan redup seperti tidak memiliki keinginan. Auranya menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang cukup kuat di usianya.
Xie Nu mendecih kemudian menendang gadis yang terkapar itu secara asal. Dia begitu membenci sampah ini yang telah membuat hidupnya selama tiga tahun tidak baik. Meski dia tidak ingat pasti, tapi yang dikatakan ibunya selalu benar.
"Jika dia mati, kita tidak memiliki penjelasan untuk Ibu." Xie Chen tetap pada pendirian. Itu membuat adiknya kesal sehingga pergi meninggalkan mereka.
Xie Chen melirik Gadis malang yang sudah pingsan itu dengan tatapan redup. "Bawa dia dan obati!"
Para pelayan membawa gadis berlumuran darah itu pergi dari taman. Sedangkan Xie Chen tetap berdiri di tempatnya, melihat kepergian gadis malang yang menjadi bahan bully-an adiknya.
Dia bergumam, "Setidaknya dia memperlakukanku dengan baik sebelumnya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sepasang mata indah terbuka, membiarkan cahaya matahari menyelinap ke dalam mata indahnya yang menunjukkan kekosongan. Mulutnya terkatup dan menggertakkan gigi merasakan sakit pada seluruh tubuh yang dipenuhi luka sambil mengambil obat di nakas.
Pakaiannya masih berlumuran darah tanpa diganti. Tubuhnya penuh perban, wajahnya memiliki bekas luka yang sulit dihilangkan. Penampilannya kumuh, penuh rasa kasihan. Susah payah ia meraih obat yang telah disiapkan tabib lalu meminumnya. Merasakan rasa pahit menjalar di leher, ia seolah telah kebal dan meminumnya dalam satu tenggakan.
Dia adalah Xie Ran remaja. Umurnya sudah 15 tahun, seharusnya wajahnya cantik, tapi luka dan debu itu menutupi kecantikannya sehingga membuatnya terlihat bodoh dan rapuh.
Tiga tahun dia bertahan semenjak hari itu. Tiap kali ingin lari, pengawal klan terus mengejarnya hidup-mati. Dengan tubuh ini, dia tidak bisa lari terlalu jauh.
Penderitaannya lebih buruk dibandingkan masa lalu. Jika seperti ini, lebih baik menjadi mesin pembunuh dan membunuh siapa pun yang tidak disukai. Sekarang, dia hanya menjadi seorang yang rapuh dan mudah jatuh.
Empat tahun yang lalu, ibunya meninggal karena sakit. Sejak wanita itu datang, ibunya jarang berkomunikasi bahkan pada dirinya sendiri. Awalnya dia pikir bahwa Wen Xi masih merasa terpuruk karena Xie Yun memiliki wanita lain. Tapi itu semua tidak sesederhana yang terlihat.
xie Ran ingin mencari tahu, tapi pergerakannya terbatas. Informasi yang ia dapat tidak cukup seolah semua orang menutupi darinya. Dia tidak lagi bebas apalagi setelah Tang Zhi menggantikan posisi ibunya sebagai istri sah.
Awalnya dia masih bertahan selama setahun. Segalanya masih terlihat normal. Tapi setelah kelahiran Xie Nu, semua orang berpaling. Hanya Xie Yao dan Liu Ya yang bersamanya, seolah mereka telah melepas topeng membuatnya penuh curiga.
Seiring berjalannya waktu, ayahnya meninggal karena sebuah insiden ketika dalam perjalanan pulang dari utara. Klan Xie mengalami duka panjang dan kediaman ditutup untuk umum.
Xie Ran sendirian, tidak ada yang mendukungnya kecuali Xie Yao dan Liu Ya. Ia seolah telah diasingkan oleh semua orang. Kadang ia mencoba membuka meridian sampai menyelinap keluar, tapi tidak ditemukan caranya dan selalu gagal.
Xie Ran sudah mencoba sebisanya belajar bela diri jika sewaktu-waktu keadaan memburuk, namun dia berakhir sakit dan imunnya menurun. Tiap kali berlatih, dia selalu pingsan. Banyak orang mengeluh hingga akhirnya hanya Xie Yao dan Liu Ya yang merawatnya.
Sejak saat itu, semua orang seolah berubah. Xie Yao sudah mengusulkan ketidakpuasannya terhadap ketidakadilan yang dihadapi Xie Ran, tapi dia dianggap pemberontak oleh Tang Zhi dan dihukum.
Hingga suatu hari, Xie Ran berhasil mengungkap kebusukan Tang Zhi. Ketika ia bersiap menyelamatkan diri mengingat kondisinya tidak memungkinkan membela diri, terjadi sesuatu yang besar pada Klan Xie. Klan Xie dipenuhi darah. Banyak mayat berserakan di kediamannya, terutama orang-orang di dekatnya.
Api tiba-tiba melalap kamarnya hingga Liu Ya ikut terlalap api sedangkan Xie Ran berusaha mencari pertolongan, tapi semuanya sudah mati. Xie Ran ingin menyelamatkan Liu Ya dan membasahi dirinya dengan air, tapi terlambat, Liu Ya sudah mati tepat di pelukannya.
Apa yang bisa dilakukan seorang anak 12 tahun? Xie Ran benar-benar tidak berdaya. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah membunuh banyak orang di usia 12 tahun. Tapi sekarang dia menjadi tidak berguna, membiarkan temannya mati di pelukannya.
Dia berusaha mencari pertolongan dan lari dengan Xie Yao dari pengejaran. Tapi mereka berdua terlalu lemah sampai tertangkap.
Lagi-lagi, tepat di depan matanya Xie Yao mati dengan tragis. Pedang panjang itu menyayat leher Xie Yao yang menyebabkan darah terciprat ke wajah Xie Ran.
Xie Ran tidak tahu harus melakukan apa saat itu. Dia hanya bisa menangis dan memberontak, tapi orang yang menahannya terlalu kuat hingga ia benar-benar tidak bisa mengendalikan diri dan tidak mengingat apa pun selain senyum yang terukir di wajah cantik wanita yang selama ini diabaikan. Dia sangat marah dan ingin membunuh mereka semua!
Setelah saat itu, Xie Ran baru tahu bahwa dirinya diracuni. Dia diracuni sampai tidak bisa belajar bela diri dan memiliki imun yang buruk. Dia merasa begitu bodoh sampai tidak menyadari apa pun.
Xie Ran tidak bisa memaafkan siapa saja yang merusak segalanya. Ia tidak bisa melupakan peristiwa itu. Lima tahun itu terlalu buruk hingga menyebabkan trauma panjang.
Tidak disangka, kehidupannya saat ini jauh lebih buruk. Dia dipaksa melihat banyak kematian orang yang dia sayangi tepat di depan matanya.
Perkataan gurunya benar. Perasaan membuatnya jatuh. Dia telah mengabaikan itu sebelumnya dan sekarang terkena karmanya. Seharusnya dia tetap pada pemikirannya yang lama untuk tidak menaruh hati pada siapa pun yang membuatnya menjadi lemah.
Demi melindungi diri, Xie Ran bertindak sebagai orang bodoh setelah peristiwa itu terjadi. Tiga tahun ia bertahan berpura-pura bodoh dan tinggal di tempat bobrok sebagai pelayan yang lebih rendah. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan.
Seorang pelayan memasuki kamar bobrok Xie Ran seenaknya dan meletakkan seember pakaian dengan malas, kemudian melemparkan sesuatu ke arah Xie Ran.
Xie Ran menoleh karena lemparan, melihat pelayan itu dengan tatapan bodoh. Meski hatinya berkata bahwa dia ingin sekali mencungkil mata pelayan yang melotot itu dengan kedua tangannya.
"Cuci itu semua! Jangan bermalas-malasan jika ingin tinggal!" Pelayan itu memerintah seenaknya dan pergi dengan jijik.
Xie Ran kesal, tapi tidak pernah melawan selama ini. Dia melakukan apa yang mereka suruh layaknya pesuruh. Dia harus melakukan perannya sebagai idiot dan mencoba menghapus semua racun dalam tubuhnya dengan bahan yang ada.
Racun dalam tubuhnya adalah jenis racun jangka panjang. Jika dia mengolah kekuatannya sekarang, maka dia akan mati. Itu sebabnya dia mencari cara untuk mencari penawar sebagai idiot dan tetap berada di lingkungan neraka ini selama tiga tahun.
Sayangnya, dia baru mengumpulkan sedikit bahan dalam tiga tahun ini karena bahan yang mahal.
Sampai racun hilang dan melatih fisiknya, dia akan berada pada di puncak. Kemudian melatih beberapa ilmu di dunia ini untuk menghancurkan Klan Xie yang sudah tidak dia kenal lagi.
Xie Ran pergi mencuci pakaian. Para pelayan itu menatapnya dengan cemooh. Dia mencuci semua pakaian itu tanpa memperdulikan ejekan para pelayan lain yang sesekali ada yang menginjak pakaian yang ia cuci.
Xie Ran sudah terbiasa bersabar selama tiga tahun, itu bukan apa-apa dibandingkan dendamnya terhadap Tang Zhi yang membunuh semua orang terdekatnya. Pelayan itu sekedar semut di matanya. Hanya saja dia harus bertahan.
Setelah selesai mencuci dan menjemur, dia akan kembali ke kamar, namun sebuah bola tiba-tiba melayang dan membentur kepalanya. Sangat keras, hingga Xie Ran merasa pusing. Jika ini tubuhnya yang dulu, dia akan mudah menangkap bola itu atau bahkan menghindar, jika terkena pun tidak akan berpengaruh. Reaksinya bahkan sangat buruk.
"Aiya, Kakak, kamu di sini? Aku tidak tahu." Xie Nu cekikikan tidak jelas. Usianya masih anak-anak, tapi tindakannya melebihi dari anak-anak. Entah apa yang ada di otaknya.
Xie Ran diam, bahkan tidak menatapnya. Dia hanya menunduk tidak ingin mendapat masalah lagi. Berharap anak kecil tak tahu diri itu segera pergi sebelum menangis.
"Kakak, apa sakit?" Xie Nu mendekati Xie Ran kemudian memaksa Xie Ran untuk berlutut. Dia menarik wajah Xie Ran dan melihat kepala Xie Ran yang membiru. Dia berdecak miris. "Kasihan. Ini aku punya obat untuk luka. Minumlah!"
Xie Ran menatap pil putih itu dan sedikit menyipitkan mata. Itu adalah obat yang biasa Xie Nu beri padanya yang membuat Xie Ran muntah busa sampai kehilangan tenaga ketika pertama kali meminumnya karena terpaksa.
Melihat Xie Ran hanya diam saja, Xie Nu memasukan obat itu secara paksa dengan mudah. Meski Xie Nu anak kecil, kekuatan Xie Ran lebih lemah darinya karena pengaruh racun. Jika saja ibu dan anak itu tidak meracuninya, dia tidak akan selemah itu.
"Lemah," gumam Xie Nu menendangnya hingga terpojok.
"Nona kecil jangan marah. Untuk apa perhitungan pada budak tidak tahu diuntung itu. Lebih baik, Nona kecil bermain di taman agar tidak mengotori pakaian Nona." Salah satu pelayan membujuk dan melirik Xie Ran yang terpojok dengan sinis.
"Benar, Nona kecil. Kalau terus dekat-dekat dengannya, nanti Nona tertular. Nyonya Besar akan sangat marah." Pelayan satunya lagi ikut membujuk.
"Aku tidak selemah dia!" Xie Nu mencibir dan pergi dari sana. Dia kesal pada pelayan yang ikut campur dalam permainannya. Dia hanya ingin memberi perhitungan pada Xie Ran, kenapa mereka mengatakan takut tertular? Para pelayan itu bodoh!
Xie Ran yang sudah dianggap bayangan segera pergi dari sana. Memuntahkan pil dari mulutnya lalu menguburnya dalam tanah agar tidak ketahuan. Dia sering melakukan itu setiap kali seseorang memberinya pil baik pelayan ataupun Xie Nu. Dia tidak sebodoh itu.
Sekarang, ia harus mencari bahan obat penawar selanjutnya. Setelah beberapa saat menunggu waktu yang tepat, ia diam-diam berjalan secara tidak mencolok di sekitar kediaman klan seperti orang bodoh yang tersesat.
Bahkan beberapa pelayan yang melewatinya hanya bisa mencibir melihat tatapan bingung Xie Ran yang terlalu sempurna seperti idiot.
Ketika sampai di depan ruang elixir—atau ruang obat, langkahnya terhenti ketika melihat Xie Chen keluar dari ruangan itu. Kepalanya tidak tertunduk, hanya memasang wajah bodoh yang akan membuat semua orang jijik.
Xie Chen melihat kehadiran Xie Ran yang tidak bereaksi. Dia meliriknya sekilas dan pergi seolah gadis itu hanya orang lewat.
Tidak bisa sekarang. Dia tahu Xie Chen diam-diam memperhatikannya dan ia tidak boleh lengah. Jika melihat Xie Chen di sekitar, sudah pasti Xie Chen akan melihat gerak-geriknya. Dia harus mengulur waktu dan mengambilnya nanti.
Selama ini banyak yang memperhatikan gerak-geriknya terutama Xie Chen dan Tang Zhi, ia tidak boleh ketahuan. Itu sebabnya ia tidak pernah melawan ditindas, sekali melawan atau menggunakan tangan orang lain untuk melawan, ia akan ketahuan. Ia pernah melakukannya dan nyaris berakibat fatal akan penyamarannya.
Ketika dalam perjalanan kembali ke kamar, lagi-lagi Xie Nu menghampiri kemudian memberinya sebuah kotak secara paksa.
"Bawa itu ke ruang elixir. Jangan pecah atau aku akan menghukummu!" seru Xie Nu sarkas. Itu adalah barangnya yang ia beli dari rumah lelang.
Xie Ran mengangguk cepat dengan tatapan bodoh. Ia berbalik ke arah ruang elixir, merasa kesempatan ada di depan mata. Siapa suruh anak kecil itu memberinya kepercayaan untuk masuk ke dalam ruang elixir? Entah apa tujuannya, setidaknya dia bisa mengambil beberapa bahan penawar.
Memasuki ruangan elixir, dan benar saja Xie Chen melihatnya. Sejak awal dia sudah curiga bahwa Xie Ran berpura-pura bodoh.
Xie Ran yang dia tahu adalah gadis kecil yang pintar. Melihat keluarganya dibantai sudah pasti akan menyimpan dendam sepolos apa pun ia.
Xie Chen mendekati ruang elixir, menggunakan persepsi spiritual untuk mengetahui apa yang dilakukan Xie Ran di dalam. Persepsi spiritual merupakan kemampuan seorang kultivator—orang yang melakukan kultivasi—untuk mendeteksi kehadiran atau pergerakan seseorang sesuai kekuatannya. Semakin lemah target, semakin mudah terdeteksi. Begitu pula semakin kuat pengguna, semakin akurat persepsinya.
Di dalam sana, Xie Ran berusaha berhati-hati. Dia memperhatikan sekitar dengan teliti tanpa pergerakan mencurigakan sebelum sampai di lemari penyimpanan. Dia membuka lemari, melihat dengan teliti bahan yang ia perlukan kemudian meletakkan kotak milik Xie Nu ke dalam.
"Tidak ada," gumam Xie Ran menghela napas kecewa. Percuma mencari tapi tidak ditemukan. Kemudian pandangannya terarah pada sebuah penyimpanan obat giok berwarna putih dan kecil di salah satu kotak kaca tunggal.
Dia merasakan keterikatan pada obat itu. Itu memiliki aroma obat yang cukup harum sehingga memikatnya. Xie Ran mendekati obat tersebut tanpa mengalihkan pandangan seolah terhipnotis.
Ia melangkah perlahan, tanpa menyadari terdapat seutas tali yang menegang di antara meja dan lemari di bawah kakinya. Langkahnya menyentuh tali tersebut dan kakinya tersayat ujung meja besi.
Xie Ran terkejut, merasa tubuhnya tidak dapat dikendalikan lagi dan ambruk begitu saja ke depan. Kepalanya tepat membentur rak obat hingga obat-obatan bergetar dan berjatuhan. Xie Ran jatuh ke lantai, bersamaan dengan obat dalam kotak kaca di atas rak pecah ke lantai menumpahkan ramuan di dalamnya.
Tanpa disadari, obat itu mengembun menjadi udara, melayang menuju liontin yang bersinar di leher.
Dahi Xie Ran berdarah, merasakan sakit luar biasa, sedangkan pintu mulai terbuka dengan kasar hingga terdengar seperti dobrakan. Entah kesialan apa lagi ini.
Xie Chen terlihat marah. Dia menarik lengan Xie Ran dengan keras hingga membiru dan menyeretnya ke luar. Para pelayan mulai heboh berkerumun melihat pertunjukan, begitu pula Xie Nu.
Xie Nu melihat keadaan itu tersenyum penuh kemenangan seolah pertunjukan sedang dimulai. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi apalagi melihat Xie Ran tampak lemah dan kepalanya berdarah. Gadis itu tak lama lagi akan pingsan. Kalau mati juga bagus.
"Katakan apa yang kau lakukan!" Xie Chen terlihat marah. Melihat obat berharga itu mengembun, dia amat sangat marah. Seharusnya dia menghentikan Xie Ran sebelum terlambat.
Xie Ran tidak menjawab. Dia masih merasakan kepalanya sangat sakit seperti akan kehilangan segalanya. Dia menahan tubuh di tanah dengan tangan dan memegang kepalanya yang sangat sakit. Darah hangat terus keluar menetes di dedaunan dan mengalir ke wajah sampai leher. Terlalu banyak darah keluar.
Melihat Xie Ran yang menyedihkan, Xie Chen hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri telah berbuat ceroboh. Bagaimanapun Xie Ran hanyalah gadis bodoh yang dipekerjakan oleh Xie Nu.
Meski begitu, dia marah Xie Ran telah menghancurkan obat berharga miliknya. Itu begitu sulit didapatkan dan baru didapatkan kemarin untuk meningkatkan sihirnya agar bisa menerobos peringkat.
Tidak ada gunanya menanyai orang bodoh. Xie Chen pergi begitu saja membiarkan Xie Ran yang setengah sadar di halaman. Jika biasanya dia menyuruh seseorang untuk memanggil tabib, kali ini tidak. Itu adalah hukuman untuknya.
Para pelayan yang biasa membawa Xie Ran segera membawanya kembali ke kamar. Xie Ran sudah tak sadarkan diri, entah berapa lama dia akan pingsan karena luka itu. Lama kelamaan, beberapa dari pelayan yang membawa Xie Ran mulai merasa iba.
Xie Ran masih muda, tapi sudah memiliki nasib seperti itu. Bahkan wajahnya sudah rusak karena ulah Xie Nu. Wajah adalah masa depan wanita, jika wajah telah rusak maka masa depan juga rusak. Xie Ran tidak memiliki kesempatan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Langit sudah gelap. Xie Ran masih terbaring di atas ranjang dengan darah yang sudah mengering di kepalanya.
Beberapa dari pelayan itu membersihkan darah secara sukarela lalu menaburinya obat. Tapi itu tidak seefektif obat tabib atau dokter. Itu hanya bisa mengeringkan luka sementara, tidak sepenuhnya.
Liontin yang menggantung di leher gadis itu berkedip, mengeluarkan cahaya samar. Sebuah kabut keluar dari liontin, itu membesar dan membentuk sebuah figur yang awalnya seperti kabut, kini memadat membentuk seorang pria.
Seorang pria tinggi tampan berwajah dingin. Dingin seperti gunung es yang kokoh dan penuh ketidakpedulian. Pakaian putihnya sehalus sutra, begitu pula rambut hitam panjangnya. Ketampanan itu tidak dapat dibandingkan dengan pria muda mana pun di dunia.
Iris hitamnya menatap gadis malang yang masih tidak sadarkan diri. Tidak ada reaksi di wajahnya seolah yang ia lihat bukan apa-apa.
Namun berbeda dari tindakannya. Tangannya mengeluarkan cahaya emas yang bersinar terang ke arah gadis itu.
Beberapa luka di tubuhnya memudar tanpa bekas termasuk bekas luka di wajahnya. Luka baru di kepala juga menghilang digantikan dengan kulit sebening embun. Bibirnya yang awalnya memiliki bekas luka menghilang digantikan merah muda yang pucat dan jernih.
Wajah cantiknya terlihat. Cantik yang tidak biasa dan terlihat tertidur pulas. Wajah polosnya seolah tidak memiliki masalah jika tidak memiliki jejak pucat.
Jika orang lain melihatnya sekarang, mereka akan menganggap bahwa seorang Dewi telah turun dari langit.
Dia mendekati Xie Ran dan menunduk. Jarinya menyentuh dahi putih gadis itu, kemudian mengeluarkan sinar emas yang masuk ke dalam dahi. Sinar emas itu berangsur pudar ketika dia menarik kembali tangannya.
Tubuhnya perlahan berubah menjadi tembus pandang ketika memperhatikan gadis cantik yang malang. Dia tentu telah memperhatikan selama lima tahun terakhir. Xie Ran kuat, tapi tidak dengan tubuhnya yang rapuh karena racun. Sangat disayangkan.
Manusia memang sulit dimengerti.
...----------------...
Revisi ✓
Seorang gadis yang berdiri di depan cermin mengerjap mata menatap dirinya sendiri dengan wajah bodoh. Matanya membulat sempurna, mulutnya tidak bisa berkata-kata hingga menggantung berbentuk bulat. Dia memegang kedua pipinya dengan perasaan terkejut kemudian menampar diri sendiri.
Ini pasti mimpi!
Bagaimana dia menjadi cantik dalam semalam!
Sayangnya dia merasa sakit ketika menampar diri sendiri yang artinya ini semua bukan mimpi.
Xie Ran kali ini benar-benar jadi bodoh. Dia sendiri merasa aneh sejak bangun tidur, merasakan tidurnya sangat nyenyak dan tubuhnya begitu ringan seperti bulu seolah hari-hari sebelumnya tidak pernah terjadi. Bahkan dia bisa melompat-lompat lagi seperti kelinci dan berguling-guling bebas.
Hal yang semakin mengejutkannya, selain wajahnya yang kini sangat cantik tanpa bekas luka atau debu, racun dalam tubuhnya sudah hilang dengan ajaib. Bahkan seluruh lukanya hilang tanpa bekas. Xie Ran tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
Di sisi lain dia bahagia dan tidak pernah sebahagia ini selama tiga tahun, tapi di sisi lain dia merasa itu buruk. Dia harus berpura-pura bodoh. Bagaimana dia menjadi terlihat bodoh dengan penampilan ini!
Entah sebuah keberuntungan atau musibah. Xie Ran sudah bingung dan mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar. Untungnya semua orang masih menganggap bahwa Xie Ran masih pingsan karena luka parah.
Xie Ran menaiki ranjangnya, mencoba mengolah qi di dalam tubuhnya. Aliran qi dalam tubuh terasa sangat lancar tanpa hambatan. Bahkan jika dia meminum penawar racun juga tidak akan selancar ini. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa karena ramuan obat dalam kotak kaca itu?
Sebegitu berharga, bahkan sampai membuat Xie Chen sangat marah dan menyeretnya. Tapi itu seharusnya tidak menyembuhkan semua luka sampai bersih tanpa bekas. Xie Ran juga sangat ingat bahwa obat itu tidak dia minum melainkan tumpah dan menguap. Ini terlalu aneh.
Jika lukanya diobati oleh tabib, dia ingat sekali bahwa Xie Chen tidak mengatakan apa pun atau sekadar membawanya ke kamar. Xie Chen sangat marah sampai tidak membawakan tabib dan membiarkannya terluka sendirian.
Siapa yang mengobatinya?
"Apa ada orang lain datang?" Xie Ran benar-benar bingung tapi tidak menemukan jawaban.
Dia bahkan tidak tahu ingin bertanya pada siapa. Tidak ada yang pernah bicara padanya. Selama tiga tahun, dia benar-benar bungkam. Untung saja tidak sampai melupakan cara bicara.
Jika ada seseorang yang datang menyelamatkannya, kenapa tidak dari dulu? Jika baru menemukannya, kenapa tidak membawanya pergi dari neraka ini? Kenapa tidak menampakkan diri dan mengatakan kebenarannya? Banyak sekali pertanyaan memenuhi otaknya.
Ia menghela napas. Sudahlah, pikiran saja nanti. Untuk saat ini, dia harus memikirkan cara agar wajahnya tidak terlihat menarik perhatian. Dengan wajah ini, akan mudah baginya menarik perhatian semua orang. Ia harus menyembunyikannya.
Beberapa kemampuan bertarung masih dia miliki dari kehidupan sebelumnya. Hanya saja, fisiknya masih terlalu lemah sehingga harus dilatih kembali. Tapi setidaknya, dia bisa melakukan apa pun dengan tubuh lemah ini untuk mengambil barang-barang penyamaran.
Dia keluar diam-diam dan mengambil jubah dari jemuran secara asal. Memakainya dan berkeliaran di sekitar kediaman secara diam-diam.
Asal tidak ada yang memperhatikan gerak-geriknya secara teliti, tidak akan ada yang melihat. Kecepatannya dari kehidupan sebelumnya tidak berubah, dia tetap cepat dan lincah kemudian mengambil peralatan rias dari kamar pelayan.
Para pelayan sedang sibuk, dia bisa mengambil kesempatan dengan mudah. Andai saja fisiknya cukup baik, dia tidak perlu khawatir akan hal ini dan bisa kabur sekarang juga.
Lagi pula, ia masih tidak ingin memberi kewaspadaan pada orang kediaman karena kepergiannya. Dia harus tetap di sini, tetap dalam pantauan mereka sampai mereka tidak mewaspadai Xie Ran sejengkal pun.
Jika seorang tahanan ada di sisi polisi, mana mungkin memikirkan bahwa tahanan itu akan melakukan hal mencurigakan di bawah hidungnya? Namun Xie Ran adalah tahanan yang berbeda.
Dia biasa melakukan aksinya di bawah hidung semua orang termasuk polisi dan tentara. Dia terbiasa berjalan di siang hari untuk melakukan misi terang-terangan tanpa tertangkap.
Tentu saja, caranya adalah berbaur. Dia mudah berbaur dan bersandiwara. Dia memiliki banyak nama di masa lalu sehingga tidak ada yang tahu yang mana nama aslinya.
Bahkan penampilan dan sikap sehari-harinya tidak sesuai dengan pembunuh yang memiliki kualifikasi sehingga tidak ada yang curiga. Itu sebabnya, dia berada di peringkat tertinggi di antara para anggota mesin pembunuh yang dibentuk organisasinya.
Setelah mencuri alat rias, dia kembali ke kamar dengan lancar lalu mengubah penampilannya menjadi buruk rupa. Kulit beningnya menjadi gelap kemudian melukiskan bekas luka di pipi dan dahi.
Xie Ran benci ini. Dia mencintai penampilannya tapi dia harus menghancurkannya lagi. Ia hanya bisa bersabar sampai saatnya tiba.
"Bagus," gumam Xie Ran menghela napas melihat penampilan buruknya. Dia sudah seperti gadis cacat dari keluarga jelata yang tidak memiliki masa depan. Asal tidak ada yang menyiram wajahnya dan mengelapnya, dia akan aman.
Sekarang, dia hanya perlu melakukan pelatihan. Di Benua Zhongbu, semua manusia melatih sihir dalam tubuh dan menggunakan senjata sebagai media. Teknik kultivasi awal berupa mengalirkan qi melalui meridian ke dantian—bawah pusar. Setelah qi terkumpul, maka terbentuklah sihir dalam tubuh yang bisa digunakan sesuai banyaknya qi yang terserap.
Qi dapat ditemukan di berbagai tempat di belahan dunia. Semakin banyak dan murni sebuah qi, semakin bagus pelatihannya dan akan semakin cepat meningkat.
Namun tiap orang tidak bisa terus-menerus menyerap qi tanpa mencernanya dengan benar—atau memberi jeda. Jika seseorang kelebihan qi, orang itu akan mengalami penyimpangan qi dan meledak, atau kerasukan roh jahat dan menjadi gila. Risiko ini cukup tinggi sehingga harus memahami dantian dan jalur meridian dengan benar.
Xie Ran telah memahami itu sejak lama. Ia duduk bersila di atas ranjang, menutup mata dan mulai mengalirkan qi ke dantian secara perlahan. Setelah terkumpul secara sempurna, maka akan terbentuk sihir tahap dasar.
Sihir tahap dasar adalah sihir pemindah rupa. Itu seperti telekinesis—jika disebut oleh masyarakat modern. Sihir pemindah rupa biasa dimiliki delapan dari sepuluh orang pada umumnya. Itu tidak terlalu sulit asal dalam tubuh memiliki qi dan memahami jalur meridian.
Para pelayan atau rakyat jelata yang miskin tidak memiliki qi dalam tubuh, mereka hanya akan menjadi pelayan atau budak. Sisanya harus memiliki sihir. Atau mereka akan disebut sampah. Seperti Xie Ran saat ini. Xie Ran harus menembus lima tahap dasar dari kultivasi sihir agar bisa mencapai tahap awal.
Sudah sehari satu malam, Xie Ran berhasil menembus dua tahap dasar pemindah rupa. Itu sudah termasuk paling cepat karena pondasinya—dari kehidupan lampau—yang kuat, juga meridiannya yang lancar— yang sebabnya masih misteri.
Biasanya, orang biasa berlatih membutuhkan kurang lebih setahun lamanya agar dapat menembus akhir dari pemindah rupa. Itu pun sudah termasuk hebat di kalangan masyarakat. Pengolahan qi ini terlalu sulit. Lebih sulit dari matematika.
Sihir menggunakan kekuatan mental sebagai pondasi untuk memahami jalur meridian dan dantian. Xie Ran sudah mengalami berbagai macam pelatihan fisik dan mental di masa lampau sehingga dapat meningkat dengan cepat. Alasan mengapa ia tidak berhenti untuk memberi jeda atau mencerna, itu masih memiliki misteri dan ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena jiwanya yang berpindah, hanya kekuatan mentalnya yang masih bertahan sedangkan fisiknya mengulang. Itu sebabnya, akan mudah baginya melatih sihir. Sedangkan kekuatan fisik untuk pertempuran sebenarnya, masih harus melalui proses pelatihan.
Kekuatan mental dan fisik jika digabungkan akan sangat kuat. Hanya keluarga yang memiliki sumber daya cukup yang memilikinya.
Karena keterampilan Xie Ran yang masih dia ingat, tidak akan sulit baginya untuk naik peringkat. Dia hanya perlu memperkuat kembali kondisi fisiknya dan akan menjadi dirinya di kehidupan lampau. Atau bahkan dia menjadi lebih kuat karena tambahan sihir.
Setelah beberapa hari melalui hari yang buruk karena ditindas, dan baik karena peningkatan sihir, dia diam-diam melatih fisiknya dengan berolahraga.
Ia juga mengambil kesempatan jika Xie Nu memberinya hukuman pukul sebagai latihan daya tahan tubuhnya meski harus berakhir pingsan. Itu untuk melatih tulangnya berdasarkan buku yang ia baca dulu.
Semua yang Xie Nu lakukan, dia selalu memanfaatkannya sebaik mungkin. Bahkan sampai 50 pukulan yang biasanya tidak sampai selesai sudah pingsan, dia bisa bertahan sampai selesai walau dia harus pingsan kembali.
Pelatihan ekstrem ini terlalu berat untuk seorang gadis. Untung saja Xie Chen sudah berbaik hati memberi tabib untuk merawatnya.
Tiap kali melihat Xie Nu, Xie Ran terus bersorak dalam hati di wajah bodoh itu bahwa dia ingin dihukum. Dia bahkan sengaja bersikap semakin bodoh agar Xie Nu menghukumnya. Anak kecil itu digunakan sebagai batu loncatan, siapa yang akan menyangka?
Suatu hari, Xie Nu membawanya keluar dari kediaman. Para pengawal juga ikut, sedangkan Xie Ran berperan sebagai budak yang terus dijadikan suruhan untuk hal sepele. Ia merasa berperan menjadi Liu Ya sedangkan Xie Nu adalah Xie Ran yang arogan itu.
"Xie Ran, cepat bawakan itu! Jangan sampai jatuh atau aku akan menghukummu lebih berat!" ketus Xie Nu tanpa menoleh melihat Xie Ran yang terlelap barang belanjaan.
"Cepat!" Pengawal di belakangnya mendorong Xie Ran dengan keras. Kekuatan pengawal itu lebih tinggi sehingga Xie Ran dengan mudah terdorong, bahkan barang di tangannya nyaris jatuh.
Sepanjang jalan, Xie Ran dipenuhi rasa bosan. Tidak ada hukuman, dia hanya dijadikan bayangan walau sebenarnya itu baik.
Tapi menghabiskan waktu di tengah jalan menurutnya sangat membuang waktu. Dia terlalu bosan berdiri di tengah jalan bersama para orang bodoh.
Xie Nu berkeliaran dengan riang sambil melihat-lihat barang dengan mata berbinar. Para pengawal termasuk Xie Ran mengikutinya sampai lelah hati. Ketika Xie Nu sedang membanggakan gelang giok yang baru saja dibeli, seseorang merebutnya dengan cepat dan lari.
Xie Nu tersentak kaget. Para pengawal dengan sigap mengejar sedangkan Xie Nu merengek minta tolong, ia bahkan membesarkan suaranya hingga memicu keributan.
Gadis kecil itu pergi ke arah para pengawal pergi begitu pula Xie Ran yang sejak tadi hanya diam memperhatikan. Xie Ran hanya merasa ... akan ada sesuatu di akhir pengejaran.
Pencuri yang kewalahan dikejar pengawal hampir pasrah. Dia melempar gelang-gelang yang ia curi ke lembah dan lari ke arah lain dengan cepat. Tapi nahas, dia tertangkap oleh para pengawal dan dipukuli habis-habisan.
Xie Nu melihatnya dengan kesal dan memakinya. Kemudian melihat gelangnya yang indah tersangkut di pohon tinggi dari bawah lembah langsung melirik Xie Ran intens.
"Kamu, cepat ambil itu! Jika tidak mendapatkannya, jangan harap bisa kembali dengan selamat!"
Xie Ran ingin sekali memukul bocah satu itu yang seenaknya. Dia pikir Xie Ran adalah kucing yang memiliki banyak nyawa? Jika Xie Ran jatuh ke lembah, apa dia masih tetap hidup? Jelas Xie Nu ingin membunuhnya dengan alasan mengambil gelang.
Tapi saat ini Xie Ran tidak memiliki pilihan lain. Dia menyerahkan barang-barang di tangannya pada pelayan lain dan berjalan ke arah lembah dengan ragu. Lembah itu sangat tinggi, saking tingginya sampai tidak terlihat mana ujungnya. Itu dipenuhi pepohonan lebat yang muncul seperti semak.
Xie Ran berjalan ke arah gelang yang berada di atas ranting besar dengan hati-hati dan gemetar. Merasakan dahan yang bergoyang, dia melompat ke arah ranting di mana gelang berada.
Ranting berhasil diraih, tak disangka ranting itu begitu rapuh hingga patah bersamaan dengan gelang yang merosot jatuh.
Xie Ran terbelalak. Apa tubuhnya seberat itu sampai ranting itu patah?
Pada akhirnya tangannya tidak bisa menahan dahan lagi dan ikut jatuh ke bawah secara lepas. Teriakan takut menggema dari mulut Xie Ran yang terus jatuh dari ketinggian seolah tidak ada penghalang yang membenturnya.
Tidak ada yang panik. Mereka melihatnya seolah sudah menduganya, begitu pula Xie Nu. Gadis itu melihat ke bawah lembah di mana terdapat Xie Ran yang makin lama makin jauh ke bawah. Dia tersenyum miring.
"Jika belum dapat, kau harus terus di sana. Jangan berharap bisa lari, kau akan diawasi!" Xie Nu berteriak sampai ke telinga Xie Ran yang jatuh. Suara kekanakannya menggema di lembah, sangat keras.
Gadis kecil itu mendengus dan pergi bersama para pengawal dan pelayan, meninggalkan pencuri yang babak belur, serta Xie Ran yang hidup-matinya tidak jelas. Tidak ada rasa bersalah di dalam hati gelapnya.
Xie Nu kembali dengan riang. Sampah keluarganya mati karena kebodohan sendiri, tentu dia amat senang. Sudah pasti si bodoh itu mati di ketinggian seperti itu.
Siapa yang bisa selamat? Hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkan, si bodoh itu tidak seberuntung itu. Meski dia berhasil bertahan hidup selama tiga tahun sejak pembantaian karena beruntung, dia tetaplah si bodoh tidak berguna.
Jika mati sudah menjadi takdirnya sendiri, dia akan sangat senang. Jika hidup juga bagus, Xie Nu masih memiliki kesempatan mempermainkan si bodoh itu yang membuat hiburan tersendiri untuknya.
...----------------...
Revisi ✓
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!