Pintu Hati Amira

Pintu Hati Amira

Bab 1 Mahasiswa Abadi?

Amira Dania, 18 tahun, mahasiswi baru pada Universitas Negeri bergengsi di salah satu kota nya. Dia merupakan anak tunggal dari pasangan pria dan Wanita paruh baya Bernama Indra Wirawan dan Rani Suningsih.

Amira mahasiswi semester 1 fakultas FMipa yang baru merampungkan ospek di kampusnya. Amira memiliki teman sekelas bernama Tasya, Ajeng, dan Lena yang sepertinya sudah membentuk kelompok Bernama geng TALA.

Hari ini adalah kuliah pertama Amira setelah melewati ospek, dengan mata kuliah pertamanya yaitu Kimia Dasar. Amira memasuki kelas dengan menggunakan baju kemeja hijau dipadukan dengan celana jeans yang sederhana.

“Amira,” terdengar suara dari belakang yang memanggilnya. Amira menoleh dan melihat Tasya dan teman-temannya yang lain duduk di bangku paling belakang. Amira langsung menghampiri mereka.

“Kok duduk paling belakang sih? Kayak preman kampus aja,” canda Amira kepada teman-temannya sambil tertawa kecil, membuat sepasang mata yang duduk tak jauh dari mereka melirik ke arah Amira.

“Hush lo itu, mentang-mentang duduk belakang bukan berarti kita jadi tiduran kan? "protes Tasya.

"Bukan berarti kita ga perhatiin pelajaran sampe kita ga lulus kan alias mahasiswa abadi” sambung Amira sambil tertawa.

“Ehh,”suara Ajeng yang tiba-tiba seperti bisik-bisik itu menghentikan percakapan mereka.

“Mi, lo tu kalo ngomong jangan sembarangan deh, lo ga liat tu di sebelah lo beda 1 kursi ama lo ada siapa heh?” bisik Ajeng.

Amira, yang biasa dipanggil Ami itu langsung melihat ke arah yang ditunjukkan sahabatnya itu.

Dia mengernyitkan dahi sambil berfikir, “gue kok ga pernah liat dia di kelas ya? Dan kok muka nya juga kayaknya lebih dewasa dibandingkan anak-anak kelas ini”,batinnya.

“Heh lo malah bengong sih Mii,” suara Ajeng membuyarkan lamunannya.

“Eh iya jeng emang siapa sih itu,” tanya Ami heran.

“Dia itu kakak tingkat di atas kita 4 tahun. Coba lo hitung deh itu udah berapa semester,” ucap Lena menjelaskan.

“Haaahhhh?" teriak Amira tak percaya dengan yang didengarnya. Membuat sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan Amira tersenyum tipis sambil terus memandang gadis itu.

“Sssttttttt…ishhh mulut lo ni ya Mi,” ucap Lena sambil membekap mulut Amira dan melihat ke sekeliling kelas.

Padahal keadaan kelas sedang berisik karena dosen belum datang, namun Lena khawatir kalau teriakan Amira dan obrolan mereka terdengar oleh Digo, kakak tingkat semester 9 yang tengah mereka bicarakan tadi.

“Sorry sorry gue kan kaget Len,” jawab Amira setelah tangan Lena lepas dari mulutnya.

“Eh itu serius ya begitu? Harusnya kan udah lulus ya atau paling ga skripsi,” bisik Amira.

“Ya begitulah, makanya kita harus semangat supaya bisa cepet lulus dari sini,” ucap Tasya menyemangati dirinya sendiri dan teman-temannya.

“Semangat,” ucap ketiga teman nya serempak sambil mengayunkan tangan ala pahlawan kemerdekaan. Mereka tak menyadari bahwa sepasang mata milik Handigo Prasetyo atau yang biasa dipanggil Digo tengah memperhatikan tingkah mereka. Terutama Amira, gadis manis berambut hitam Panjang dan berponi depan itu.

Handigo Prasetyo adalah mahasiswa semester 9 yang mengulang beberapa mata kuliah, termasuk kelas yg saat ini sedang Amira ikuti.

Pria berperawakan tinggi dan bermata coklat itu sangat tampan dan berkuasa di kampusnya. Karena dia adalah kakak tingkat tertua yang masih berada di kampus itu bersama beberapa teman seangkatannya.

Selain itu, Digo adalah mahasiswa tingkat akhir (yang harusnya udah lulus sih) tertampan dan tercool karena ada darah Belanda yang diturunkan oleh ayahnya.

Tak heran, meskipun dia belum juga lulus kuliah namun tetap jadi mahasiswa terpopuler di kampusnya.

“Hoi kak kok bengong aja sih,” tepukan dan suara Andi membuat Digo berhenti menatap Amira dan menoleh ke arah asal suara.

Andi adalah mahasiswa Kimia Dasar satu Angkatan dan satu kelas Amira, namun sepertinya dia cepat mengakrabkan diri dengan kakak tingkatnya yang sedang mengulang mata kuliah itu.

“Ah elo ini Ndi ngagetin gue aja, orang lagi serius juga,” jawab Digo sambil senyum yang ga jelas.

“Abis kakak dari tadi diajak ngomong diem aja, lagi liatin apaan sih?"sahut Irwan teman sekelas Andi sambil mencari arah pandangan Digo yang membuatnya melamun tadi.

“Eh kakak lagi liatin tuh geng TALA ya? Ada yang lo suka kak?” ledek Irwan.

“TALA? Apaan tuh?” jawab Digo heran sambil mengernyitkan dahinya.

“TALA tuh geng cewek-cewek itu kak,” tunjuk andi ke arah Amira & the geng.

"Tuh yang dikuncir ekor kuda namanya Ajeng, yang pake bando itu namanya Tasya, yang dijepit setengah terus ada lesung pipit imut itu namanya Lena, yang diurai pake poni depan itu Namanya Amira.” Jelas Andi memperkenalkan panjang lebar.

“Ooh Namanya Amira si manis,” batin Digo sambil tersenyum.

“Wah lo suka yang mana kak senyum senyum gitu dengerin penjelasan gue,” celetuk Andi membuat Digo semakin melebarkan senyumnya tanpa menjawab Andi.

Amira yang hanya berbeda 1 kursi di sebelahnya tak sengaja melirik ke arah Digo dan Andi. Mata Amira dan Digo bertemu sebentar namun Amira langsung memalingkan lagi wajahnya dengan cuek. Dia tidak mendengar obrolan Andi dan Digo yang dari tadi memang sedang membicarakannya, karena suara obrolan sahabat-sahabatnya saja sudah sangat berisik.

Tiba-tiba Bu Lingga masuk dan kelas langsung hening. Ada yang langsung membenarkan posisi duduknya menghadap ke depan, ada yang langsung membuka modul, mengambil pensil dan lain sebagainya. Lalu hari itu pelajaran dimulai.

Setelah 2 jam dikelas matematika, para mahasiswa itu pindah kelas ke Gedung B untuk melanjutkan mata kuliah setelah ini.

Digo dan teman-teman adik tingkatnya sudah lebih dulu keluar dari kelas. Amira dan sahabat-sahabatnya sedang sibuk merapihkan buku dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian mereka berjalan bersama-sama ke Gedung B.

Gedung B

Kelas sudah terisi full oleh teman-teman seangkatan, namun Tasya sibuk memperhatikan sekitar.

“Eh kakak tingkat kita tadi kok ga ada beb,” tanya tasya menyadari ada 1 penduduknya yang ga kelihatan.

“Ya iyalah ga ada, dia kan ngulang di mata kuliah matematika aja, bukan semua mata kuliah Tasyaaaa,” jawab Ajeng.

Andi yang tak sengaja mendengar percakapan itu kemudian menghampiri geng TALA tersebut. Andi yang memang orang nya iseng, senang menggoda cewek-cewek cantik itu.

“Hoi pada ngomongin Kak Digo ya lo hahahaha nanti gue salamin deh sama orangnya hahahaha,” ucap Andi iseng pada geng Tala itu.

“Ih apaan sih lo Ndi, sana lo dasar kuping tebel,” jawab Amira kesal.

“Hahahaha kalo tentang kakak tingkat gue itu mah kuping gue bisa denger radius 1 km tau,” Andi menambahkan.

“Ihh lo ini asistennya ya apa gimana Ndi?,” ejek Amira sebal.

“Gue adek kesayangannya lah,” jawab Andi asal sambal ngeloyor pergi dengan senang.

“Cepet akrab juga dia ya sama kakak tingkat yang beda jauh dari kita,” ucap Lena.

“Iya ya, kalo beda setahun apa 2 tahun sih iya juga ya, ini kan 4 tahun. Wah hebat juga dia mana masih baru ketemu kan,” Ajeng menambahkan.

“Yaa Namanya laki ya cepet emang berbaur sama kakak tingkat sekalipun, ga kayak kita menye-menye sama kaka tingkat takut disenggol apalagi sama kakak tingkat cowok. Pasti dah menye-menye ******** kucing,” jelas Amira asal.

“Ih apaan sih lo mi ******** kucing, apaan itu hahahaha,” tawa Tasya dan disusul Ajeng dan Lena.

“Hahahahaha” Amira hanya tertawa tanpa mau menjelaskan lebih lanjut.

Dosen pun sudah berada dalam kelas dan menyudahi obrolan mereka.

Terpopuler

Comments

Caecilia

Caecilia

Hy ka, dari awal aja ceritanya udah bagus, jadi penasaran pengen baca sampai akhir.
Mampir juga di karyaku ya ka "ku parkir cintaku di hati pak satpam", semangat kaka😊

2023-08-11

0

jelita

jelita

awal yng menarik

2023-08-05

0

laasstrii

laasstrii

lanjuut

2022-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mahasiswa Abadi?
2 Bab 2 Kakak Tingkat ku
3 Bab 3 Patah Hati
4 Bab 4 Mengulang ?
5 Bab 5 Mirip
6 Bab 6 Aku Menyukainya
7 Bab 7 Pesan Whatsapp
8 Bab 8 Saingan ?
9 Bab 9 Tatapannya
10 Bab 10 Bertemu dengannya
11 Bab 11 Pulang bareng
12 Bab 12 Seperti Mimpi
13 Bab 13 Marah
14 Bab 14 Amiraku
15 Bab 15 Patah Hati 2
16 Bab 16 Dia siapa?
17 Bab 17 Kamu satu-satunya
18 Bab 18 Temu Sambut
19 Bab 19 KAU
20 Bab 20 milikku
21 Bab 21 Curhat
22 Bab 22 melepasnya
23 Bab 23 Aku mencintaimu
24 Bab 24 Piknik
25 Bab 25 Baju renang
26 Bab 26 Berenang
27 Bab 27 Mirip 2
28 Bab 28 Dua Cinta
29 Bab 29 Menyesal
30 Bab 30 Hujan
31 Bab 31 Merindukanmu
32 Bab 32 Lena-Erwin
33 Bab 33 Kabar Gembira
34 Bab 34 Nisa
35 Bab 35 Mantan Kekasih
36 Bab 36 Figuran
37 Bab 37 Mengapa sakit?
38 Bab 38 Persimpangan
39 Bab 39 Dia Baik
40 Bab 40 Tunggu aku
41 Bab 41 Pacar
42 Bab 42 Pernahkah?
43 Bab 43 Mencintainya
44 Bab 44 Usil
45 Bab Pulang bersama
46 Bab 46 Anniversary
47 Bab 47 Aku lelah
48 Bab 48 Menjemput
49 Bab 49 Melepaskanmu
50 Bab 50 Airmata
51 Bab 51 Peluk
52 Bab 52 Menebus
53 Bab 53 Skripsi
54 Bab 54 Kamu mencintaiku
55 Bab 55 Pura-Pura
56 Bab 56 Menangis
57 Bab 57 Ikhlas
58 Bab 58 Wisuda
59 Bab 59 Temanku
60 Bab 60 Pendamping Wisuda
61 Bab 61 Merayakan
62 Bab 62 Sekali lagi
63 Bab 63 Kamu Jahat
64 Bab 64 Gala Dinner
65 Bab 65 Mencintai
66 Bab 66 Perkelahian
67 Bab 67 Buku Diary
68 Bab 68 Babak Belur
69 Bab 69 Pindah
70 Bab 70 Bertemu
71 Bab 71 Bertemu Nisa
72 Bab 72 Harus Bahagia
73 Bab 73 Restoran
74 Bab 74 Bertemu Digo
75 Bab 75 Janji
76 Bab 76 Pulang ke Jakarta
77 Bab 77 Terima kasih
78 Bab 78 Pacaran
79 Bab 79 Nikah Muda
80 Bab 80 Melamar (End)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 Mahasiswa Abadi?
2
Bab 2 Kakak Tingkat ku
3
Bab 3 Patah Hati
4
Bab 4 Mengulang ?
5
Bab 5 Mirip
6
Bab 6 Aku Menyukainya
7
Bab 7 Pesan Whatsapp
8
Bab 8 Saingan ?
9
Bab 9 Tatapannya
10
Bab 10 Bertemu dengannya
11
Bab 11 Pulang bareng
12
Bab 12 Seperti Mimpi
13
Bab 13 Marah
14
Bab 14 Amiraku
15
Bab 15 Patah Hati 2
16
Bab 16 Dia siapa?
17
Bab 17 Kamu satu-satunya
18
Bab 18 Temu Sambut
19
Bab 19 KAU
20
Bab 20 milikku
21
Bab 21 Curhat
22
Bab 22 melepasnya
23
Bab 23 Aku mencintaimu
24
Bab 24 Piknik
25
Bab 25 Baju renang
26
Bab 26 Berenang
27
Bab 27 Mirip 2
28
Bab 28 Dua Cinta
29
Bab 29 Menyesal
30
Bab 30 Hujan
31
Bab 31 Merindukanmu
32
Bab 32 Lena-Erwin
33
Bab 33 Kabar Gembira
34
Bab 34 Nisa
35
Bab 35 Mantan Kekasih
36
Bab 36 Figuran
37
Bab 37 Mengapa sakit?
38
Bab 38 Persimpangan
39
Bab 39 Dia Baik
40
Bab 40 Tunggu aku
41
Bab 41 Pacar
42
Bab 42 Pernahkah?
43
Bab 43 Mencintainya
44
Bab 44 Usil
45
Bab Pulang bersama
46
Bab 46 Anniversary
47
Bab 47 Aku lelah
48
Bab 48 Menjemput
49
Bab 49 Melepaskanmu
50
Bab 50 Airmata
51
Bab 51 Peluk
52
Bab 52 Menebus
53
Bab 53 Skripsi
54
Bab 54 Kamu mencintaiku
55
Bab 55 Pura-Pura
56
Bab 56 Menangis
57
Bab 57 Ikhlas
58
Bab 58 Wisuda
59
Bab 59 Temanku
60
Bab 60 Pendamping Wisuda
61
Bab 61 Merayakan
62
Bab 62 Sekali lagi
63
Bab 63 Kamu Jahat
64
Bab 64 Gala Dinner
65
Bab 65 Mencintai
66
Bab 66 Perkelahian
67
Bab 67 Buku Diary
68
Bab 68 Babak Belur
69
Bab 69 Pindah
70
Bab 70 Bertemu
71
Bab 71 Bertemu Nisa
72
Bab 72 Harus Bahagia
73
Bab 73 Restoran
74
Bab 74 Bertemu Digo
75
Bab 75 Janji
76
Bab 76 Pulang ke Jakarta
77
Bab 77 Terima kasih
78
Bab 78 Pacaran
79
Bab 79 Nikah Muda
80
Bab 80 Melamar (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!