Siang itu saat jam kosong Amira mengajak teman-temannya untuk makan di kantin kampus. Mereka memilih menu bakso dan es teh manis untuk menjadi pelepas lapar mereka.
Tasya yang baru mendapat info dari ketua angkatan tentang Riko pun memulai percakapan pada teman-temannya.
“Mi, gue udh dapet info terbaru soal Kak Riko,” ucap Tasya pada Amira.
“Info apa Tasy?” jawab Amira senang.
Tasya yang tau ini akan membuat sahabatnya itu sedih, bingung mau menjelaskan darimana.
“Tasya, kok malah bengong sih?”ucap Amira tak sabaran.
“Eh ohh enggak Mi, gue mau bilang kalo kak Riko itu udah punya pacar,” jawab Tasya ragu ragu.
Mendengar itu wajah Amira yang semula bersemangat langsung berubah mendung.
“Lo yakin Tasy?” tanya Amira tak percaya.
“Iya Mi, gue dapet ini dari Sandi ketua angkatan kita. Kan lo tau dia gimana,” Tasya meyakinkan Amira.
Mendengar itu Lena langsung menenangkan Amira.
“Mi, kalo emang bener ya udah cari tambatan hati lain aja yuk? Kan masih banyak kakak tingkat kece lainnya,” Lena menenangkan.
“Tapi gue udah terlanjur suka sama dia Len,” jawab Amira sedih.
“Pertama lihat dia aja gue udah deg-degan banget, gue seneng banget cuma dengan melihat dia aja Len, masa gue udah patah hati sebelum kenalan gini sih,” ucap Amra dengan kesedihan yang tak dibuat-buat.
“Mau gimana lagi Ami sayang, masa lo mau jadi pelakor? Ga mungkin kan?" Lena menenangkan.
Diikuti dengan anggukan kedua temannya.
“Atau lo mau nunggu dia putus?"tiba-tiba Ajeng nyeletuk.
“Dia udh pacaran berapa lama Tasy?” tanya Ajeng pada Tasya.
“Info yang gue denger sih mereka pacaran udah hampir 4 tahun,” jawab Tasya.
“Whatttt ??? itu berarti dari mereka jadi maba kaya kita dong?" sahut Amira tak percaya.
“Iya,” jawab tasya sambil mengunyah baksonya.
Mendengar itu Amira langsung lesu. Dia sudah tak bersemangat lagi mau menelan bakso dihadapannya. Melihat itu tiba-tiba Ajeng mempunyai ide gila.
“Tapi Mi kan mereka baru pacaran, udah lama lagi, siapa tau aja hubungannya lagi ada di titik jenuh kan kita ga tau. Siapa tau mereka udah mau putus,” ucap Ajeng menyemangati.
“Ih lo gila Jeng doain orang putus,” jawab Lena sambil menyeruput es tehnya.
“Bukan gitu loh, maksud gue siapa tau aja kan mereka tu udh mau putus, kalo gtu Amira kan bisa tu punya celah buat deketin. Ya atau lo paling ga kenal dulu lah sekali aja ngbrol gitu sama Kak Riko,” jawab Ajeng.
Mendengar itu Amira jadi semangat lagi.
“Iya juga Jeng siapa tau mereka mau putus ya, gue kan bisa kenal dulu sama Kak Riko,” sahut Amira senang.
“Eh eh liat tu ada kak Riko sama temen-temennya baru dateng. Eh tapi kok itu ada perempuan di sebelah kak Riko ya,” ucap Lena heran.
“Kayaknya itu pacarnya deh Len,” Tasya menebak.
Amira memperhatikan Riko dan juga perempuan di sebelahnya. Perempuan itu bertubuh mungil, lebih pendek dari Amira, tapi terlihat seumuran dengan Riko.
Perempuan berjilbab itu sedang duduk di sebelah Riko sambil tersenyum lebar bersama Riko. Dengan Wajah lesu Amira menyeruput es tehnya. Dadanya sesak, ingin menangis tapi tak bisa.
“Mi lo gapapa?” tanya Ajeng sambil memegang punggung tangan Amira.
Amira masih sibuk dengan es tehnya tanpa menjawab. Tasya merasa kasihan melihat sahabatnya itu yang bahkan harus mundur sebelum berjuang.
“Tadinya gue pikir gue bisa buat dia suka sama gue, walaupun dia punya pacar. Tapi pas gue liat pacarnya ternyata mungil dan berjilbab gitu, gue minder,” ucap Amira tiba-tiba dengan tersenyum miris.
“Gue pikir kalo pacarnya kaya kita-kita gini, ga nutup kemungkinan dia bisa suka sama gue juga, tapi kalo perempuan nya aja begitu modelnya, apa bisa dibandingin sama gue? Gue udah kalah sebelum berperang guys,” ucap Amira lagi sambil tersenyum sedih.
“Sabar Mi, mungkin memang dia bukan jodoh lo,” jawab Lena.
“Iya mungkin, gue ga ada apa-apanya dibandingkan pacarnya itu. ya udahlah gue nyerah aja. Tapi gue ga tau mulai darimana,” Amira mulai berkaca-kaca.
“Tiap hari gue cuma pengen liat dia doang, bahkan cuma liat dia doang gue udah bahagia banget. Dan sekarang gue harus dipaksa biasa aja kalo liat dia.. gue takut ga bisa,” lirih Amira.
“Mulai dari lo jangan cari dia, jangan liat dia, jangan inget muka dia. Ada kita Ami sayang yang selalu menghibur lo supaya lo bisa cepet lupa sama dia. Ya ?" ucap Lena menyemangati Amira sambil menepuk bahu Amira dan dijawab dengan anggukan Amira.
Riko yang berada di seberang tempat mereka duduk, tiba-tiba tak sengaja melihat ke arah geng Tala itu, dan melihat Amira yang sedang dipeluk temannya.
“Kenapa dengan gadis itu?” batin ia heran.
Melihat Amira seperti itu ada rasa dalam hati Riko untuk menghampiri Amira. Kesedihan yang terpancar dari wajah cantiknya itu membuatnya merasa khawatir sekaligus penasaran ada apa gerangan dengan gadis yang menabraknya itu.
Saat itu ia tahu, bahwa ada rasa yang tak biasa dalam dirinya. Dia ingin selalu melihat gadis itu tersenyum. Dia ingin selalu berada di dekatnya.
Bahkan dia ingin ikut bersama teman-teman Amira untuk memeluknya juga. Menanyakan ada apa dan mengusap wajahnya agar jangan bersedih.
"Apa yang aku rasakan ini?" batin Riko sambil mengusap dadanya. Jantungnya berdegup kencang dan tak beraturan.
Riko menundukkan kepalanya sambil berfikir, ini adalah perasaan yang telah lama tak lagi ia rasakan.
"Apa aku menyukai gadis itu?"batin Riko.
Pandangannya dilemparkannya kembali kepada sosok Amira yang masih dengan wajah tertunduk bersedih.
"Aku bahkan ingin memeluknya, dan bertanya ada apa dengannya," batin Riko lagi.
Riko terdiam, lalu pandangannya dilemparkannya lagi kepada gadis di sebelahnya. Gadis berjilbab yang sudah selama hampir 4 tahun ini bersama dengannya.
Gadis itu bernama Desi. Riko dan Desi berpacaran saat menjadi mahasiswa baru. Namun setelah 1 tahun berpacaran, Riko merasa mereka tak seharusnya menjadi pasangan, mengingat penampilan Desi yang mengenakan hijab.
Benar saja, Riko diperingatkan oleh anggota kelompok Rohis saat itu yang tidak lain adalah Fadil dan Hengky teman satu angkatannya, bahwa tak sepantasnya ia memacari seorang muslimah.
Saat itu Riko membenarkan pemikiran teman-temannya itu, apalagi memang Riko tak merasakan getaran cinta kepada Desi.
Namun saat Riko menyampaikan pada Desi, bahwa lebih baik mengakhiri hubungan mereka saja, Desi terdiam dan menangis. Riko menyampaikan mengapa harus diakhiri, yaitu karena tidak enak mengenai pandangan orang akan Desi yang berhijab.
Desi saat itu tak berbicara apa-apa. Hanya diam dan lalu pergi. Riko pun hanya bisa terdiam tanpa mengejar Desi.
Tetapi esok harinya Desi tak pernah lagi masuk ke kampus. Sehari, dua hari, tiga hari hingga lima hari Desi tak kunjung terlihat. Mata kuliah pun seolah tak penting bagi Desi.
Riko merasa hal itu terjadi karena dirinya. Ia memutuskan untuk menelepon Desi dan bertanya ada apa. Dengan suara berat dari seberang telepon itu, Desi mengatakan bahwa ia tak ingin kuliah lagi. Ia tak mau melanjutkannya. Ia tak mau jika harus bertemu Riko saat kuliah.
Mendengar itu Riko kaget dan bingung harus bagaimana. Riko berfikir sejenak, lalu ia bicara pada Desi untuk kembali menjalin kasih. Riko merasa hal yang terjadi pada Desi adalah tanggung jawabnya. Dia tak boleh merusak masa depan gadis ini, pikirnya saat itu.
Desi yang mendengar tawaran Riko itu pun merasa sangat bahagia. Ia berjanji pada Riko bahwa besok ia akan datang ke kampus dan berjanji tak akan meninggalkan kuliahnya lagi dan akan semangat untuk belajar lebih giat.
Riko merasa lega, namun hati kecilnya meronta saat itu. Ingin melepaskan dirinya dari lingkaran ini. Atau paling tidak, ia ingin merasakan kebahagiaan yang entah bagaimana bisa ia dapatkan.
Dan sekarang Riko merasakannya. Rasa yang tak bisa ia jelaskan. Rasa bahagia dan berbunga di waktu yang bersamaan. Rasa bahagia walaupun dalam lingkaran cinta yang ia paksakan selama hampir 4 tahun itu.
Ya, itu semua sejak kehadiran Amira. Gadis itu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Silvi Aulia
cinta segi tiga 🤭
2023-08-17
1
jelita
sabar ya
2023-08-05
0
laasstrii
rumit bgt ya thor
2022-04-09
0