Pagi yang cerah, Amira baru saja datang ke kampus dengan menenteng buku modul Kimia Dasar yang tebal. Saat berjalan menuju kelas, Amira tak sengaja menabrak seseorang karena Amira berjalan sambil membalas whatsapp dari Tasya.
Jidat amira menabrak dada bidang milik seseorang berbadan agak besar dan berkacamata. Amira mengusap-usap jidat sambil melihat ke arah orang yang ditabraknya.
Dan betapa kagetnya dia karena di hadapannya sekarang berdiri laki-laki berkacamata, bertampang intelek dan juga manis.
“Kamu nggak apa-apa?” tanya lelaki berkacamata itu menyadarkan Amira akan pandangannya yang tak wajar itu.
“Ehh ohh ia kak aku gapapa, maaf ya kak aku tadi ga lihat kalau ada kakak,” jawab Amira gelagapan sambil tersenyum seadanya.
“Iya nggak apa-apa dek, lain kali hati-hati ya,” jawab lelaki berkacamata itu sambil tersenyum tulus dan meninggalkan Amira.
Amira memperhatikan lelaki itu yang sudah berjalan lebih dulu darinya, dan lalu disusul oleh langkahnya. Langkah Amira terhenti ketika melihat lelaki itu memasuki gedung yang menjadi tempat tujuannya hari ini, praktikum kimia dasar.
“Mi lagi apa lo kok berdiri aja sih sini duduk,” panggil Ajeng sambil menepuk nepuk kursi sebelahnya yang kosong. Amira langsung berjalan menghampiri sahabat-sahabatnya itu kemudian duduk di kursi yang ditepuki tasya tadi.
“Eh eh gue tadi ketemu sama cowok. Cakeeep banget woy dia pake kacamata. Taunya dia kakak tingkat kita lohh,” Amira tiba-tiba bercerita.
“Ah siapa mi? Lo tau darimana dia kakak tingkat kita?” jawab Lena penasaran.
“Tadi gue kan jalan di belakangnya terus gue liat dia masuk ke gedung ini,” jelas Amira dengan mata berbinar.
“Wahh gue ga liatin tadi banyak banget yang mondar-mandir masuk ke situ,” Ajeng menambahkan.
“Nanti coba kita liat di dalem dia termasuk asisten atau apa ya,” Amira sambil membayangkan sosok tampan tadi.
Tasya, Ajeng dan Lena memperhatikan tingkah Amira sambil berpandangan.
“Jatuh cinta lo ya Mi?" ucap Tasya sambil menepuk bahu Amira.
Mendengar itu muka Amira langsung memerah diikuti senyum sahabatnya yang lain.
“Kayaknya iya Tasy, gue seneng banget masa, gue sampe sekarang masih deg degan dan pengen liat dia lagi,” jawab Amira tanpa malu.
“Wah kita harus cari tau ni siapa beb,” ucap Ajeng sambil menyemangati teman-temannya.
Kemudian mereka memasuki ruang praktikum dan melihat ternyata laki-laki yang ditabraknya menjadi salah satu yang berbaris sebagai para asisten praktikum di depan kelas.
Asisten membagi kelompok praktikum yang akan dikerjakan pada masing-masing kelompok. Amira mendapatkan kelompok 2 dengan praktik ikatan kimia, bentuk molekul, dan interaksi antar molekul.
Asisten masing-masing praktikum mulai menjelaskan bagaimana prosedur praktikum hingga selesai, namun mata amira sibuk memperhatikan sekelilingnya.
Amira sedang mencari kakak tingkatnya yang tadi tak sengaja ditabraknya. Dan dia melihat lelaki itu sedang menjelaskan kepada peserta praktikumnya dengan sangat berwibawa, membuat Amira semakin kesemsem.
Tiba-tiba mata Amira berhenti pada sosok yang dikenalnya.
“Tunggu, apa itu? Ah Ajeng jadi peserta praktikum kakak tingkatku. Huaaaaa kenapa bukan aku aja sih,” batin Amira menangis.
Praktikum pun dimulai. Masing-masing peserta sudah sibuk melakukan praktik sambil sesekali melihat modul di meja.
Para asisten yang menunggu peserta praktikum memperhatikan pesertanya dengan seksama. Setelah dirasa cukup mengerti, beberapa asisten berjalan jalan keliling ruang praktik sambil memperhatikan peserta-peserta praktikum. Termasuk Riko, lelaki berkacamata dengan badan agak besar yang sedari tadi dipikirkan oleh Amira.
Riko Anggara, adalah mahasiswa semester 5 yang menjadi salah satu asisten laboratorium Kimia Dasar. wajahnya yang tampan nan meneduhkan serta sikap nya yang begitu terkenal baik membuat Riko menjadi mahasiswa yang cukup populer. Apalagi ditambah kepintaran yang dia punya.
Riko melihat sekelilingnya memperhatikan peserta praktikum satu persatu. Matanya terhenti ketika melihat salah satu peserta praktikum pada meja praktikum ikatan kimia. Ia memperhatikan sosok perempuan manis dengan rambut panjang setengah diikat dan berponi depan.
“Ah dia perempuan yang menabrak ku tadi. Rupanya dia peserta praktikum ini dan adik tingkatku,” batin Riko sambil tersenyum karena melihat tingkah Amira yang takut-takut meneteskan cairan pada satu gelas dan disusul dengan kehebohan peserta lainnya.
“Gue takut meledak tau,” protes Amira pada teman sekelompoknya karena membiarkan dia yang melakukan tetesan cairan itu. Riko tertawa melihatnya. Baru saja dia akan melangkah menuju meja Amira, ternyata Teni sudah lebih dulu sampai. Teni adalah asisten praktikum ikatan kimia tersebut. Dan Teni menjelaskan kepada adik-adiknya itu bahwa tak kan terjadi peledakan.
Riko yang melihat itu kembali berjalan menuju mejanya sambil memperhatikan peserta nya praktikum.
Setelah selesai praktikum, peserta kemudian merapihkan peralatan praktikum dan kemudian asisten lab menutup perjumpaan mereka. Amira sibuk mencari sosok yang membuatnya sumringah hari ini. Riko, kakak tingkat yang tadi ditabraknya yang belum ia ketahui namanya itu.
Sementara itu Tasya yang berada di belakang Amira menepuk pundak Amira dan merasa heran melihat tingkah temannya itu.
“Mi nyariin apa sih lo?” tanya tasya heran. Amira tak langsung menjawab, matanya tetap mencari sosok Riko yang ingin dilihatnya lagi itu.
“Eh liat itu Tasy,” tiba-tiba Amira menunjuk ke arah lelaki tampan berkacamata yang sedari tadi dilihatnya.
Tasya mencari arah yang ditunjuk temannya ini kemudian menangkap sosok itu.
“Itu Tasy yang gue certain tadi pagi. Kakak itu yang ketemu gue. Gimana? Cakep kan?” Amira menggebu-gebu memperkenalkan.
Ajeng dan Lena yang baru saja tiba ikut melihat ke arah lelaki itu.
“Itu kan tadi asisten lab praktikum gue Mi,"ucap Ajeng yang tidak sadar kalau suaranya cempreng dan terdengar ke seluruh penjuru.
“Heh lo jangan bikin pengumuman napa, nanti orang nya denger Jeng,” protes Amira kesal pada Ajeng.
Dan benar saja Riko yang sedari tadi mengobrol bersama temannya, Tofan, langsung menengok ke arah suara Ajeng. Melihat sosok ajeng seketika dia mengerti bahwa dialah yang menjadi topik pembicaraan gadis-gadis itu.
Mata Riko terhenti dengan sosok Amira, perempuan berambut lurus yang sedang mengomel-ngomel pada temannya itu tetapi matanya sambil menatap Riko. Riko yang melihat tingkah Amira itu merasa gemas kepada tingkah gadis itu lalu melemparkan senyumnya kepada gadis manis itu.
Amira yang kaget tapi juga senang malah diam tanpa membalas senyum kakak tingkatnya itu. Diam terpaku sambil memandang Riko yang mulai meninggalkan tempatnya bersama Tofan.
“Dia senyum sama gue heyy,” jelas Amira tiba-tiba ke teman-temannya dengan mata berbinar-binar.
“Iya gue liat Mi,” jawab Ajeng.
“Eh sini-sini dulu kita duduk,” ajak Ajeng. "Ami, tadi kan dia asistan lab gue, Namanya lo udah tau belum?" kata Ajeng kepada Amira.
“Eh iya belom tau Jeng siapa nama kakak ganteng gue itu?” ucap Amira tanpa malu.
“Iihh jijik banget sih Mi lo kalo lagi jatuh cinta ya,” ejek Tasya sambil tertawa.
“Namanya Riko. Riko Anggara Mi, dia orang nya tu emang baik banget dan ramah banget. Tadi aja dia tu jelasin dengan lembut sambil senyum dan sabar banget kalo kita minta ajarin.” Jelas Ajeng panjang lebar.
“Oh iya keliatan sih emang kalo dia orangnya baik dan tulus ya,” Lena menimpali.
“Riko Anggara.. berarti gue ga salah dong ya kalo suka sama dia.” Jawab Amira senang.
“Ya enggaklah namanya juga cinta Mi, kan ga tau mau ke siapa hehehe. Tapi kita perlu cari tau lagi nih lebih lanjut tentang kak Riko ini. Ntar lo udah suka-suka tau-taunya doi dah ada pacar,” usul Lena pada teman-temannya.
“Nah bener tuh kata Lena Mi, kita harus cari tau dulu ni,” ucap Ajeng ikut-ikutan.
“Kalo itu serahin sama gue, nanti gue bantu cari tau deh tentang kakak itu,” ucap Tasya percaya diri.
Dan mereka menyudahi obrolan mereka di laboratorium itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
jelita
lanjut kk
2023-08-05
0