Pagi ini cerah, tapi tak secerah para mahasiswa yang sedang menjalani kuliah Matematika dasar ini.
Bu Lingga, dosen matematika baru saja memasuki ruang kelas.
"Hari ini akan dilakukan ujian mendadak matematika, waktu yang saya berikan hanya 60 menit. Persiapkan diri kalian mulai dari sekarang," ucap dosen itu kepada mahasiswanya.
Para mahasiswa pun sontak kaget karena mereka tak belajar sama sekali dan baru tahu saat itu juga.
Namun mereka tetap mengikuti instruksi dosen killer nya itu (ya iyalah mau gimana lagi kan harus nurut hehe) menyiapkan kertas folio dan pulpen masing-masing.
Karena ini ujian mendadak di 3 jam mata kuliah ini, maka dosen pun hanya memberi 3 soal dan harus dikerjakan dalam waktu maksimal 60 menit.
Bu Lingga pun memanggil Sandi, ketua angkatan kelas ini untuk mengambil soal di mejanya dan dibagikan kepada masing-masing mahasiswa.
Sandi membagikan kertas soal itu ke masing-masing meja yang paling depan untuk dibagikan kembali ke belakangnya secara estafet.
Setelah dirasa cukup dan semua sudah dapat, barulah ujian dadakan itu dimulai. Semua mahasiswa mengerjakan dengan serius mengingat waktu yang diberikan hanya 60 menit.
Sandi sang ketua angkatan itu pun melihat lembar soal yang dipegangnya dan membacanya.
"Astaga.. soalnya memang cuma 3 tapi jawabannya bisa dibikin satu modul ini mah, panjang banget," batin Sandi menangis.
Waktu terus berjalan, 60 menit pun berlalu. Kemudian semua ujian dikumpulkan ke depan. Sang dosen pun mulai memeriksa lembar jawaban mahasiswanya dan menilai masing-masing jawaban tersebut.
Setelah selesai menilai semua jawaban kuis tersebut, ia membagikan kepada masing-masing mahasiswa dengan cara memanggil satu persatu mahasiswanya.
Ketika nama Amira dipanggil, dosen itu pun melihat Amira dengan wajah marah. Amira yang menyadari raut wajah dosen killer nya ini merasa takut dan berfikir ada apa dengan ujiannya? Karena dia merasa bisa mengerjakan ujiannya dengan baik.
“Kamu ini kuliah atau anak SD?" pekik sang dosen mengagetkan Amira Ketika Amira sudah sampai di depan meja nya untuk mengambil kertas ujiannya.
“Kenapa mengisi ujian ini dengan pensil? Kayak anak SD aja kamu. Saya ga mau kasih nilai untuk ini!” seru dosen itu sambil mengembalikan kertas ujian Amira.
Amira kaget dan buru-buru mengambil kertasnya, lalu kembali ke tempat duduknya. Dengan wajah bingung ditatapnya kertas itu . “Gue harus gimana ni? Gue minta ulang atau harus apa?” batin Amira sedih dan bingung.
Sementara di seberang tempat duduknya, Digo memperhatikan Amira dengan seksama.
“Dia pasti bingung mau ngapain,” batinnya.
Amira yang bingung tiba-tiba teringat akan Digo, kakak tingkatnya yang sedang mengulang matematika bersamanya. Ia pun melihat ke sekelilingnya untuk mencari keberadaan Digo, dan matanya terhenti saat melihat sepasang mata coklat indah sedang memperhatikannya dari jauh.
Ya, Digo yang sedari tadi memang memperhatikan Amira kini bertemu mata dengan gadis itu.
”Kak Digo, aku harus apa?” batin Amira sok kenal.
Digo yang melihat tatapan Amira itu tersenyum sambil membatin “Tenang aja Amira, lo ga akan ngulang cuma karena hal ini."
Amira kembali membenarkan posisi duduknya menghadap ke depan, meskipun pikirannya udah entah kemana.
Digo yang memperhatikan Amira tertawa, ingin rasanya dia menghampiri gadis itu sekedar menenangkannya bahwa ini bukanlah hal yang besar.
Tapi hal itu urung dilakukannya, karena memang ia belum berkenalan dengan Amira, gadis itu pasti malah takut kalau dia melakukan hal itu, pikirnya.
Akhirnya selesai semua pembagian hasil ujian matematika hari ini. Dosen pun mengakhiri pertemuan mereka tanpa pesan apapun.
"Gitu doang? ga ada penjelasan gimana nasib kertas ujian gue nih?" gumam Amira.
Tasya yang menyadari kekesalan Amira itu pun mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Tenang mi, masih banyak ujian-ujian dan kuis lain kan, dan juga masih ada tugas rumah buat bantu nilai yang ini," ucap Tasya.
"Ya tapi kan gue kepikiran aja Tasy," jawab Amira kesal.
"Ya udah ya udah biar jadi pelajaran aja buat kita kalo matematika dasar kayak gini jangan pake pensil nulisnya," ucap Lena.
"Huhhhh" kata itu saja yang keluar dari bibir Amira.
Selesai jam kuliah matematika, semua bubar dari kelas. Amira berjalan bersama teman-temannya di depan Digo dan Andi.
Tiba- tiba Amira berhenti dan membalikkan tubuhnya. Digo yang berjalan di belakang Amira kaget dan berhenti berjalan juga sambil menatap Amira heran.
Teman-teman Amira begitupun juga dengan Andi dan Irwan yang sedari tadi berjalan beriringan dengan Digo pun merasa heran.
“Kak, kemarin kakak bisa ngulang mata kuliah ini karena apa? Kalau kayak aku gini apa mungkin akan ngulang juga?" Amira yang entah punya keberanian darimana langsung bertanya kepada Digo.
Digo tersenyum hangat mendengar pertanyaan Amira, dan mulai berfikir nakal. Sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan Amira tentang kejadian hari ini, tapi melihat ekspresi Amira yang gelisah sangat menyenangkan bagi Digo.
“Ada banyak hal yang bisa buat kita ngulang mata kuliah, termasuk kejadian gini sih," jawab Digo berbohong.
Digo melangkah lebih dekat ke depan Amira, kemudian sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan wajah Amira.
"Kalo kamu mau tau lebih banyak gimana caranya supaya ga ngulang, kita bisa ngobrol berdua,” ajak Digo tanpa malu-malu sambil tersenyum nakal.
Amira yang kaget dengan sikap Digo, ditambah mendengar jawaban Digo begitu, langsung melotot lalu membalikkan badannya membelakangi Digo. Dia tak menyangka dengan jawaban dan sikap Digo kepadanya.
Dia merasa malu dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Digo, diikuti ketiga sahabatnya dengan raut wajah bingung.
Amira berjalan setengah berlari karena dia benar-benar malu berhadapan dengan wajah Digo begitu dekat. Wajahnya pun memerah seperti tomat.
"Ternyata Kak Digo tu kalo diliat liat ganteng banget, tapi kok orang nya ngeselin gitu sih," batin Amira kesal.
“Wah kak lo tiba-tiba ngajak anak orang ngobrol berdua, kenal juga belum,” celetuk Andi tba-tiba.
“Kenalan dulu kak sama si Amira nya baru ngajak ngobrol berdua, kalo kayak gini kan anak orang takut kak hahahaha,” Irwan menambahi.
Digo yang mendengar celotehan adik tingkatnya itu tersenyum nakal.
“Gue mau kalian kenalin dan promosiin gue ke dia, Amira Dania,” ucap Digo kepada Andi dan Irwan.
Andi dan Irwan berpandangan lalu menganggukkan kepala.
“Siap kak,” jawab Irwan dan Andi serempak.
Mendengar jawaban dan dukungan dari adik tingkatnya, teman sekelas Amira, Digo tersenyum puas.
“Laporin ke gue apa aja yang dia lakuin sepanjang hari selama perkuliahan ya, kalian harus jadi mata-mata gue,” ucap Digo.
“Gampang kak ga masalah, kita akan laporin apa aja yang Amira lakuin ke lo ya kak.” Jawab Andi meyakinkan.
“Sip bagus,” jawab Digo sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Silvi Aulia
semangat Thor 😍
2023-08-17
1