The Ugly Wife
"Asyifa...! Sifa, bangun!" panggil Mira berusaha membangunkan wanita itu.
"Sebentar lagi bu, 5 menit lagi" jawab Asyifa dengan mata yang masih tertutup rapat.
"Ibu..., ibu..., kebiasaan! Aku bukan ibumu! Cepat bangun, kalau tidak kamu akan terlambat ke kantor!" balas Mira kesal melihat sahabatnya masih saja bermalasan diatas kasur.
"Mira?? Huffhh..! Maaf, sepertinya aku mulai lagi" kata Asyifa beranjak bangun dari tidurnya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
"Dia masih saja belum terbiasa, padahal sudah enam bulan, tapi masih saja seperti itu. Benar-benar gadis yang malang" ucap Angel, sahabat wanita Asyifa yang lainnya kepada Mira yang tertawa geli.
"Aku mendengar kalian!" teriak Asyifa kesal dari dalam kamar mandi.
Asyifa berdiri dibawa guyuran air yang membasahi tubuhnya dengan perasaan kesal. Entah mengapa tubuhnya belum terbiasa dengan kehidupan barunya. Tubuh dan alam bawah sadarnya seperti masih melekat pada kehidupannya yang dulu, saat dirinya masih menjadi mahasiswa miskin yang harus bekerja keras demi meraih cita-citanya. Padahal kini sudah lebih dari enam bulan ia bekerja sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar, dan merubah hidupnya menjadi lebih baik berkat gaji lumanyan besar yang ia terima setiap bulan.
"Asyifa, ibumu menelepon!" seru Angel saat melihat panggilan masuk di layar ponsel sahabatnya.
"Iya, aku keluar sekarang" jawab Asyifa sambil menarik kuat rambutnya.
Dengan masih menggunakan handuk, ia meraih ponsel dan menggeser menu jawab.
"Halo bu. Apa kabar?" sapa Asyifa berbasa-basi.
"Kapan kamu akan mengirimkan ibu uang lagi? Uang ibu sudah habis, ibu butuh uang sekarang!" ucap sang ibu tanpa membalas ucapan basa-basi Asyifa.
"Habis? Bukannya tiga hari yang lalu Asyifa baru saja mengirimkan ibu uang 2 juta, masa sudah habis bu?" tanya Asyifa keheranan sambil membalas tatapan penasaran kedua sahabatnya.
"Tentu saja sudah habis! Kamu pikir 2 juta itu uang yang besar di zaman sekarang yang semuanya serba mahal? Sudah, kirimkan saja ibu uang! Bukannya kamu bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan besar, pastinya gajimu juga besar, jadi jangan pelit seperti itu dengan ibumu sendiri!"
"Tapi bu, Asyifa juga harus menabung untuk masa depan Asyifa nanti. Banyak hal juga yang masih ingin Asyifa capai dengan gaji Asyifa" Asyifa coba menjelaskan, berharap ibunya mau mengerti.
"Apa lagi yang ingin kamu capai? Jangan egois Asyifa! Dan untuk masa depanmu, kamu cukup mencari pria yang memiliki banyak uang dan menikahinya!"
"Sudah, ibu cape, mau istirahat! jangan lupa kirimkan uangnya, ibu tunggu!" ucap ibunya dan mematikan sambungan telepon begitu saja.
Asyifa hanya bisa menghela nafas pelan sambil memengangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sangat sakit.
"Minta dikirimkan uang lagi oleh ibumu?" tanya Angel dengan tatapan prihatin yang dibalas anggukan oleh Asyifa.
"Bukannya baru beberapa hari yang lalu kamu mengirimkan uang pada ibumu? Masa sudah habis? Aku rasa ibumu terlalu boros Sifa, apa dia tidak kasian padamu yang harus bekerja keras disini sendirian, dan jauh dari keluarga?" tanya Mira bertubi dengan nada emosi.
Walaupun mereka bertiga belum setahun berkenalan dan bersahabat, namun Mira dan Angel memang sudah tau perihal ibu Asyifa yang sering meminta uang pada gadis itu. Bahkan dalam sebulan, bisa berulang kali ia minta dikirimkan uang, tanpa peduli tentang keadaan anaknya.
"Kita kan belum gajian, apa kamu masih punya uang? Apa kamu mau pakai uangku dulu?" tanya Angel lembut. Ia merasa semakin prihatin melihat Asyifa yang tetap diam membisu.
"Terima kasih, tapi tak usah Angel. Aku masih punya cukup uang ditabunganku. Aku bisa mengirimkan ibuku menggunakan uang itu" jawab Asyifa mencoba tersenyum.
Angel dan Mira maju memeluk Asyifa, berusaha menghiburnya. Meskipun Asyifa tak pernah cerita tentang kesusahan yang ia alami di kehidupannya sebelum mendapat kerja di kota yang sama dengan keduanya, namun Mira dan Angel tau bahwa kehidupan Asyifa tak semudah kehidupan mereka yang memiliki ekonomi berkecukupan.
Mendapat perlakuan hangat dari kedua sahabatnya membuat air mata Asyifa mengalir begitu saja. Sungguh, baru kali ini ada orang yang mau berusaha dengan tulus untuk menghibur, dan mencoba mengerti keadaannya. Bahkan sampai ingin membantu meringankan masalah yang ia hadapi.
"Makasih, makasih banget. Aku beruntung kenal sama kalian" ucap Asyifa menghapus air matanya.
"Sama-sama Sifa, jangan sedih lagi yah. Kamu harus ingat, kalau kamu punya kita berdua yang akan selalu ada buat kamu" ucap Angel tulus.
****
Asyifa menatap jumlah saldo uang yang tertulis dihadapannya dengan tatapan senang. Bagaimana tidak, ternyata uang lembur dan juga bonus yang di janjikan oleh sang bos dengan jumlah dua kali lipat, sudah masuk ke rekeningnya.
"Tidak sia-sia aku menuruti semua perintah si bos gila kerja itu. Ternyata benaran dikasih bonus dua kali lipat! Kalau seperti ini, masalah mengirimkan uang lagi untuk ibu jadi teratasi" ucap Asyifa semringah.
Setelah mengirim sejumlah uang ke rekening ibunya, Asyifa segera menelepon sang ibu untuk mengabarkan hal itu.
"Assalamualaikum bu" sapa Asyifa setelah panggilan tersambung.
"Hmm iyah, gimana? uangnya sudah kamu kirim belum?" tanya sang ibu, seperti biasa tanpa basa-basi.
"Iya bu. Barusan Asyifa sudah transferkan ke rekening ibu"
"Nah, itu baru anak ibu! Sudah yah, ibu mau ke ATM dulu untuk mengambil uang yang kamu kirim! tutt.. tutt.. " sambungan telepon berakhir.
Asyifa menatap benda pipih itu dengan tatapan sedih. Entah sudah berapa puluh kali ia memberikan uang hasil kerja kerasnya kepada sang ibu, namun tak pernah ia mendengar ucapan terima kasih bahkan hanya sekali saja.
"Jangan sedih Asyifa! Ini bukan pertama kalinya bagimu, bahkan kamu sudah melalui hal semacam ini bertahun-tahun selama hidupmu" ucap Asyifa mencoba menguatkan dirinya sendiri.
Ia meninggalkan tempat itu, dan berjalan masuk ke dalam sebuah mobil putih yang sudah menunggunya sedari tadi. Mobil yang selalu ia tumpangi untuk ke kantor, hingga ia bisa menghemat uang transportasi.
"Gimana? Sudah selesai mengirimkan uang untuk ibumu?" tanya Angel yang berada di kursi pengemudi karena ialah sang pemilik mobil itu.
"Sudah Ngel. Dan kalian tau apa?, ternyata masalahku bisa teratasi berkat si bos kita yang gila kerja itu!"
"Kok berkat bos kita? Gimana ceritanya?" tanya Mira penasaran.
"Iya berkat bos kita! Kalian ingat tidak, seminggu lalu aku dibuat kerja lembur terus-terusan tanpa henti, bahkan kerajaanku banyak yang harus ku bawa pulang ke rumah untuk diselesaikan? Nah, bos kita waktu itu menjanjikan uang lembur dan bonus dua kali lipat untuk kerja kerasku. Dan ternyata, hari ini uang itu sudah masuk ke rekeningku!" jelas Asyifa panjang lebar dengan senyuman lebar.
"Serius? Wah..., ternyata si bos baik juga yah? Tidak sia-sia usaha dan tenagamu bekerja hingga kurang tidur!" ucap Angel ikut senang.
"Hehehe... Kalau gini caranya, aku mau di suruh lembur terus, biar bisa dapat cuan dobel-dobel" ucap Asyifa cengengesan.
"Jangan terus-terusan juga lah Fa, kesehatan kamu juga penting!" ucap Angel sambil memarkirkan mobilnya di parkiran kantor.
"Setuju, jangan sampai terlambat makan dan akhirnya penyakit lambungmu kumat! Jangan sampai kekurangan tidur dan akhirnya..."
"Iya.., iya..! Dasar sahabat-sahabat super bawel. Tapi kalian juga harus ingat, semua itu tergantung bos kita yang gila kerja itu, bukan menurut kemauanku pribadi, oke? " ucap Asyifa memotong ucapan Mira yang mulai mengomel tanpa henti.
Asyifa berjalan keluar dari mobil dengan hati senang, karena semangatnya telah kembali. Ia tidak ingin terus-terusan sedih karena ia tahu, bahwa ini hanyalah awal untuk menuju hidup impiannya yang lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Ainul Yaqin
keren Thor❤️
2022-08-21
0
Maria Nanga
lanjut Thor❤️
2022-03-26
0
Luvsiana
Keren, semangat thor👍🏻
2022-03-26
0