Asyifa berjalan memasuki kantin kantor sambil mengedarkan pandangannya, mencari kedua sahabatnya yang sudah berada disana terlebih dulu.
Bruk...
Karna tidak memperhatikan jalanan di depannya, Asyifa tersandung sesuatu dan terjatuh menyentuh lantai.
"Ya ampun, ibu sekretaris yang terhormat, kenapa ibu di bawah situ bu? Aneh-aneh aja sih ibu!"
Asyifa menatap wajah wanita yang kakinya baru saja membuatnya terjatuh dengan penuh emosi.
Gadis itu, Safira namanya. Gadis yang dulu sama-sama melamar untuk bekerja menjadi sekretaris Zidan, namun tak kesampaian karna yang terpilih adalah Asyifa. Walaupun dari segi pengalaman memang Asyifa yang baru saja memasuki dunia kerja terlihat kalah jauh dari Safira yang sudah memiliki banyak pengalaman, namun entah kenapa sang bos malah memilih Asyifa. Dan mungkin itulah yang membuat Safira malah membenci Asyifa.
"Safira! Kamu udah gila yah? Suka banget cari masalah sama Asyifa!" teriak Mira yang berjalan mendekat bersama Angel untuk membantu sahabat mereka.
"Ayo aku bantu bangun Fa"
"Makasih Ngel"
"Kok malah Safira yang kalian salahin? Jelas-jelas kaki Safira udah dari tadi disitu, sahabat kalian aja yang matanya rabun, makanya bisa kesandung dan jatuh!" bela gadis bernama Lia yang adalah salah satu sahabat Safira.
"Mending kamu jangan ikut campur deh Lia, kalian tuh sama aja! Suka banget cari masalah sama Asyifa. Segitu irinya, sama karir Asyifa sampai lakuin cara sampah kayak gini?"
"Jaga mulutmu yah Ra, yang sebenarnya sampah itu sahabat kalian! Logika dong, bisa-bisanya yang terpilih jadi sekretaris bos kita itu malah dia yang belum punya pengalaman kerja sama sekali, dibandingkan aku yang udah punya banyak pengalaman!"
"Atau jangan-jangan, sahabat kalian nyerahin itunya tuh ke si bos kita! Iuuuh, murahan banget" sahabat Safira yang lain bernama Karin menambahkan.
"Maksud kamu apa? jangan asal ngomong yah, jangan sampai mulutmu aku tutup pakai sepatuku!"
"Udah Ra, tidak usah diladenin, nanti malah ngelunjak mereka. Mending kita kembali ke meja kita lanjutin makan siang sama Asyifa, keburu selesai jam istirahatnya"
Akhirnya Asyifa dan Mira menuruti ucapan Angel. Mereka lebih memilih mengalah, dan menjauhi meja Safira beserta gengnya.
"Kenapa ibu sekretaris kita diam aja yah? Atau jangan-jangan benar gosip yang beredar, kalau kamu ngejual tubuhmu ke bos kita buat dapati posisi yang kamu inginkan. Ups, keceplosan. Sorry".
Tubuh Asyifa seketika bergetar karena marah mendengar ucapan Safira barusan. Dari semua hinaan dan cacian yang pernah ia terima selama hidupnya, tak pernah ada yang sampai mengatakan ia menjual diri dan semacamnya.
Ingin rasanya ia berbalik dan memberikan tamparan di wajah gadis itu, namun tak ia lakukan, karna melihat banyaknya pasang mata yang sedang asyik menonton pertengkaran mereka.
Mira pun tampaknya siap untuk berbalik menyerang, namun dengan cepat dihentikan oleh Angel.
Asyifa tidak ingin citranya sebagai sekretaris yang berpendidikan, yang telah ia bangun dengan susah payah hancur hanya karna pancingan sampah dari sang musuh.
Sabar adalah senjata Asyifa mengatasi segala masalahnya sedari dulu, dan ia sudah sangat terbiasa dengan hal itu.
Ia menarik tangan kedua sahabatnya untuk kembali ke tempat mereka.
****
Zidan menghentak-hentakkan kakinya dengan tak sabaran di ruangan Asyifa, sekretarisnya.
Sudah hampir setelah jam ia menunggu gadis itu untuk menanyakan pekerjaan yang ia berikan, namun gadis itu tak kunjung datang.
"Kemana dia sebenarnya? Ini sudah lama lewat dari jam makan siang" gumam Zidan sambil melirik jam tangannya.
Ia bangun dari duduknya kemudian melangkah meninggalkan ruangan, berusaha mencari dimana keberadaan Asyifa.
Zidan baru saja sampai didepan toilet wanita dan tiba-tiba dari dalam, keluar tiga sosok gadis yang berjalan sambil tertawa senang.
"Hahahaha... Tau rasa dia, emang enak. Makan tuh air toilet!" ucap gadis dengan nama Safira pada tanda pengenalnya.
"Salahnya sendiri, sok banget jadi orang, mentang-mentang posisinya lebih diatas kita"
"Tapi air toilet loh ini guys, jorok banget! Iuuu, hahahah" balas dua gadis lainnya dengan nama Lia dan Karin pada tanda pengenal mereka masing-masing.
Ketiga gadis itu tiba-tiba terdiam seketika saat melihat sosok Zidan.
"Selamat siang pak" ucap ketiganya bersamaan dengan wajah takut.
"Iya, siang juga. Kalian ada yang liat sekretaris saya tidak?".
"Maaf, kami tidak liat pak"
"Humm, ya sudah. Cepat kembali ke ruangan kalian, ini sudah waktunya jam kerja"
"Baik pak, kami permisi"
Zidan menatap punggung ketiga gadis itu dengan kening berkerut. Entah mengapa firasatnya langsung tidak enak, saat melihat ketiga gadis itu tertawa senang saat keluar dari toilet.
Zidan mencoba menepis perasaan itu, dan melangkahkan kakinya kembali untuk mencari Asyifa. Langkahnya kembalu terhenti, saat melihat sosok Angel dan juga Mira yang ia ketahui adalah sahabat Asyifa sedang berlari-lari panik ke arahnya.
"Kalian kenapa lari-lari seperti itu? Membuat ribut saja!" marah Zidan.
"Maaf pak, bapak liat Asyifa tidak? Apa dia sudah kembali ke ruangannya pak?"
"Kenapa kamu bertanya kepada saya? Memangnya saya sekretarisnya? Dan asal kalian tau, saya juga sedang mencarinya, ada pekerjaan penting yang harus saya bahas dengannya! Lagian, bukannya kalian biasa makan siang bersama?"
"Kami tadi memang makan siang bersama pak, tapi setelah itu kita berpisah untuk kembali ke ruangan kita masing-masing. Iyakan Ra?"
"Iya pak. Tadi kata Safira, bapak mencari-cari Asyifa, jadi kita panik takut terjadi apa-apa sama dia. Soalnya, tadi sempat kita hubungi ponselnya juga tidak dijawab"
"Ponselnya ada di ruangannya. Tadi saya baru saja dari sana, saya menunggu hampir setegah jam!"
"Asyifa tidak mungkin pergi tanpa pemberitahuan saat jam kantor pak, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi sama dia pak!" ucap Angel panik.
"Bentar deh Ngel, emangnya lampu di toilet cewek putus yah?" tanya Mira sambil menunjuk ke arah toilet yang pintunya nampak sedikit terbuka dan terlihat sangat gelap.
Meskipun siang hari, namun karena toilet cewek dan cowok khusus karyawan dilantai 4 yang posisinya terletak pada bagian yang kurang mendapat cahaya, maka terpaksa harus tetap menggunakan lampu 24 jam agar bisa terlihat terang.
"Apaan sih Ra? Kita itu lagi cariin Asyifa, bukan survei lampu toilet!"
"Bukan gitu Ngel! Coba pikir deh, tadi kan kelihatan Safira dan gengnya baru aja habis dari toilet di sini, dan toilet ini juga yang dilewati Asyifa kalau mau kembali ke ruangannya di lantai 5!"
"Jadi maksud kamu, bisa aja Asyifa masuk juga ke toilet ini bersamaan sama Safira dan gengnya?"
"Iya!"
"Kalau benar begitu, pasti sekarang Asyifa dalam keadaan gawat! Semoga apa yang kita pikirkan tidak jadi kenyataan"
"Maksud kalian apa? Kenapa tiba-tiba Asyifa dalam keadaan gawat? Memangnya dia kecelakaan, dan apa hubungannya sama ketiga gadis tadi?" tanya Zidan bingung.
"Pak, jadi gini...."
Brukkk..
Ucapan Angel tiba-tiba terhenti, karna ada bunyi sesuatu yang berat jatuh ke lantai dari dalam toilet cewek.
Dengan cepat, Mira berlari masuk ke dalam toilet dan menekan tombol lampu diikuti oleh Angel dan Zidan.
Dengan cemas, Mira dan Angel memeriksa satu persatu bilik toilet hingga berakhir di bilik paling ujung yang terkunci rapat.
"Fa..? Asyifa? Kamu ada di dalam? Asyifa, jawab aku kalau memang kamu di dalam!" Mira mengedor-gedor pintu toilet sekuat tenaga.
"Apa Asyifa ada di dalam situ?" tanya Zidan menatap bingung kedua gadis di depannya yang terlihat sangat cemas.
"Ra, liat ada tangannya di lantai! Itu kan jam tangan Asyifa, sialan si Safira!"
"Kalian berdua minggir dari situ, biar saya yang dobrak pintunya!"
Kini Zidan sadar, bukan saatnya merasa heran dan kebingungan karna yang jelas Asyifa sedang butuh pertolongan. Meskipun ia tidak tau mengapa sampai sekretarisnya itu bisa sampai pingsan di dalam toilet, namun yang harus ia lakukan sekarang adalah mendobrak paksa pintu itu dan mengeluarkan Asyifa dari dalam sana.
"Jangan pak, kalau di dobrak bisa terkena tubuh Asyifa. Saya punya cara yang lebih cepat karna kalau nunggu bantuan datang juga terlalu lama!"
Mira melepaskan dua buah jepit kecil berbentuk seperti lidi yang melekat di rambut Angel, dan mulai sibuk mengutak-atik pintu toilet.
Tak butuh waktu lama, pintu itu akhirnya terbuka, dan di sana terbaring tubuh Asyifa yang basah kuyup tak sadarkan diri.
"Telepon siapa saja dan bilang saya butuh disiapkan mobil sekarang!" perintah Zidan sambil melepaskan jas yang melekat dibadannya dan menyelimuti tubuh Asyifa kemudian menggendongnya keluar.
"Siapa pun itu, ia harus membayar dengan harga yang setimpal! Bila perlu dipecat dari perusahaanku!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments