Banyak pasang mata yang menatap mereka, mata dengan penuh tanda tanya serta rasa penasaran.
Tak sedikit pula yang menatap dengan wajah khawatir, seolah merasa cemas saat melihat keadaan keempat orang yang menjadi pusat perhatian mereka saat ini.
Sosok Zidan yang berlari terburu-buru bersama Asyifa dalam dekapannya dengan keadaan tak sadarkan diri serta seluruh tubuhnya basah kuyup, dan diikuti Angel serta Mira dibelakangnya.
"Dimana mobilnya?"
"Sudah ada di depan pintu masuk pak, tadi saya sudah menghubungi sopir kantor. Ngel, kamu ikut temani Asyifa bersama pak Zidan yah?"
"Terus kamu tidak ikutan? Kenapa?"
"Masih ada yang harus aku lakukan di sini, nanti aku akan segera menyusul kalian ke sana"
"Kalian lagi apa? Ini bukan saatnya untuk berbincang dan membuang-buang waktu! Kalau kalian ingin ikut mengantar sahabat kalian ke rumah sakit, maka masuklah sekarang!" marah Zidan setelah membaringkan tubuh Asyifa di dalam mobil.
"Udah masuk sana Ngel, aku janji bakal cepat nyusul ke sana"
"Jangan aneh-aneh Ra! Jangan biarkan amarah menguasai dirimu, yang membuat kamu melakukan hal yang bikin tambah parah keadaan! Ingat posisi Asyifa"
"Aku tau apa yang harus aku lakukan, kamu tenang aja" ucap Mira sambil mendorong masuk tubuh Angel ke dalam mobil.
Dengan berat hati, Angel membiarkan dirinya di dorong masuk oleh Mira. Ia kemudian dengan hati-hati, memindahkan kepala Asyifa untuk berada diatas kedua pahanya.
Angel terus menatap sosok Mira saat mobil mulai meninggalkan gedung perusahaan. Dalam hatinya, ia berdoa semoga sahabatnya itu tidak dikuasai oleh amarahnya.
****
Disisi lain, Safira bersama kedua sahabatnya yang melihat banyak orang berkumpul di dekat pintu masuk perusahaan, mulai penasaran dan ikut bergabung.
"Ada apa sih? Kenapa kok pada ngumpul disini semua ramai-ramai?"
"Itu, Saingan kamu Safira, Si Asyifa. Pingsan dia, dalam keadaan basah kuyup, terus digendong sama si bos masuk ke dalam mobil"
"APA? Digendong sama pak Zidan? Kamu serius? Salah lihat mungkin! "
"Aku tidak mungkin salah lihat, ada sahabatnya si Angel dan juga Mira yang mengikuti mereka dari belakang dengan wajah cemas. Lagi pula, banyak karyawan lain yang ikut lihat juga, bukan cuman aku aja!"
Seketika wajah Safira berubah menjadi pucat pasi. Ditatapnya wajah kedua sahabatnya yang tampak ikutan cemas, seolah mereka sedang berada dalam masalah besar.
"Gawat Safira, gimana kalau sampai pak Zidan tau kita yang membuat Asyifa sampai menjadi seperti itu? Aku tidak mau kalau sampai dipecat!"
"Diem deh Lia! Kamu bisa tidak, kecilkan suara kamu? Apa tidak sekalian kamu teriak aja, biar semua orang tau apa yang sudah kita lakukan!"
"Tapi aku takut Rin! Memangnya kamu tidak takut?"
"Apa yang harus kamu takutkan Lia? Apa itu adalah hal yang sangat fatal, yang bisa membuat kamu dipecat dari perusahaan Ini?" tanya Mira yang tiba-tiba muncul dibelakang ketiga gadis itu.
Ketiganya berbalik dan menjadi lebih pucat dan ketakutan, saat melihat sosok Mira yang menatap ketiganya dengan tatapan marah.
"Kamu nguping pembicaraan kita? Kamu tidak punya sopan santun yah?"
Plak...
Bukannya menjawab pertanyaan Safira padanya, Mira malah melayangkan sebuah tamparan ke wajah gadis itu, dan disaksikan banyak orang yang masih berada disana.
"Kamu udah gila?" teriak Safira marah sambil menyentuh pipinya yang terasa perih.
"Aku atau kamu yang udah gila? Jangan kamu pikir aku dan Angel tidak tau, kalau kamu dan dua sahabatmu lah yang sudah membuat Asyifa menjadi seperti itu!"
Seketika tubuh Safira menegang karna rasa takut yang tiba-tiba menghampiri. Namun dengan cepat, ia mengontrol ekspresi mukanya seolah tak bersalah saat melihat orang-orang disekitar mereka mulai berbisik-bisik sambil menatapnya dengan pandangan curiga.
"Kamu jangan sembarang bicara yah, aku bisa laporkan kamu ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik!"
"Iya Mira! Memangnya kamu punya bukti apa sampai berani seenaknya menuduh kami seperti itu? Safira, Lia dan juga aku memang tidak suka sama Asyifa, tapi bukan berarti kami yang melakukan hal itu padanya kan?"
"Bukti? Kantor polisi? Oke, ayo kita pergi ke kantor polisi sekarang! Tapi jangan pernah bermimpi kalian bertiga bisa meninggalkan tempat itu dengan mudah jika sudah sampai disana, karna aku akan minta pak Zidan sendiri yang bersaksi bahwa kalian lah dalang dari semuanya!"
"Pa, pa, pak Zidan? Ma, maksud kamu apa? Kenapa pak Zidan menjadi saksi?" tanya Lia tergagap.
Berbeda dengan kedua sahabatnya yang dengan mudah menyembunyikan ekspresi takutnya, Lia malah terlihat makin ketakutan dan cemas saat nama si bos disebut oleh Mira.
"Iya, pak Zidan! Kenapa? Kaget yah? Asal kalian bertiga tahu, pak Zidan terus berada di depan toilet dari saat kalian keluar. Selama itu, tidak ada seorang pun yang keluar lagi atau pun masuk ke dalam sana sampai akhirnya kami menemukan Asyifa dalam keadaan pingsan di dalam bilik toilet!"
"Kan bisa aja dia pingsan karna faktor kesehatannya terganggu, atau semacamnya! Kenapa kamu terus saja menyalahkan kita bertiga?"
"Safira, Safira. Apa kamu tidak akan mau mengakuinya, dan akan terus menyangkal sampai akhir?"
"Apa-apaan sih kamu Mira? Udah cukup yah, kamu nuduh kita bertiga yang bukan-bukan! Ayo balik ke ruangan kita guys!"
Safira berjalan meninggalkan Mira diikuti kedua sahabatnya. Namun langkah mereka terhenti karna Mira menahan pergelangan tangan Lia.
"Mira, lepasin tanganku!"
"Kalian pikir aku bodoh? Asyifa pingsan dalam keadaan seluruh badannya basah kuyup, karna disiram air toilet yang bau! Pintu toilet bagian luar atau pun dalamnya juga terkena air, tapi yang membedakan adalah, bagian luarnya hanya terkena sedikit pada bagian atasnya saja, sedangkan bagian dalamnya lebih banyak! Itu berarti, ada orang yang sengaja menyiramkan air toilet tersebut ke atas Asyifa dari luar. Kalian pikir pelakunya siapa lagi, kalau bukan kalian bertiga yang terakhir meninggalkan toilet!" Jelas Mira panjang lebar.
Mira memang sengaja memilih tidak ikut ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan toilet secara saksama. Untuk mencari bukti bahwa sahabatnya itu pingsan karena benar-benar adanya campur tangan dari orang lain.
Tak ada lagi bantahan yang keluar dari mulut Safira atau pun Karin dan Lia. Ketiganya terdiam dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Melihat itu, Mira segera meninggalkan ketiganya begitu saja. Sedangkan karyawan lain yang setia menonton sedari tadi disekitar mereka, bertambah riuh saling berbisik. Bahkan ada yang terang-terangan mulai mencibir Safira dan gengnya.
"Kayaknya kali ini kita udah melakukan hal yang fatal deh, gimana kalau kita sampai di pecat?" tanya Lia setengah berbisik dengan suara bergetar.
"Sialan! Kenapa juga dia pakai acara pingsan segala, dan kenapa juga si bos harus ikutan nyariin dia?"
"Kayaknya tubuh Asyifa bereaksi berlebihan terhadap fobianya deh, Ra".
"Tapi kamu bilang waktu sama kamu, dia bisa menahannya dan tidak sampai pingsan, Rin! Kenapa sekarang dia malah pingsan?"
"Mana aku tau Safira! Mungkin aja karna sendirian di dalam sana, makanya reaksi yang dia alaminya menjadi lebih parah dibandingkan saat bersama aku!"
"Ah tau deh, pokoknya ini semua tuh adalah salah kamu Karin! Karna kamu yang sudah ngasih info tidak jelas ke kita!"
"Kok aku sih, ini semua kan ide kamu yang sok-sokan mau bikin perhitungan sama Asyifa! Kita berdua cuman ikutan aja!"
"Kalian berdua jangan bertengkar dong, ini bukan saatnya buat kalian bertengkar! Kita harus cari alasan yang masuk akal untuk diberikan ke pak Zidan supaya tidak dipecat!"
"Arrrrggg,,,,, hancur semuanya!
Safira menarik rambutnya dengan frustrasi dan berjalan pergi tanpa kedua sahabatnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments