Asyifa meletakkan tas dan tumpukan dokumen yang dibawanya dari kantor ke atas meja, kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas kasur begitu saja.
Baru saja Asyifa akan terlelap, namun kantuknya seketika hilang karna mendengar suara pintu yang tiba-tiba dibuka dari luar dan muncul lah wajah Angel disana.
"Sudah pulang? bagaimana harimu menemani si bos rapat diluar dengan klien pentingnya?".
"Rapatnya berjalan lancar, tapi keadaanku lah yang tidak berjalan lancar. Aku lelah sekali, badanku rasanya remuk semua!"
Angel mendekati sahabatnya itu, dan mulai memijit-mijit pelan tangan dan juga bahunya.
"Beristirahatlah sejenak, kemudian kita pergi jalan-jalan ke mall untuk menghilangkan stresmu. Bagaimana?"
"Aku juga ingin sekali melakukan semua itu, tapi sayangnya aku tidak bisa. Pekerjaan yang ku bawa dari kantor harus segera dikerjakan, supaya bisa diberikan ke bos kita tepat waktu"
"Guys,,, ayo kita pergi cuci mata di mall, dengan melihat barang-barang bagus dan memakan makanan yang enak!" teriak Mira antusias sambil berjalan masuk ke dalam kamar Asyifa.
"Maaf Mira, sepertinya kalian harus pergi berdua saja. Aku akan bersiap pergi ke cafe di depan gedung apartemen kita, untuk menyelesaikan pekerjaanku yang menggunung"
Asyifa bangkit dari posisi ternyamannya, kemudian melepas sepatu kantor yang masih melekat di kedua kakinya, dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
"Tapi sejam lagi sudah mau malam, Asyifa! Masa kamu harus berhadapan dengan pekerjaan terus-menerus tanpa istirahat sedikit pun?"
Asyifa tak mendengar pertanyaan Mira karna ia terlalu lelah, dan lebih memilih untuk memfokuskan indra pendengarannya pada bunyi air yang turun membasahi tubuhnya.
Angel memberikan isyarat dengan tubuhnya pada Mira untuk melihat ke arah meja sahabat mereka.
"Jangan bilang, semua dokumen itu adalah pekerjaan yang baru saja Asyifa katakan?"
"Yup, begitulah" jawab Angel singkat.
"Apa kau butuh bantuanku untuk membunuh bos kita yang gila itu, Fa?"
"Aku akan sangat berterima kasih kalau kau memang ingin melakukannya untukku, Ra. Tapi aku juga tidak ingin sahabatku menjadi seorang kriminal dan ditangkap oleh polisi"
Asyifa keluar dari kamar mandi dengan rambut panjangnya yang masih basah sehabis keramas. Ia tersenyum ke arah kedua sahabatnya.
"Kalau begitu, aku dan Angel akan bantu menyelesaikan pekerjaanmu!" usul Mira yang langsung disetujui oleh Angel dengan anggukan kepala.
"No, thank you guys. Aku rasa mengerjakannya sendiri lebih baik. Bukannya aku tidak percaya pada kalian, tapi melihat sifat bos kita, sebaiknya seperti itu"
"Tapi itu terlalu banyak untuk dikerjakan sendiri olehmu Fa! Bukan begitu Mira?"
"Aku punya waktu dua hari, dan aku rasa bisa mengatasinya sendiri. Jadi kalian berdua keluar dari kamarku, dan pergilah bersenang-senang" ucap Asyifa sambil mendorong paksa kedua sahabatnya keluar dari kamar.
****
Asyifa mendorong pintu kaca dihadapannya, kemudian berjalan masuk ke dalam cafe yang tampak ramai menjelang malam.
Ia mengedarkan pandangannya sejenak untuk mencari tempat kosong. Untungnya masih tersisa satu meja kosong yang berada dipojokan dekat jendela. Benar-benar tempat yang sangat cocok untuk Asyifa yang tidak ingin diganggu saat bekerja.
"Mau pesan apa mba? " tanya seorang pelayan saat Asyifa telah duduk.
"Saya pesan milk shake satu yah mba"
"Itu saja mba, mungkin masih ada yang lain?"
"Udah, itu aja dulu mba. Kalau masih ada, nanti saya pesan lagi".
"Baik mba, mohon di tunggu yah"
"Iyah mba, makasih"
Asyifa melirik jam yang melingkar ditangannya, dan kemudian mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam tas yang ia bawa.
"Sekarang sudah jam 7, berarti aku punya 3 jam hari ini untuk mulai mengerjakan tugas dari si bos"
"Permisi mba, ini minumannya. Silakan dinikmati, semoga mba suka" ucap pelayan sambil meletakkan minuman pesanan Asyifa di meja.
"Iya, terima kasih mba"
Sudah dua jam Asyifa tenggelam dalam pekerjaannya sambil sesekali meminum milik shake pesanannya.
Gemerincing di pintu cafe berbunyi menandakan ada yang masuk. Bunyi itu membuat fokus Asyifa sedikit teralihkan dari pekerjaannya.
Seorang pria tinggi dengan tubuh tegap masuk ke dalam cafe. Tersenyum ramah dan berbicara sebentar dengan pelayan, sebelum akhirnya diarahkan berjalan ke meja Asyifa.
"Permisi mba. Saya mohon maaf sebelumnya, karna mengganggu waktu mba. Apakah mas ini boleh duduk bergabung dengan mba?, karna seperti yang mba lihat, kami kehabisan kursi kosong"
"Kalau mba merasa tidak nyaman, saya bisa datang lain hari lagi ke sini" ucap sang pria merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa kok mba, masnya boleh gabung sama saya. Duduk aja mas"
"Benaran mba?, makasih yah mba. Oh iya, masnya mau pesan apa?" tanya sang pelayan nampak tidak sabaran, karna banyak pelanggan yang terlihat butuh untuk dilayani juga.
"Espresso satu yah mba, sama dessert coklatnya satu juga. Itu aja dulu mba"
"Baik mas, mohon ditunggu yah" ucap pelayan sambil berlalu dari sana.
"Makasih yah, sudah diizinkan buat gabung sama mba disini" ucap sang pria pada Asyifa sambil duduk dihadapannya.
"Iya, sama-sama. Maaf mejanya agak berantakan karna barang-barangku" balas Asyifa sambil tangannya mulai merapikan bawaannya.
"Tidak apa-apa, silakan dilanjutkan"
"Ah iya, kalau begitu aku lanjut yah"
Asyifa berusaha kembali fokus pada pekerjaannya, namun entah mengapa tidak bisa. Sedari tadi saat melihat senyuman pria dihadapannya yang baru saja masuk, hatinya terasa berdetak dengan ritme yang aneh. Ia juga merasa grogi dan merasakan perasaan senang tanpa sebab secara bersamaan.
Sesekali ia mencuri pandang pada pria dihadapannya. Ia nampak tersenyum ramah membalas tatapan beberapa gadis remaja yang duduk diseberang meja mereka, yang menatapnya dengan penuh ketertarikan.
Wajah pria itu memang sangat tampan, dan juga memiliki kesan tenang dengan senyum menawan yang membuat lawan jenis terpesona.
"Wajar sih mereka tertarik" gumam Asyifa tanpa sadar, sambil terus melirik ke arah pria didepannya.
"Mba bicara sama saya? "
"Eh, tidak. Saya tidak bicara sama mas, saya bicara sama pekerjaan saya sendiri"
"Ah, Begitu yah. Apa saya mengganggu konsentrasi mba?"
"Iya!. Eh, maksud saya tidak sama sekali" jawab Asyifa gelagapan. Entah kenapa ia menjadi tidak bisa fokus sama sekali.
"Permisi mas, ini pesanannya"
"Terima kasih mba"
Pria dihadapan Asyifa mendorong dessert coklat pesanannya, yang baru saja diantarkan oleh pelayan ke hadapan Asyifa.
"Untuk mba, sebagai ucapan terima kasih dari saya, karna sudah diizinkan duduk disini. Mohon jangan ditolak"
"Ah, terima kasih. Padahal mas tidak perlu sampai seperti ini"
"Tidak masalah. Oh iya, perkenalkan nama saya William. Kalau boleh tau, nama mba siapa?" tanya William sambil mengulurkan tangannya.
"Panggil saja Asyifa" ucap Asyifa sambil membalas uluran tangan William.
Sepertinya Asyifa tau perasaan apa yang sedang dia rasakan sekarang saat berhadapan dengan William. Perasaan yang sudah lama tidak pernah lagi ia rasakan, atau lebih tepatnya tidak berani ia rasakan.
Perasaan yang pernah membuatnya dibully oleh teman-teman sekelasnya saat SMA, dan pernah dikatakan tidak tau diri oleh senior di kampusnya.
Iya, itu adalah perasaan yang sering dialami banyak orang yang bisa membuat hati berbunga-bunga, yaitu jatuh cinta.
Saat ini Asyifa sadar dengan jelas, bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pria bernama William dihadapannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments