Reinkarnasi Dua Dewa (Api Dan Air)
Di kegelapan malam yang kelam, dengan ditemani hujan deras, beserta kilatan petir dan gemuruh guntur yang saling bersahut-sahutan, menggelegar menambah suasana kecamuk pada setiap orang.
Di tengah situasi yang mengganas, terlihat segerombolan orang bersenjatakan lengkap, mengendarai kuda, melesat dengan kecepatan tinggi. Seolah-olah keadaan yang menggentarkan tak mereka hiraukan.
"Cepat kejar, jangan biarkan mereka lolos!" Seorang pria berkumis dengan posisi terdepan memerintahkan gerombolan orang tersebut.
Nampaknya, mereka sedang mengejar sebuah kereta kuda yang dikawal oleh seorang pria berzirah yang berjarak beberapa puluh meter di depan mereka.
Di dalam kereta kuda, nampak seorang wanita yang sedang hamil tua. Beberapa kali erangan kesakitan terdengar dari mulutnya.
Sementara gerombolan itu, semakin dekat dengan kereta kuda tersebut.
"Jenderal Li, aku akan menahan mereka. Kau bawalah permaisuri pergi. Aku serahkan keselamatan permaisuri dan keturunan yang mulia kepadamu." Seorang pria yang mengawal kereta kuda berteriak, lalu berbalik arah menuju gerombolan orang tersebut.
"Tidak Jenderal Wang... Jangan!" Seorang pria yang menjadi kusir dari kereta kuda tersebut berteriak memanggil pria tadi yang ternyata seorang jenderal bernama Zhou Wang, namun tak di gubris olehnya.
Dia terus memacu kudanya menuju gerombolan orang tersebut dengan menghunus pedangnya.
"Ow, lihat ada seorang pahlawan bodoh yang datang menghampiri kita." Pria berkumis yang menjadi pemimpin dari rombongan tersebut mencibir Jenderal Zhou Wang.
"Jenderal Lou, beraninya kau mengkhianati Yang Mulia. Aku tidak akan memaafkan mu."
Jenderal Zhou Wang menunjuk pria berkumis tersebut dengan pedangnya, yang ternyata ia juga adalah seorang jenderal sama sepertinya bernama Shen Lou.
"Hahaha. Jenderal Wang, kau sangat lucu. Lihatlah posisimu saat ini. Kau sendirian sedang kami berjumlah puluhan orang." Jenderal Shen Lou beserta rombongannya menertawakan ucapan Jenderal Zhou Wang.
"Begini saja! Bagaimana kalau kau bergabung bersama kami lalu kita sama-sama menangkap permaisuri," tawar salah seorang dari rombongan Jenderal Shen Lou.
"Chui!" Jenderal Zhou Wang meludah. "Bahkan sampai matipun aku tidak akan pernah mengkhianati Yang Mulia."
"Baiklah kalau itu mau mu, maka hanya ada satu jalan untukmu. Yaitu Kematian!"
"... Kalian serang dia, sementara yang lain ikut aku mengejar permaisuri!"
Selesai mengatakan itu, Jenderal Shen Lou beserta sebagian pasukannya melesat, kembali mengejar kereta kuda tersebut.
Jenderal Zhou Wang yang melihat Jenderal Shen Lou bergerak kembali mengejar Permaisuri ingin sekali menghentikannya. Akan tetapi dia dengan cepat di hadang oleh gerombolan Jenderal Shen Lou yang sengaja ditinggalkan untuk menghalangi jenderal Zhou Wang.
"Ayo cepat! Jangan sampai kita kehilangan jejak mereka."
Mereka pun memacu kuda dengan kecepatan tinggi.
**
Sebuah kereta kuda berjalan dengan cepat tanpa memedulikan hujan badai yang datang menerjang. Kuda tersebut tetap bergerak dengan kecepatan tinggi.
Namu tiba-tiba kereta tersebut tidak bisa bergerak maju. Jalanan yang becek akibat hujan deras membuat ban kereta kuda tersebut tersangkut.
Seorang pria yang menjadi kusir dari kereta kuda tersebut lekas turun lalu bergegas menuju bagian belakang kereta dan masuk kedalam lewat pintu belakang.
"Yang Mulia Ratu tenang, aku akan melindungi anda dengan nyawaku."
"Jenderal Li, terima kasih karena masih setia kepada keluarga kami walaupun keselamatan mu terancam karenanya."
"Sudah menjadi kewajiban hamba untuk setia kepada Yang Mulia Raja beserta keluarganya."
Jenderal Wan Li mengangkat Permaisuri dan mengeluarkannya dari kereta. Setelahnya, berlari mencari tempat untuk bersembunyi.
Sementara itu, rombongan Jenderal Shen Lou bergerak dengan kecepatan tinggi.
Beberapa saat, mereka menemukan sebuah kereta kuda. Namun ketika diperiksa, mereka tak menemukan seorang pun di dalam kereta kuda tersebut.
"Sial. Cepat menyebar! Cari mereka sampai dapat, jangan biarkan mereka lolos!"
Rombongan tersebut menyebar ke berbagai arah, untuk mencari keberadaan Jenderal Wan Li beserta permaisuri.
**
Di dalam sebuah goa, terlihat seorang pria bersama seorang wanita yang mengekang kesakitan di bagian perutnya. Tampaknya, ia akan segera melahirkan.
Pria itu bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Sementara dirinya belum pernah dihadapkan pada situasi seperti yang ia rasa saat ini.
Kalau saja bertarung mati-matian melawan ribuan manusia di Medan perang, ia dapat dengan gagah berani mampu menghadapinya, namun berbeda halnya dengan saat ini.
dirinya tak pernah membantu dalam proses persalinan. Takutnya terjadi sesuatu yang justru mengancam keselamatan bayi beserta sang ratu.
Disisi lain dia ingin membantu persalinan wanita tersebut, tapi disisi lain wanita tersebut adalah seorang istri dari seorang Raja yang sangat ia hormati.
Ya, pria tersebut adalah Jenderal Wan Li sedangkan wanita tersebut adalah Permaisuri Lin Ra, istri dari seorang Raja dari kerajaan Api bernama Raja Chen Long.
Terpaksa dia membantu proses persalinan wanita tersebut dengan hati kacau.
Beberapa saat kemudian bayi yang ada di dalam kandungan permaisuri Lin Ra akhirnya lahir.
Namun sebuah keajaiban terjadi. Dari tubuh bayi tersebut terpancar sebuah cahaya yang sangat terang hingga membuat Jenderal Wan Li memalingkan mukanya dan menutup kedua matanya.
Bersamaan dengan lahirnya sang bayi, sebuah fenomena aneh tiba-tiba terjadi.
Alam yang semula tidak bersahabat tiba-tiba berubah drastis.
Sang Dewi Malam beserta anak-anaknya yang semula bersembunyi di balik awan hitam kini nampak berkilau dengan indahnya menghiasi langit.
Terdengar secara samar suara iringan musik di langit. Seolah-olah mereka sedang menyambut kelahiran bayi tersebut.
Fenomena ini sangat mengejutkan semua orang di kerajaan Api.
Beberapa saat kemudian cahaya tersebut akhirnya menghilang dan Jenderal Wan Li bisa membuka matanya.
Saat Jenderal Wan Li membuka mata, ia tak sengaja melihat sesuatu yang berwarna-warni dari telapak tangan kiri sang bayi. Sebelum akhirnya sesuatu tersebut menghilang seolah-olah tidak pernah muncul.
Jenderal Wan Li kemudian mendekati permaisuri Lin Ra dan memberikan bayi tersebut kepadanya.
"Jenderal Wan Li aku akhirnya melahirkan putraku ke dunia. Akan tetapi aku tidak bisa melihat bayi ini tumbuh besar dan menjadi seorang yang hebat di suatu hari nanti," kata permaisuri Lin Ra dengan lemas.
Lalu ia memandangi mata si bayi yang berwarna hitam agak ke oranye-an. Tak terasa air matanya mengalir.
Perlahan tapi pasti, ia mendekatkan mukanya pada kepala sang bayi dan mengecup lembut keningnya.
"Jenderal Li, mungkin aku tidak akan lama lagi. Untuk itu aku meminta supaya jenderal Li mau merawat putraku," ujar permaisuri Lin Ra dengan lemas.
Tatapan sayu ia arahkan pada sang bayi dengan senyum lembut terukir di bibirnya.
Ia merasakan matanya yang berat. nafasnya pun tidak beraturan, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
"Hamba pasti akan merawat anak ini yang mulia. Hingga suatu hari nanti dia akan membalaskan dendam yang mulia." Ujar jenderal Wan Li. Tak terasa air matanya keluar dan membasahi pipinya.
Seorang Jenderal yang di kenal gagah berani dan tak kenal takut ketika di Medan perang. Saat ini sedang meneteskan air mata.
Lalu bayi tersebut ia memberinya nama Chen Li.
**
Sementara itu di waktu yang sama, di sebuah sekte di kerajaan Api. Nampak seorang pria yang sedang mondar-mandir ke sana kemari sambil menggigit tangannya.
Jantung pria tersebut berdegup begitu kencang, sesekali dia akan duduk, lalu berdiri kembali.
"Berhentilah bersikap bodoh Xiao Meng." Seorang pria tua menegur pria tersebut yang ternyata bernama Xiao Meng.
"Ayah aku tidak bisa tenang sebelum anakku lahir ke dunia ini dengan selamat."
"Kau pikir hanya kau saja yang tidak bisa tenang. Aku juga sama sepertimu, dan tidak sabar mendengar suara tangisan cucuku." Pria tua tersebut bernama Xiao Liu, ketua dari sekte Elang Emas, sekaligus ayah dari Xiao Meng.
Sekte Elang Emas adalah sekte menengah dari aliran putih. Sekte ini tidak begitu terkenal, akan tetapi cukup di segani.
Tidak berapa lama, terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar. Sehingga membuat mereka berdua senang. Tanpa pikir panjang, keduanya langsung masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Smoga Alurnya bagus.... ikutan mampir Tor 🙏
2023-05-18
1
Yatno Prayitno
keren kak.....
2022-07-20
0
Sulati Cus
berasa baca kopingho ak nya😂
2022-06-23
1