Wanita Yang Tercampakan

Wanita Yang Tercampakan

Bab 1 Pembukaan.

Kulihat wanita di sampingku, wajahnya tampak kusam, terlihat di bawah mata hitam samar. Menampilkan seperti mata panda.

Rambut yang terikat hanya dengan tali karet saja, dengan tangan terlihat penuh luka.

 

Hatiku merasa sangat pilu melihat penampilan seorang wanita yang seakan tak terawat, di sampingku. Ia menundukkan pandangan terlihat sekali begitu banyak beban yang ia rasakan.

 

Rasa penasaran dalam hati kian menggebu, ingin bertanya? Namun, mulut tak kuasa. 

Di bis yang memang padat penumpang hanya aku yang duduk bersebelahan dengan wanita itu. 

Tangannya bergetar hebat seakan ia ketakutan, apa yang harus aku lakukan? Rasanya inginku genggam tangan yang bergetar dan penuh bekas luka itu.

Menarik nafas pelan tanganku mulai refleks memberi botol minum berisi air.

"Mbak, silakan minum."

Rasa hatiku seakan tak karuan, apa dia akan menerima botol minum yang di sodorkan tanganku. Tapi rasanya tidak mungkin pasti dia tidak sembarangan menerima botol minum pemberian orang.

 Ternyata perasaanku salah, wanita itu membalikkan badan. Tangan bergetarnya meraih botol minum yang aku sodorkan, aku kaget. Dadaku berdetak kencang lebih cepat dari sebelumnya.

Dari balik rambut dan tampilan berantakan, wajah wanita itu begitu manis, cantik.

Sederhana, membuat kedua mataku terpana.

Ya tuhan, ada wanita secantik ini di sebelahku.

"Maaf, kalau saya boleh tanya mbak mau ke mana ya?" tanyaku. Sedikit ragu-ragu.

"Entahlah, aku bingung mas. Aku kabur dari rumah!" jawabnya. Matanya mulai mengeluarkan  air  mata secara tiba-tiba. Aku mulai bertanya lagi pada wanita di samping kursi bis ini.

"Loh, kok bisa. Kenapa? Nanti orang tua Mbak cari keberadaan Mbak  loh. Kasihan mereka," ucapku dengan sok bijak dan menasihati. Padahal aku belum tahu cerita sesungguhnya.

Tiba-tiba wanita di sampingku menangis terisak-isak. Membuat para penumpang di bis  menatap wajahku sengit, kucoba menenggakkan wanita ini dengan berkata lembut." Mbak jangan menangis."

Tangisannya malah semakin terdengar keras membuat aku menjadi  bingung dan kewalahan.

 

"Eh Mas, kasihan istrinya sampai menangis begitu," ucap salah satu penumpang membuat aku bengong seketika.

Ya ampun, istri dari mana. Kekasih juga tak punya. Maklum aku jomblo sejati.

"Eh, mbak saya mohon jangan menangis. Orang-orang pada liatin kita. Stop ya," ucapku menenangkan wanita di sampingku.

"Mas ... mas kalau istri nangis tuh peluk biar dia tenang, ini malah di biarin gitu aja," ucap bapak-bapak di sebelah kiri tempat duduk.

Peluk, ya aku mau aja. Lah ceweknya mau enggak. Kan tahu sendiri dia bukan istriku. Ahhk netizen ini benar-benar rombeng mulutnya.

Tiba-tiba wanita itu berbalik arah pada bapak-bapak yang mengatakan tentang pelukan.

"Maaf pak, dia bukan suamiku."

Semua orang langsung menutup mulutnya, membuat keheningan di dalam bis.

Perjalanan yang aku lalu masih terbilang sangat jauh, aku merantau dari kampung halaman Surabaya menuju Jakarta. Untuk mencari kerja, setelah lulus wisuda. Aku ingin membuktikan pada orang tua bahwa aku bisa mempunyai pekerjaan yang mapan di perusahaan besar.

Itulah cita-cita yang aku impikan saat ini.

"Mas, nya mau ke mana?" tanya wanita di sampingku. Menampikan senyuman yang tak biasa, rasanya bis ini begitu panas ketika senyuman itu tertuju padaku. 

Ahhk jelas aku terlalu berkhayal, karna kelamaan jadi jomblo.

"Kebetulan saya lagi cari kerja mbak berhubung, saya baru lulusan wisuda. Mbak sendiri?"

"Aku bingung mau ke mana? Karna ...."

Seketika bis pun berhenti, wanita yang belum aku tahu namanya itu. Malah turun dengan tergesa-gesa seakan ada sesuatu yang membuatnya ketakutan.

Menepuk jidat, menyenderkan punggung pada kursi bis. Membuat hatiku menjadi galau. Ya ampun baru pendekatan sudah hilang entah ke mana.

Namun, aku masih penasaran dengan bekas luka di tangan dan juga bibirnya. 

Sebenarnya ada masalah apa dengan wanita itu? 

 

#Kau_Buang_Istrimu_Seperti_Sampah_Ku_Pungut_Dia_Seperti_permaisuri.

 

 

 

 

 

 

 

Tak terasa perjalanan ku menuju kota jakarta telah sampai, benar-benar perjalanan yang sangat melelahkan. Membuat seluruh badan terasa remuk dan pegal-pegal. Setelah  ini aku harus mencari tempat tinggal semacam kontrakan. 

 

 

 

Agar aku bisa mengistirahatkan sejenak tubuh yang lemas dan letih ini. Akhirnya sampai juga di kontrakan kecil walau ya terlihat kumuh, ini cukup untuk tempat tinggal sementara.  Selama aku belum mendapat pekerjaan.

 

 

 

 Dengan beralas tikar, ku rebahkan tubuh ini, dengan pelan. Rasanya nyaman, walau tak senyaman di rumah emak di kampung. Demi tekad dan juga keinginan aku harus sukses demi masa depan dan cita-citaku.

 

 

 

Ku usap kasar wajahku, tak terasa waktu adzan pun telah tiba, Dimana waktu adzan isya berkumandan. Mengucap kata alhamdullilah, langkah kaki ini. Ku langkahkan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu dari pancuran keran.

 

 

 

Mengambil sajadah dan menggelar di atas lantai. Ku pasrahkan semua urusan dunia kepada Ilahi Robbi, melupakan dan berserah diri untuk tetap khusyuk dalam menjalankan Shalat.

 

 

 

Tak lupa setelah Shalat, ku panjatkan doa dengan mengangkat kedua tangan.  Memuji sang maha kuasa dan juga mendoakan emak bapak di kampung. Tak terasa air mata ini mengalir perlahan mengenai pipi.

 

 

 

Tiba-tiba, dalam pikiranku terbayang wanita yang berada di bis saat duduk bersebelahan denganku. Astagfirullah, kenapa dengan pikiranku?  Aku meminta ampun dan meminta petunjuk ada apa dengan wanita yang bertemu denganku saat di bis itu.

 

 

 

Ku lipatkan sajadah yang menggelar di atas lantai, dengan rapih. Entah hati ini rasanya tak karuan, seakan ada yang mengganjal.

 

Apa terjadi sesuatu dengan wanita itu? Akh, segera ku tepis semua pikiran jelek yang menghantui kepalaku saat itu.

 

 

 

 

 

Tak terasa malam begitu cepat berlalu, hingga mataku menutup perlahan. Terhanyut dalam mimpi yang perlahan datang.

 

 

 

Aku berjalan di hutan yang gelap, tak ada sinar cahaya di sana. Berjalan menginjak setiap ranting pohon rasanya perih sakit mengenai kaki.

 

Tanpa rasa lelah aku terus berjalan, walau dalam kegelapan. Hingga akhirnya telinga ini mendengar suara jeritan dan lolongan seorang wanita.

 

 

 

"Sakit ... mas, aku mohon hentikan."

 

 

 

Suara itu, suara wanita. Ada apa dengan wanita itu? Berlari tergopoh-gopoh pada akhirnya aku menemukan satu titik cahaya terang. Dimana cahaya  kecil itu menyorot pada kedua mataku.

 

 

 

Tangan ini mulai menutup kedua mataku, karna cahaya yang menyilaukan. Membuat kedua mataku pedih.

 

 

 

"Mas, sakit ... ampun mas."

 

 

 

Suara itu terdengar lagi dan semakin mendekat. Dengan terpaksa aku meneruskan langkah kaki ini agar bisa cepat sampai menuju sumber suara itu.

 

 

 

Apa itu?  Bukankah wanita itu?

 

 

 

Kedua mata lelaki itu menatap tajam kearah wajahku, ia seakan menyimpan kebencian yang teramat dalam. Sorot matanya tak lepas menatap wajahku.

 

 

 

Wanita itu menangis, menyodorkan tanganya. Meminta tolong kepadaku.

 

Dengan lantangnya aku menghampiri wanita itu, berniat untuk menolong, saat tangan ini meraih tanganku satu celurit datang siap memotong tanganku.

 

 

 

Dan ahkk ... Ya Allah ini hanya mimpi ternyata.

 

 

 

Melihat jam alarm berbunyi, Dimana waktu adzan subuh berkumandang. Dengan keringat dingin membasahi, aku mulai meraih handuk untuk membersihkan diri.

 

 

 

Menjalankan Shalat subuh. Tak lupa berdoa, meminta petunjuk apa arti dari mimpiku semalam.

 

 

 

Pagi pun menjelang. Dimana aku berangkat untuk bekerja saat itu, sesaat  keluar dari dalam kontrakan. Aku menelusuri gang-gang kecil, melewati semua wanita yang entah sejak kapan mereka memandangi diriku ini.

 

 

 

Apa ada yang aneh dengan penampilanku? Atau aku bau? Atau aku culun? 

 

 

 

Menepis pikiran jelek itu, mungkin aku terlalu kepedean. Langkah kaki terhenti karna kedua gua hidungku mencium wangi nasi uduk saat itu. Wanginya, membuat cacing-cacing di perut meronta-ronta meminta jatah untuk sarapan.

 

 

 

"Bu, nasi uduknya satu ya," pintaku pada ibu-ibu penjual uduk itu. Entah kenapa matanya tak henti memandang wajahku, hingga nasi yang ibu penjual itu ambil dengan  sinduk berhamburan ke mana-mana.

 

 

 

"Bu ... ibu ...." Memanggil-manggil nama ibu penjual dan melambai-lambaikan  ke arah wajahnya dengan tanganku.

 

 

 

"Eh, den maaf. Lah, nasinya berantakan ya. Maaf ya, tunggu sebentar ibu ganti yang baru," ucap ibu penjual nasi uduk itu. Segara membungkuskan nasi uduk yang baru.

 

 

 

"Berapa?" tanyaku, ibu penjual itu malah menatapku genit. Ia Senyum-senyum sendiri.

 

 

 

"Oh, tujuh ribu saja!" jawabnya.

 

Kuberikan uang sepuluh ribu pada ibu penjual uduk itu.

 

 

 

Dia meraih uang itu sembari menyentuh sedikit tanganku begitu genit, aku yang melihatnya bergidig ngeri.

 

 

 

"Maaf ya den, habis Aden ganteng si. Soalnya baru kali ini ada orang ganteng mau tinggal di kontrakan kumuh daerah sini," ucap penjual uduk itu kepadaku.

 

 

 

Apa yang di katakan ibu penjual uduk tadi, aku ganteng? Sungguh di luar logika.  Masa ia aku ganteng? Meraih ponsel melihat pada layar ponsel, eh. Ganteng sih lumayan pasaran lima puluh ribu.

 

 

 

Aku tertawa sembari berjalan, ada rasa bangga karna di kentarakan ini aku yang paling ganteng. Tapi coba kalau aku berada di kampung, Ahhk. Aku yang paling buluk.

 

 

 

 Rasa senang kini kian  kurasakan, bahagia karna pagi-pagi di sambut dengan pujian. Oh ... mantap. Tapi tetap saja aku harus menjauhi sifat angkuh, karna itu sifat yang tidak di sukai sang maha kuasa.

 

 

 

Aku harus cepat-cepat menaiki bis menuju kota untuk bergegas mencari pekerjaan.

 

Sesaat bis berhenti di depan mata, aku bergegas naik melangkah pada bis itu.

 

 

 

Namun, brug ... seseorang malah membuat aku tersungkur jatuh.

 

 

 

Siapa wanita yang tengah menabrak ku saat itu? Aku mulai meraih pundaknya, tapi supir bis menyuruhku untuk segera naik.

 

 

 

Dengan terpaksa kuurungkan keingin tahuan tentang wanita yang menabrak ku saat itu.

 

Kadua mataku benar-benar di manjakan dengan pemandangan gedung-gedung yang menjulang begitu tinggi.  Membuat aku kagum, begitu luar biasa ciptaan manusia. Dengan akal dan pikiran kerja keras, kerja sama. Mereka bisa membangun gedung-gedung megah itu.

 

 

 

"Permisi mas, boleh aku duduk di kursi ini."

 

 

 

Aku menatap gadis berambut panjang itu tersenyum kepadaku.

 

 

 

"Silakan mbak."

 

 

 

Entah kenapa setiap menaiki bis selalu saja bersebelahan dengan seorang wanita. Ahhk, nasibku bagus ternyata di Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Next enggak

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Ilah Alfiah

Ilah Alfiah

🤣🤣🤣🤣🤣🤣kirain pasaran ceupe 3

2022-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pembukaan.
2 Bab 2 pertemuan
3 Bab 3 Setatus Dinda
4 Bab 4 Mengikuti Dinda.
5 Bab 5 Ujian Untuk Haikal
6 Bab 6 Menegangkan
7 Bab 7 Bu Nina
8 Bab 8 Menyelamatkan Dinda
9 Bab 9 Lina dalam bahaya
10 Bab 10 Menelepon
11 Bab 11 Mencari Dinda
12 Bab 12 Kekecewaan Haikal
13 Bab 13
14 Bab 14 Apa yang dilakukan Lina
15 Bab 15 Pov Dinda
16 Bab 16 Pov Dinda 2
17 Bab 17 Pov Dinda. Ungkapan
18 Bab 18 Pov Dinda 3
19 Bab 19 Godaan Nina
20 Bab 20 Haikal dalam bahaya
21 Bab 21
22 Bab 22 Menelepon emak
23 Bab 23
24 Bab 24 Masa lalu Burhan
25 Bab 25Masa Lalu burhan 2
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 BB 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bba 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145 Pras dan Alya
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153 Ke penjara
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156 Ke rumah sakit
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162 Pengakuan
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169 pertanyaan serius Lina kepada Ardi
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177 sebuah kertas
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186 ke dapur.
187 Bab 187
188 Bab 188 jeritan Alya.
189 Bab 189 Keadaan Alya.
190 Bab 190 pura pura
191 Bab 191 Berbohongnya Alya.
192 Bab 192 rekaman CCTV
193 Bab 193 jambakan tangan Lina
194 Bab 194 jebakan untuk Pras.
195 Bab 195 kaburnya Pras.
196 Bab 196 Wawan dan Abdul
197 Ban 197 Kantor polisi.
198 Bab 198 Kesaksian.
199 Bab 199 Pertanyaan Menyulitkan
200 Bab 200 Teriakan Alya.
201 Bab 201 Darah di tubuh Alya
202 Bab 202 Buronan
203 Bsb 203 Tukang bakso.
204 Bab 204 Ardi syok.
205 Bab 205 Amarah Ardi.
206 Bab 206 Rasa bersalah Lina.
207 Bab 207 Lina masuk ke Rumah sakit
208 Bab 208 Kenyataan Pahit
209 Bab 209 Sunyi sepi menyelimuti hati Haikal.
210 Bab 210 Menaiki bus
211 Bab 211 Wanita yang mengikuti Haikal.
212 Bab 212 Pulang kampung.
213 Bab 213 Marahnya Haikal.
214 Bab 214 Kepura puraan Lina.
215 Bab 215 Halusinasi Lina
216 Bab 216 Datangnya Dinda.
217 Bab 217 Pembantu baru bernama Ika.
218 Bab 218 Hiasan pecah.
219 Bab 219 keraguan
220 Bab 220 Ucapan Nining.
221 Bab 221 Kebohongan Nining
222 Bab 222 Ardi menyusul
223 Bab 223 Ardi bertemu Nining.
224 Bab 224 Rencana Nining dan Lina
225 Bab 225 Marahnya Bapak Nining
226 Bab 226 sumur.
227 Bab 227
228 Bab 228 Kekuatiran Nining.
229 Bab 229 Kenyataan Pahit Untuk Ardi.
230 Bab 230 Rumah Kosong kebakaran.
231 Bab 231 Bagaimana dengan ke adaan Lina.
232 Bab 232 Percakapan Antara ibu dan anak.
233 Bab 233 Bersembunyi di kolong
234 Bab 234 Menyatakan Cinta
235 Bab 235
236 Bab 236 Perdebatan.
237 Bab 237 Ruslan tertawa.
238 Bab 238 Obrolan Euis dan Nining.
239 Bab 239 Ruslan berulah
240 Bab 240
241 Bab 241
242 Bab 242
243 Bab 243
244 Bab 244 Lamaran.
245 Bab 245
246 Bab 246 Memikirkan rencana
247 Bab 247 Terbakar.
248 Bab 248
249 Bab 249 Rumah Sakit, Bu Nunik
250 Bab 250
251 Bab 251
252 Bab 252
253 Bab 253
254 Bab 254
255 Bab 255 Syoknya Adnan. Suruhan Maya.
256 Bab 256 Adnan Marah.
257 Bab 257
258 Bab 258
259 Bab 259
260 Bab 260 Perkataan Ardi untuk Lina
261 Bab 261
262 Bab 262
263 Bab 263
264 Ban 264
265 Bab 265
266 Bab 266
267 Bab 267
268 Bab 268
269 Bab 269
270 Bab 270
271 Bab 271
272 Bab 272
273 Bab 273
274 Bab 274 Ferdi datang
275 Bab 275 Tembakan.
276 Bab 276
277 Bba 277
278 Bab 278
279 Bab 279
280 Bab 280
281 Bab 281
282 Bab 282
283 Bab 283
284 Bab 284
285 Bab 285
286 Bba 286
287 Bab 287
288 Bab 289
289 Bab 290 Tamat.
Episodes

Updated 289 Episodes

1
Bab 1 Pembukaan.
2
Bab 2 pertemuan
3
Bab 3 Setatus Dinda
4
Bab 4 Mengikuti Dinda.
5
Bab 5 Ujian Untuk Haikal
6
Bab 6 Menegangkan
7
Bab 7 Bu Nina
8
Bab 8 Menyelamatkan Dinda
9
Bab 9 Lina dalam bahaya
10
Bab 10 Menelepon
11
Bab 11 Mencari Dinda
12
Bab 12 Kekecewaan Haikal
13
Bab 13
14
Bab 14 Apa yang dilakukan Lina
15
Bab 15 Pov Dinda
16
Bab 16 Pov Dinda 2
17
Bab 17 Pov Dinda. Ungkapan
18
Bab 18 Pov Dinda 3
19
Bab 19 Godaan Nina
20
Bab 20 Haikal dalam bahaya
21
Bab 21
22
Bab 22 Menelepon emak
23
Bab 23
24
Bab 24 Masa lalu Burhan
25
Bab 25Masa Lalu burhan 2
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
BB 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bba 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145 Pras dan Alya
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153 Ke penjara
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156 Ke rumah sakit
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162 Pengakuan
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169 pertanyaan serius Lina kepada Ardi
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177 sebuah kertas
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186 ke dapur.
187
Bab 187
188
Bab 188 jeritan Alya.
189
Bab 189 Keadaan Alya.
190
Bab 190 pura pura
191
Bab 191 Berbohongnya Alya.
192
Bab 192 rekaman CCTV
193
Bab 193 jambakan tangan Lina
194
Bab 194 jebakan untuk Pras.
195
Bab 195 kaburnya Pras.
196
Bab 196 Wawan dan Abdul
197
Ban 197 Kantor polisi.
198
Bab 198 Kesaksian.
199
Bab 199 Pertanyaan Menyulitkan
200
Bab 200 Teriakan Alya.
201
Bab 201 Darah di tubuh Alya
202
Bab 202 Buronan
203
Bsb 203 Tukang bakso.
204
Bab 204 Ardi syok.
205
Bab 205 Amarah Ardi.
206
Bab 206 Rasa bersalah Lina.
207
Bab 207 Lina masuk ke Rumah sakit
208
Bab 208 Kenyataan Pahit
209
Bab 209 Sunyi sepi menyelimuti hati Haikal.
210
Bab 210 Menaiki bus
211
Bab 211 Wanita yang mengikuti Haikal.
212
Bab 212 Pulang kampung.
213
Bab 213 Marahnya Haikal.
214
Bab 214 Kepura puraan Lina.
215
Bab 215 Halusinasi Lina
216
Bab 216 Datangnya Dinda.
217
Bab 217 Pembantu baru bernama Ika.
218
Bab 218 Hiasan pecah.
219
Bab 219 keraguan
220
Bab 220 Ucapan Nining.
221
Bab 221 Kebohongan Nining
222
Bab 222 Ardi menyusul
223
Bab 223 Ardi bertemu Nining.
224
Bab 224 Rencana Nining dan Lina
225
Bab 225 Marahnya Bapak Nining
226
Bab 226 sumur.
227
Bab 227
228
Bab 228 Kekuatiran Nining.
229
Bab 229 Kenyataan Pahit Untuk Ardi.
230
Bab 230 Rumah Kosong kebakaran.
231
Bab 231 Bagaimana dengan ke adaan Lina.
232
Bab 232 Percakapan Antara ibu dan anak.
233
Bab 233 Bersembunyi di kolong
234
Bab 234 Menyatakan Cinta
235
Bab 235
236
Bab 236 Perdebatan.
237
Bab 237 Ruslan tertawa.
238
Bab 238 Obrolan Euis dan Nining.
239
Bab 239 Ruslan berulah
240
Bab 240
241
Bab 241
242
Bab 242
243
Bab 243
244
Bab 244 Lamaran.
245
Bab 245
246
Bab 246 Memikirkan rencana
247
Bab 247 Terbakar.
248
Bab 248
249
Bab 249 Rumah Sakit, Bu Nunik
250
Bab 250
251
Bab 251
252
Bab 252
253
Bab 253
254
Bab 254
255
Bab 255 Syoknya Adnan. Suruhan Maya.
256
Bab 256 Adnan Marah.
257
Bab 257
258
Bab 258
259
Bab 259
260
Bab 260 Perkataan Ardi untuk Lina
261
Bab 261
262
Bab 262
263
Bab 263
264
Ban 264
265
Bab 265
266
Bab 266
267
Bab 267
268
Bab 268
269
Bab 269
270
Bab 270
271
Bab 271
272
Bab 272
273
Bab 273
274
Bab 274 Ferdi datang
275
Bab 275 Tembakan.
276
Bab 276
277
Bba 277
278
Bab 278
279
Bab 279
280
Bab 280
281
Bab 281
282
Bab 282
283
Bab 283
284
Bab 284
285
Bab 285
286
Bba 286
287
Bab 287
288
Bab 289
289
Bab 290 Tamat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!