Ahhk, baru saja mata terlelap beberapa jam, mimpi itu datang lagi. Membuat seluruh tubuhku berkeringat, hawa di kontrakan ini begitu panas, dan kebetulan aku belum membeli kipas Angin hanya untuk sekedar menyejukkan badan agar aku tidak kepanasan.
Mengusap kasar wajah, seraya menyebut nama sang maha kuasa Allahu akbar. Mengeluarkan nafas yang memang terasa berat.
Jam dinding berdetik seperti biasa, membuat kesunyian terasa, ku lihat pukul berapa sekarang. Hingga aku bisa terbangun
dengan mimpi yang sama seperti kemarin.
Ternyata masih pukul 01:00 malam, saat itulah aku terbangun meraih kedua sandal jepit yang sengaja aku simpan di dekat tikar tempat tidur. Memakai sandal jepit ke kamar mandi untuk segera membasuh badan dan juga mengambil air wudhu.
Air yang mengalir pada rambut dan juga tubuh terasa begitu segar, membuat rasa kantuk hilang seketika. Saat itulah aku berwudu untuk menunaikan Shalat malam.
Menggelar sajadah menjalankan Shalat sunat malam. Aku tidak pernah lupa karna itulah yang selalu di ajarkan oleh emak, ketika aku masih kecil. Sampai sekarang.
Ketika tangan mengangkat mengucap kata doa, dari sana aku teringat perkataan emak yang tak pernah hilang dari pikiranku.
"Nak, ingat jika kamu dalam kesulitan jangan lupa berdoa minta perlindungan sama Allah.
Jangan tinggalkan Shalat lima waktu mu nak, itu adalah kewajiban dan perlindungan untuk meningkatkan ketakwaan mu kepada yang maha kuasa. Ingat ya nak pesan emak, Karna tidak ada usaha tanpa doa yang sia-sia."
Emak adalah sosok seorang ibu dan juga sosok pahlawan bagiku, tanpa seorang ibu apalah daya hidup ini. Ku usap pelan air mata yang mengalir dalam setiap doa untuk emak.
Saat itu lah aku meminta petunjuk, apa arti dari mimpiku sehingga itu terulang yang kedua kalinya. Kalau pun arti mimpi itu nyata aku memohon dalam doa agar bisa menyelamatkan sosok wanita itu.
Tak terasa pagi pun menjelang, matahari mulai terbenam menyinari seluruh dunia.
Tidak seperti hatiku yang kurang ter sinari oleh sosok wanita yang menemani.
Ahhk, ini lah akibat kelamaan jomblo. Jadi begini. Melantur.
Bersiap-siap untuk pergi bekerja, memakai kemeja yang sederhana. Karna memang hanya ini yang ku punya, bersyukur alhamdulillah. Karna di setiap jahitan terdapat keringat emak, yang susah payah membuatkan kemeja ini untukku.
Emak akan ku buktikan jika pulang nanti, aku akan memperlihatkan pada emak kalau aku bisa sukses dan membahagiakanmu mak.
Tid ... tid ...
Baru saja langkah kaki melangkah keluar rumah, terdengar suara klakson mobil di depan rumahku. Siapa pagi-pagi gini?
Saat ku lihat ternyata itu Bos Nina, dia menjemputku dengan mobil mewahnya.
"Selamat pagi Pak Haikal," ucap Bos Nina menyapaku.
"Pagi Bu!" jawabku sedikit tertohor kaget.
"Oh, ya. Mari berangkat," ucapnya mempersilahkan aku masuk.
Dunia ini benar-benar seperti mimpi. Saat itulah aku menaiki mobil yang menurutku terbilang mewah, maklum lah aku hanya pemuda kampung. Setiap yang bagus pasti di bilang mewah.
Duduk bersebelahan dengan Bos Nina.
"Pak Haikal, ini," ucap Bos Nina menyodorkan kunci.
"Ini kunci apa ya?" tanyaku.
"Ini kunci apartemen untukmu, jadi selama kamu menjadi sekretaris saya. Kamu sudah mendapatkan fasilitas untuk kendaraan dan juga tempat tinggal."
Mendengar perkataan dari sosok wanita di sebelahku membuat aku seakan tak percaya. Rasanya benar-benar bahagia.
"Terima kasih, Bu."
Sesaat mobil terhenti karna perjalanan begitu macet, aku melihat sosok pengemis yang meminta-minta pada jendela. Dengan pelan ku buka jendela mobil, mengambil uang pada saku baju. Sebenarnya uang itu untuk aku membeli baju baru, tapi tak apalah biar aku berikan pada pengemis kakek tua itu. Dia lebih membutuhkan dari pada aku.
"Ini ke."
"Terimakasih pak, semoga Allah membalas kebaikan bapak."
"Amin. Sekalian doanya biar cepat-cepat dapat jodoh. Gitu ke."
Tiba-tiba Bu Nina menertawakan ku.
"Kenapa Bu, kok ketawa. Ada yang Lucu?" tanyaku.
Bu Nina menutup mulut menahan tawanya.
"Enggak, kok."
" Pak Haikal, apa kamu tidak punya baju lagi. Perasaan baju mu kaya baju kemarin," ucap Bu Nina kepadaku.
Ada rasa malu menghantui diriku, " Oh ya, belum bisa beli baju Bu. Kan baru kerja."
"Lah, terus ngapain tadi kamu kasih uang kamu ke pengemis kalau kamu masih punya kebutuhan?"
"Kake itu lebih membutuhkan, apa lagi dia sudah terlihat tua. Untuk cari makan pun pasti dia kesusahan, mending dia punya keluarga kalau enggak. Kasian kan, Kebutuhan untuk beli baju bisa nanti lagi."
" Pak Haikal ... Pak Haikal."
Tiba-tiba Bu Nina menyuruh supir untuk putar balik mobil kearah Mall.
"Loh, bu. Bukanya kita mau ke kantor, ko malah ke mall."
"Sudah ikuti saya saja."
Aku menuruti perkataan Bu Nina, saat itulah Bu Nina mengambil beberapa baju kemeja untukku dan juga jas.
"Saya tidak mau sekretaris saya terlihat kumel, jadi kamu harus pakai baju kemeja dan jas baru ya." Ucap Bu Nina.
Aku hanya terdiam dan mengambil baju-baju yang Bu Nina ambilkan untukku.
"Oh ya, jangan senang dulu ya Pak Haikal. Ini enggak gratis nanti aku potong dari gaji kamu."
"Ya, Bu."
Aku kira gratis, tawa ku menggema dalam hati.
"Kenapa kamu senyam senyum gitu?" tanya Bu Nina. Mengerutkan keningnya.
"Saya hanya memikirkan, bagaimana kalau ibu memakai hijab. Mungkin terlihat modis," ucapku tanpa sadar. Aku segera menutup mulut. Kebiasaan yang selalu terlontar dari mulutku ceplas ceplos.
Bu Nina langsung melihat ke sisi kiri badanku melihat busana muslim yang terpajang pada patung dengan warna putih dan terlihat modis.
"Ayo kita pergi, nanti kita terlambat," ajak Bu Nina. Ia seakan mengabaikan perkataanku.
"Oh, ya Bu ayo. Aku lupa sekarang jadwal ibu menemui klien," jawabku.
Kami pun meneruskan perjalanan menuju kantor, aku melihat Bu Nina seakan menatap bajunya. Ia seakan memikirkan sesuatu.
"Apa ibu memikirkan sesuatu?" tanyaku di dalam mobil.
Wajahnya menatap ke arahku, dia menjawab." Apa saya terlihat memikirkan sesuatu."
Deg, Bu Nina malah bertanya lagi kepadaku. Membuat bibirku keluh dan terdiam.
Akhirnya sampai di kantor, untung saja kami tidak telat. Klein sudah datang.
Dengan kecerdasan Bu Nina dalam berkata, membuat para klien setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan mereka.
Gadis berbulu mata lentik berhidung mancung itu sungguh luar biasa, ia bisa membuat para klien kagum dan juga puas dalam penjelasan mengenai perusahaan.
Aku baru ingat, setelah selesai meeting. Akan menemui wanita bernama Dinda.
Berjalan menghampiri beberapa pekerja Office Boy di kantor, bertanya ke mana wanita yang bernama Dinda? Apa dia masuk bekerja hari ini? Mereka malah menggeleng-gelengkan kepala tidak tahu keberadaan temanya yang bernama Dinda itu.
Aku harus cari ke mana wanita itu? Duduk di bawah lantai luar, memegang kepala dengan kedua tangan.
"Maaf, apa bapak mencari saya?" tanya sosok wanita di hadapanku, mendengar suara itu aku langsung menatap ke arah wajahnya. Benar saja dia wanita bernama dinda itu.
Tapi kenapa matanya terlihat bengkak.
"Ya, aku cari kamu," ucapku. Menatap kedua matanya yang polos itu.
"Ada apa pak? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya menundukkan pandangan. Kulihat wanita di hadapanku seakan ketakutan.
"Tidak, kamu tidak melakukan sesuatu. Aku hanya ingin bertanya siapa lelaki yang kemarin bersama kamu?" tanyaku penasaran.
"Kenapa bapak mempertanyakan itu," jawabnya. Sedikit melirik ke arah wajahku.
Bodoh kamu Haikal, jelas dia mempertanyakan pertanyaan bodoh kamu. Ikutan urusan pribadinya dia, aku kan buka siapa-siapanya. Gerutuku dalam hati.
"Kalau tidak ada yang di pertanyakan lagi saya pergi dulu untuk bekerja kembali," ucapnya.
Aku menarik lengan sapu tangannya, yang menutup pergelangan tangan, membuat mataku membulat.
"Dinda, bekas luka apa itu?" tanyaku tanpa sadar memegang tangan kanannya. Ia menepiskan tanganku dengan kasar.
"Bapak tidak harus tahu!"
Wanita itu Berlari, meninggalkan aku yang penuh pertanyaan dan tanpa ia sadari. Dompet kecilnya terjatuh.
Memanggil namanya, namun ia sudah berlari sangat jauh.
Tanpa sengaja aku membuka dompet itu, ada ktp dan beberapa uang lembar dua ribuan.
Melihat dalam status ktpnya, ternyata dia sudah menikah.
Bagai disambar petir di siang bolong, betapa remuknya hatiku saat itu.
Wanita yang aku kagumi ternyata sudah berstatus istri orang, sial. Sungguh sial hidupku. Menyukai istri orang, tapi kenapa? lengannya penuh luka cambukkan? Apa suaminya telah menyiksa dia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments