"Oh, ya. Mau melamar kerja mas?" tanya sosok wanita di sebelahku. Kedua matanya melirik pada berkas coklat yang tengah aku pegang.
Aku menganggukkan kepala seraya menjawab," iya, mbak."
"Kebetulan di kantor tempat saya bekerja lagi membutuhkan pegawai. Siapa tahu Mas bisa melamar ke sana, saya bantu!" jawabnya. Aku sedikit melirik ke arah wajahnya, ada rasa gerah yang menghantui tubuh dan hatiku. Melihat bajunya yang menurutku terlalu minim
Membuat aku harus terus beristigfar beberapa kali. Untung saja aku hanya melirik satu kali, katanya kalau mata lelaki melihat wanita seksi dua kali itu enggak dosa. Berarti masih ada satu kali lagi.
"Benaran mbah?" tanyaku. Masih tak percaya.
Mendengar perkataan wanita di sebelahku, membuat jiwa ini tiba-tiba bersemangat. Baru mau mencari pekerjaan, eh ternyata langsung ada yang ngasih tahu. Oh senangnya.
Rezeki Emang enggak ke mana.
Dia menjulurkan tangannya mengajak untuk bersalaman dan menyebut namanya sendiri," kenalkan namaku Nia."
Aku yang tak terbiasa berkenalan. Dengan seorang wanita, langsung menempelkan kedua tanganku sendiri seraya berkata," maaf namaku Haikal."
Tangannya yang menjulur ke hadapanku, kini ia kepalkan.
"Oh, ya. Asal dari mana?" tanyanya.
"Surabaya!" jawabku.
"Oh, kenapa matanya merem gitu?" tanyanya
"Ini mbak kelilipan!" jawabku sedikit berbohong. Padahal dalam hati mataku tak kuat jika melihat wanita yang berpenampilan agak seksi. Kalau kata emak di kampung Pamali.
Entah kenapa, duduk bersebelahan bersama wanita ini. Mengingatkan aku pada wanita yang pertama kali bertemu, di dalam bis.
Dia wanita sederhana, yang membuat mata dan hatiku terpana. Tampilannya pun dalam memakai baju tidak minim, seperti wanita di sebelahku ini.
Apa kah ada harapan bertemu wanita itu lagi?
Dan mencari tahu, bekas luka apa yang berada di tangannya.
Tiba-tiba bis berhenti di sebuah perusahaan besar.
"Ayo, kita turun," ajak Nia kepadaku. Dia tiba-tiba menarik lengan. Membuat aku seketika refleks menepis tangannya yang memegang lenganku ini.
"Eh."
"Maaf mbak bukan muhrim?" jawabku. Berdiri dari kursi bis, berjalan mengikuti langkah kakinya dari belakang.
Ketika turun keluar dari bis, kedua mataku benar-benar di manjakan oleh perusahaan yang terpampang begitu megah dan besar.
"Apa mbak tidak salah membawa aku ke perusahaan besar," ucapku, pada gadis berambut pajang itu.
Nia menggelengkan kepala seraya menjawab." Enggak kok. Ini perusahaan tempat aku bekerja.
Aku berdiri mematung seakan tak percaya, apa aku bisa masuk ke perusahaan sebesar itu. Mengusap kasar wajahku, rasanya benar-benar seperti mimpi.
"Ayo," ajaknya.
Tanpa basa-basi ia menarik lenganku lagi masuk ke dalam perusahaan itu.
Saat aku masuk ke dalam perusahaan itu, semua orang menundukkan kepala, menyambut kedatanganku dan Nina. Mereka mengucap kata selamat pagi.
Seakan Nina itu adalah pemimpin perusahaan, sehingga mereka begitu menghormati kedatangan wanita berambut panjang di sebelahku.
"Oh ya, kenalkan ini adalah Pak Haikal. Hari ini dia akan bekerja di Perusahaan Permata Dirga. Sebagai sekretaris saya."
Mendengar penuturan kata Nina kepada orang-orang di kantor membuat aku sedikit syok. Apa dia tidak salah berucap, bukanya tadi dia bilang bekerja di sini. Tapi sekarang dia seakan menjadi bos di perusahaan ini.
Semua orang bertepuk tangan, menyambut kedatanganku.
"Oh, ya Pak Haikal. Sekarang kamu ikut saya ke ruangan," ucapnya. Aku hanya menganggukkan kepala, mengikuti semua perkataannya.
Setelah sampai di ruangan Nina. Wanita itu langsung menujukan ruangan untuk aku mulai bekerja.
"Jadi mbak itu, bos di perusahaan ini?" tanyaku. Yang masih tak percaya karna ini benar-benar seakan mimpi, aku yang baru saja datang dari Surabaya kini menjadi seorang sekretaris di perusahaan besar di Jakarta.
"Ya, kebetulan sekali aku lagi mecari sekretaris laki-laki yang tidak mudah tergoda. Dan benar saja aku menemukan kamu Pak Haikal," ucapnya mendekat. Menyentuh dada bidangku. Membuat tubuh ini sedikit mundur.
"Ya, sudah selamat bekerja," ucapnya melambaikan tangan. Pergi begitu saja.
Mengusap kasar rambutku, apa aku akan kuat dengan godaan bos wanita ku ini?
************
Setelah selesai bekerja, aku bergegas untuk pergi ke toilet. Rasanya tak tahan ingin membuang air kecil, dengan terburu-buru mencari toilet. Rasanya seakan tak bisa di tahan, hingga aku menabrak seorang OB wanita.
Ember berisi air untuk dia mengepel lantai berhamburan ke mana-mana, membuat lantai yang bersih menjadi kotor lagi. Karna aku yang ceroboh.
Pegawai OB itu hanya menundukkan pandangan. Aku yang sudah kebelet ingin buang air kecil, berlalu pergi tanpa meminta maaf kepadanya.
Akh biarkan saja dulu lah, nanti aku minta maaf setelah selesai buang air kecil.
Setelah membuang air kecil, aku mencari OB wanita itu. Namun, tak ku temui juga.
"Kemana OB yang tadi ya."
Hingga jam pulang pun aku tidak menemukan OB wanita yang aku tabrak tadi.
Saat menunggu bis datang, Bos Nina mengajakku untuk pulang bersama. Namun aku menolak, dengan alasan tak mau merepotkannya.
Untung saja Bos seksi itu tidak memaksa, dia berlalu pergi dengan sopirnya.
Akhirnya bis datang juga, berlari menghampiri bis hingga aku menabrak lagi seorang wanita.
"Aw," teriaknya kesakitan.
"Ya ampun mbak maaf, saya tidak sengaja," ucapku meminta maaf. Hari ini aku benar-benar ceroboh, sudah berapa kali menabrak seorang wanita.
Seketika wanita itu mengangkat wajahnya, ternyata dia wanita yang pertama kali bertemu denganku di dalam bis mobil.
Rasanya aku merasa bahagia, bisa bertemu lagi dengan wanita sederhana seperti dia di kota besar ini.
Aku melihat bulu mata lentik, dengan bibir tipis dan hidung peseknya membuat mataku tak berkedip-kedip. Sungguh indah ciptaan mu Ya Allah.
"Mas, mas," ucapnya melambai-lambaikan tangan kearah wajahku. Membuat lamunanku seketika membuyar, seraya menyebut istigfar.
"Astagfirullah. Aduh mbak maaf," mengusap kasar wajah beberapa kali. Entah kenapa mataku seakan susah mengedip.
"Mbak enggak kenapa-napa kan?" tanyaku sedikit panik.
Wanita berhidung pesek, itu menggelengkan kepala seraya menundukan pandangan.
Aku yang seakan salah tingkah mengaruk-garuk kepala belakang.
TID ... tid ...
Suara klakson bis membuat pandangan mataku pada wanita dihadapkanku ini seketika membuyar.
"Mau naik enggak, pacaran aja. Kaya sinetron." Teriak sopir bis kepada kami.
Ala si abang kaya tahu aja, pacaran ala-ala sinetron. Aku mempersilahkan wanita itu untuk naik duluan.
Sesaat menaiki bis ternyata hanya ada satu kursi yang kosong, dengan terpaksa aku mengalah. Mempersilahkan wanita itu untuk duduk di kursi, bagaimana pun wanita harus di hargai. Itulah nasehat emak kepadaku.
Aku tertawa sendiri, seakan tak percaya. Bertemu dengan wanita di sampingku lagi. Apa ini jodoh?
"Eh, om stres ya. Ketawa-ketawa sendiri," ucap salah satu anak kecil, yang duduk si sebelah kiri. Aku yang tengah berdiri, membulatkan kedua mata membuat anak kecil itu diam dan menundukkan pandangan.
Dengan kekuatan dalam hati, mulut ini mulai berani bertanya? "Maaf mbak namanya siapa ya, kalau saya boleh tahu."
Baru ada keberanian bertanya, si abang sopir bis itu, memberhentikan mobil bisnya.
Membuat wanita yang tengah aku ajak berkenalan keluar dari dalam bis. Berpamitan padaku, seraya berkata," Dinda."
Namun, setelah wanita itu keluar dari dalam mobil. Aku melihat dia di tarik paksa oleh seorang lelaki. Untuk menaiki motor.
Siapa lelaki itu? Apa dia abang ya? Tapi kenapa sekejam itu, sampai harus di tarik-tarik segala.
Saat di dalam rumah hati ini mulai bertanya-tanya, untung saja aku melihat seragam yang ia pakai. Seragam OB Perusahaan Permata Dirga, berarti dia bekerja di tempat aku bekerja.
Besok aku akan menemui dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 289 Episodes
Comments