Rumah bergaya mediteranian dan memiliki 2 lantai. Tampak sedikit aktifitas di sana. Acara hanya dihadiri oleh keluarga ke dua belah pihak, dan pengacara saja. Jadi memang nggak menyedot keramaian. Acara pun diselenggarakan di dalam rumah dengan koleksi bangku seadanya si empunya rumah.
Mobil rombongan Ken tiba. Dengar suara mobil, orang yang berada di dalam langsung pada berdiri. Setelah turun dari mobil, Ken dengan muka suntuk mengikuti yang lain. Dia berjalan di belakang. Lalu mereka tiba di dalam rumah itu. Kedatangan Ken sekeluarga disambut oleh mereka.
“Hallo...,” sapa calon mertua Ken.
“Hallo...,” balas orang tua Ken.
Setelah mereka saling berjabat tangan. Orang tua Ken memperkenalkan anak mereka. Pertama yang bontot dulu dengan keluarga kecilnya, terakhir Ken.
“Oo... Ini yang namanya Mas Ken. Wah... gagah ya...,” respon calon ibu mertua Ken memuji.
“Iya, badannya tinggi dan tegap,” tambah calon bapak mertua Ken.
Ken? Hanya tersenyum tipis saja. Lalu calon mertua Ken gantian memerkenalkan anak-anak mereka. Kecuali yang bontot masih di kamar. Calon mertua Ken memiliki 3 anak. Anak pertama dan ke dua sudah menikah. Putri anak bontot. Di sana pun, Ken dan Asri beserta suami berkenalan ke pengacara. Pengacara itu sudah hadir duluan.
Bangku sofa panjang berbentuk U sudah di isi oleh keluarga ke dua belah pihak. Kecuali calon ibu mertua Ken yang sedang membujuk anak bontotnya untuk keluar dari kamar. Pengacara duduk di bangku beda sendiri alias bangku single di samping sofa. Di depan sofa ada 2 bangku kosong yang nantinya akan diisi oleh calon pasangan.
(Gambar hanya ilustrasi)
Saat ini mereka sedang mau memulai acara. Tapi lagi menunggu dulu si Bintang Wanita bergabung. Lalu nggak lama terdengar suara penolakan dari atas sana.
“Putri nggak mau... Nggak mau...”
“Jangan gitu dong, Sayang... Kamu kan sudah janji.”
“Putri nggak mau... Nggak mau...”
“Ayo lah, Nak keluar... Nanti Nenekmu sedih loh di atas sana.”
Diingatkan itu lagi, mau nggak mau anak itu keluar. Namun dia berjalan dengan langkah ogah-ogahan, dan kepala menunduk nggak mau sama sekali melihat tamunya. Semua mata mendongak ke atas saat dua orang itu turun dari tangga. Kecuali Ken.
Setelah si Tokoh Wanita bergabung bersama mereka. Dengan memegang berkas di tangan, maka pengacara memulai acara.
“Baiklah, karena semua sudah pada kumpul. Maka saya akan membacakan isi surat wasiat ini. Kutipannya sebagai berikut : Saya yang bernama Ijah menginginkan salah satu cucu laki-laki saya menikah dengan cucu Imas. Saya yang bernama Imas menginginkan salah satu cucu perempuan saya menikah dengan cucu Ijah. Demi menjaga tali silahturahmi, dan menyatukan ikatan persahabatan kami. Kami mohon kepada salah satu anak kami bersedia memenuhi surat wasiat ini, dan juga kami meminta maaf kepada cucu kami yang menerima keputusan ini. Dikarenakan ini perjodohan, yang pastinya didasari tanpa cinta. Maka dengan sadar kami menyepakati sebagai berikut : Demi mendekatkan cucu kami yang dijodohkan, maka terlebih dahulu mereka bertunangan, baru satu tahun kemudian menikah. Tapi biar begitu mereka harus menjalani masa pengenalan selama 3 bulan dulu. Dengan tinggal di rumah orang tua salah satu pasangan. Biar apa? Karena satu tahun belum tentu mereka bisa dekat. Jadi harus didekatkan dulu dari awal. Sekiranya kalian semua berbesar hati dan lapang dada mendengar semua ini. Tolong pahamilah permintaan kami. Biar kami tenang di atas sana. Demikianlah isi surat wasiat ini. Sesuai permintaan dua orang almarhumah. Surat wasiat ini dibacakan setelah ke dua almarhumah telah tiada, dan setelah dibacakan calon pasangan langsung ditunangankan. Dan seharusnya dibacakan 3 tahun lalu. Karena Nenek Ijah dan Nenek Imas kebetulan bebarengan tutup usia 3 tahun lalu. Tapi berhubung saya mengalami 2 kali musibah. Yang pertama rumah saya kerampokan, dan yang kedua rumah saya mengalami kebakaran. Maka saya butuh waktu lama mencari surat ini. Saya selaku pengacara yang ditunjuk oleh Nenek Ijah dan Nenek Imas meminta maaf." Orang itu menundukkan kepala.
Ken sepet dengarnya. Dia baru tahu, kenapa surat itu baru diungkapkan sekarang. Pantas! Dia kena getahnya karena semua sepupunya sudah pada menikah. Coba jika diungkapkan saat itu, dia nggak akan menjalani hal ini.
Memang harusnya 3 tahun lalu diungkapkan. Cuman ya, itu karena keterangan pengacara tadi di atas. Jadinya baru sekarang ini dilaksanakan. Jadi pemilik surat wasiat itu ada dua. Yaitu nenek Ken dan nenek Putri. Dan ke dua belah pihak keluarga sudah tahu isi surat wasiat itu. Karena sebelumnya sudah menerima salinannya. Karena itu jangan heran, sebelum acara mereka sudah pada paham. Dan juga jangan heran, rumah orang tua Ken dijadikan tempat masa pengenalan Ken dan Putri selama 3 bulan di sana. Karena sebelumnya sudah ada pembicaraan antar orang tua. Cuman ya, tetap saja biar terlihat sah! Pas acara surat wasiat itu harus dibacakan oleh pengacara. Karena memang selanjutnya Ken dan Putri langsung bertunangan.
Nenek Ijah adalah ibu dari ibu Ken. Yang memiliki 3 anak, dan saat ini satu-satunya cucu cowok yang belum menikah adalah Ken. Sedangkan nenek Imas adalah ibu dari calon ibu mertua Ken, dan disana saat ini satu-satunya cucu perempuan yang belum menikah adalah Putri.
“Karena cucu-cucu yang lain telah pada menikah. Dengan ini keluarga besar ke dua belah pihak telah menyepakati. Bahwa mau nggak mau yang menerima surat wasiat ini adalah anak dari Ibu Murni dan anak dari Ibu Wati. Anak yang menerimanya adalah Kenadi Kusnadi dan Putri Amelia. Dan berhubung Putri Amelia baru berusia 17 tahun. Dan kebetulan didalam wasiat ini menginginkan calon pasangan menjalani pertunangan dulu selama 1 tahun. Dan pas juga, dalam undang-undang usia Putri Amelia masih di bawah umur. Maka pernikahan akan dilangsungkan saat Putri Amelia genap berusia 18 tahun. Dan sesuai permintaan dua orang almarhumah setelah pembacaan surat wasiat ini. Maka pada hari ini tanggal xxx dengan dihadiri oleh keluarga ke dua belah pihak, dan disaksikan oleh saya sebagai pengacara. Kenadi Kusnadi dan Putri Amelia melangsungkan pertunangan,” lanjut pengacara.
Nama ibu Ken adalah Murni. Nama calon ibu mertua Ken adalah Wati.
Bapak Ken meletakkan kotak cincin di atas meja. Cincin yang telah dipersiapkan oleh orang tua Ken untuk acara hari ini. Maklum, kalau Ken mana mungkin menyiapkan.
Ken dan Putri dipanggil ke depan oleh pengacara untuk mengisi 2 bangku kosong. Mereka pada berdiri dengan muka tidak sedap dipandang. Pengacara meminta Ken memasangkan cincin ke jari manis Putri. Ken mengambil kotak, dan membukanya. Putri buang muka memberi tangan kanannya. Ken memasang cincin dengan menundukkan kepala tanpa mau melihat gadis di sisinya. Maka dengan ini pengacara menyatakan pertunangan mereka sah sesuai keinginan dua orang almarhumah. Semua yang hadir di situ pada tepuk tangan. Kecuali Ken dan Putri memasang senyum pahit.
Prok! Prok! Prok!
Selanjutnya masuk ke sesi photo. Pasangan yang baru bertunangan itu disuruh mendekat. Dengan muka masih masam mereka mendekat. Namun yang satu mukanya ke kiri, yang satunya lagi ke kanan. Alias pada nggak mau lihat kamera. Karena memahami situasi, kakak tertua Putri yang ditunjuk memotret, tetap membidik.
Jepret!
Lalu masuk ke acara santai. Hidangan lezat telah disiapkan oleh pihak keluarga Putri di meja makan dari pembuka hingga penutup. Semua pada mengantri, kecuali Ken dan Putri nggak tertarik sama sekali. Ken tetap tidak bergerak dari tempat duduk awalnya. Begitu pula Putri tetap duduk di sudut ruangan. Seusai sesi photo, mereka tadi pada bubar.
Ibu Ken datang membawa sepiring makanan dan segelas minuman. Karena tahu anaknya pasti nggak ada selera makan. Dia inisiatif sendiri menyiapkan. Di belakang, anak bontotnya menyusul. Kemudian ibu tua itu meletakkan apa yang di bawanya di depan putra pertamanya, dan duduk. Di susul oleh Asri kemudian.
“Mas... Jangan cemberut gitu dong, Mas...”
"....." Ken tidak membalas.
“Ibu kan, nggak bisa perbuat apa-apa. Masa, Ibu harus marahi nenekmu yang sudah gak ada. Kalau surat wasiat itu dibacakan pas nenekmu masih hidup, pasti Ibu dan saudara-saudara Ibu pada menentang. Tapi kan, ini masalahnya lain.”
"..... "
“Itu di makan ya. Ibu bawain untuk kamu.”
'....." Ken tetap diam.
“Ayo dong, Mas... Jangan gini dong, Mas... Ibu kan, jadi nggak enak lihat kamu begini. Ya, Ibu tahu. Kamu yang ketumpuan atas wasiat itu. Tapi sekali lagi, Ibu kan nggak bisa perbuat apa-apa.”
Ken masih dengan kebisuannya. Ibunya mendesah. Namun tak lama berkata...
“Lagian, Putri juga cakep kok Mas. Imut-imut! Pasti cocok sama Mas."
“Bu!" Asri menyenggol lengan.
Perkataan Ibunya sungguh nggak pas diucapkan ke kakaknya yang saat ini lagi senewen. Ibunya berdehem kecil untuk sekedar mengembalikan fokusnya. Maklum, saking senangnya pertunangan ini berhasil. Sesaat jadi lupa diri.
"Ehem!"
Sementara itu disudut lain, terjadi juga hal sama. Mami Putri dan kakak-kakaknya lagi merayu Putri makan.
“Putri... Jangan cemberut terus dong, Nak... Ayo, dong makan,” rayu maminya.
“Iya, Put. Lagian, Mas Ken ganteng kok dan gagah lagi,” tambah kakak pertama Putri yang bernama Bobi. Yang berjenis kelamin cowok.
“Dan berpangkat juga. Susah loh cari calon kayak gitu. Kamu beruntung Put. Kalau Kakak belum nikah. Pasti Kakak yang maju, nggak perlu kamu,” imbuh kakak ke dua Putri yang bernama Sisil. Yang bergender cewek.
"....." Putri tetap malas meladeni.
Sementara itu disudut lain lagi. Bapak-bapak, dan pengacara, lagi menyantap hidangan sambil berbisik-bisik.
“Rencana kita berhasil, Bung!" senang bapak Ken ke calon besannya.
“Iya. Wah... Nggak lama lagi kita besanan nih!”
“Kalian nggak ngucapin ke aku?” protes pengacara.
“Tentu dong...,” jawab dua orang itu bebarengan.
“Tanpamu, apalah artinya kita ini,” tambah calon bapak mertua Ken.
“Aku sebenarnya rada jantungan tadi di depan. Takutnya anakmu curiga,” ujar pengacara ke bapak Ken.
“Sama! Pas kamu baca surat wasiat itu aku pun jantungan. Maklumlah, anakku sudah matang jadi susah ditipu-tipu.”
“Tapi buktinya ketipu tuh! Haha...," kelakar calon bapak mertua Ken.
“Iya sih! Haha..." Bapak Ken jadi ikut tertawa.
“Sssttt...!" tegur pengacara, untuk tawa mereka karena jadi lepas kontrol.
"Oh iya!" Dua orang itu langsung pada mingkem.
“Eh, tapi, ingat! 1 tahun apapun bisa terjadi. Kalian harus bisa buat mereka berdua aman terkendali loh! Jangan sampai terjadi masalah di antara mereka sampai hari H."
Pengacara itu mengingatkan agar mereka jangan senang dulu. Ya! Karena perjalanan menyatukan dua orang itu sampai menikah masih panjang.
‘Iya,” angguk dua orang itu serempak.
Jadi surat wasiat itu adalah akal-akalan mereka. Mereka sudah merencanakan itu jauh hari. Pengacara itu terlibat karena teman sekolah mereka. Dalam hal ini juga diketahui oleh adik Ken dan kakak-kakak Putri. Karena itu mereka turut mengambil peran. Dengan salah satunya menghadiri acara ini. Sungguh, malangnya Ken dan Putri. Dua orang itu dijadikan tokoh utama sandiwara keroyokan mereka.
**********
“Duh... Maaf ya. Anakku kayaknya gak bisa ikut deh! Susah sekali dirayunya. Malah nggak lama kamarnya di kunci. Padahal semalam bajunya sudah disiapin, dan dari kemarin juga sudah setuju. Entah kenapa, dari pagi dia rewel. Makanya tadi susah diajak gabung pas mau pembacaan wasiat," tutur calon ibu mertua Ken, bernada tak enak.
Saat ini keluarga Ken sudah bersiap mau pulang. Mereka sudah pada di mobil, kecuali orang tua Ken di luar bersama calon mertua Ken. Memang seharusnya sehabis acara Putri ikut bersama mereka. Tapi sepertinya tidak.
"Duh... Maaf ya, jadi melanggar isi surat wasiat nih!" ucap ibu tua itu lagi.
“Ya, mau gimana lagi... Namanya anaknya masih kaget." Ibu Ken memaklumi.
“Atau nanti gini aja. Kalau Putri sudah siap, nanti kami bawa ke sana,” tukas calon bapak mertua Ken.
“Ya udah, gitu aja. Ya sudah, kami pamit ya,” ujar bapak Ken.
“Maaf nih ya,” ulang calon mertua Ken.
“Iya... Nggak apa-apa. Santai aja," balas orang tua Ken.
Setelah saling melambaikan tangan lalu mobil melaju pergi. Dalam perjalanan Ken bernafas lega. Untunglah anak itu nggak ikut. Yahhh... Memang ini hanya berlaku sebentar, nanti anak itu juga akan datang. Tetapi setidaknya untuk saat ini dia tidak dihadapkan lagi oleh hal-hal menyebalkan ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kalau suka novel ini. Kasih rating bintang 5, like & komen. Tinggalkan jejakmu ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
" Ira_W "
okhhh ternyata biang keroknya adalah trio Wek Wek....😆
2022-05-11
0
ARA
ternyata persekongkolan bapak2 calon pengantin😜😂😂😂
2021-10-19
0
Runa💖💓
keegoisan orangtua
2021-08-10
0