lni adalah cerita sebelum terjadinya pertunangan antara Ken dan Putri. Jadi kita mundur ke belakang sebentar dulu ya, Gengs... Soalnya biar kalian nanti paham jalan cerita keseluruhannya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
1 BULAN SEBELUM PEMBACAAN WASIAT
Disuatu gedung nan megah yang diperuntukkan untuk pertemuan. Beberapa saat lagi akan diselenggarakan acara. Kain, balon, bunga, pernak-pernik warna-warni bertebaran menghiasi sana-sini. Gak luput buffet, gubukan, bangku-bangku, sound system, alat band, serta spanduk yang bertemakan temu kangen alumni xxx terpajang megah di atas panggung.
Wajah-wajah keriput, ada juga yang bisa merawat diri alias tante-tante dan om-om necis. Sudah mulai berdatangan memenuhi acara. Mayoritas dari mereka pada menjerit histeris. Maklum, karena sudah lama gak ketemu kawan lama. Namun juga ada yang bereaksi kalem.
Ibu dan bapak Ken salah satu di antara tamu yang hadir. Sesudah berheboh-heboh ria, saat ini dua orang itu lagi mencari dua sahabat mereka yang puluhan tahun lepas kontak. Dulu mereka kalau pacaran selalu berempat. Sejak lulus SMA karena alasan yang satu pindah rumah, yang satu lagi kuliah di luar kota. Akhirnya mereka jadi berpisah. Dengar-dengar, 2 orang itu menikah.
Dari semua batang hidung yang dilihat tidak ada wajah si Wati dan si Bimo. Ibu dan bapak Ken mulai lemas. Menduga, sepetinya mereka nggak datang. Padahal mereka kangen sekali. Selain itu, ada yang ingin mereka bicarakan. Namun tiba-tiba ada yang menepuk pundak mereka. Membuat mereka jadi pada menoleh.
“Loh!” kaget bapak Ken.
“Hallo....,” sapa Wati dan Bimo. Rupanya yang menepuk orang yang dicari mereka.
“Hai...,” riang ibu Ken.
“Astaga.... Kirain nggak datang,” ujar bapak Ken.
“Hadir dong...,” balas Bimo.
“Gila! Akhirnya kita pada jodoh ya.”
“Iya, gak nyangka ya. Padahal dulu kita pacaran masih cinta-cintaan monyet.”
“Haha...,” tawa mereka.
“Ya ampun... Kangen banget deh!" Wati memajukan mukanya.
“Sama! Akhirnya kita ketemu ya Wat, setelah puluhan tahun."
Ibu Ken turut memajukan mukanya demi membalas ciuman pipi dari sahabatnya. Kemudian mereka lanjut cipika cipiki ke yang lain. Lalu orang tua Ken memperhatikan wanita muda di belakang dua orang itu. Nah, ini nih! Yang mereka mau tahu. Nggak nyangka, belum juga mereka bicara malah sudah dikasih lihat duluan.
“Wah... Siapa ini?” tanya ibu Ken.
“Kenalkan...” Wati menarik tangan anaknya. “Ini anakku, Sisil.”
“Hallo... Om... Tante..." Sisil mengulurkan tangan.
“Hallo..." Orang tua Ken menjabat tangan, sembari mengamati dari ujung kaki sampai kepala.
“Wah... Cantik ya,” puji ibu Ken.
“Iya, anggun lagi,” tambah bapak Ken.
“Siapa dulu dong, ibunya..." Wati memuji diri sendiri.
“Haha...,” tawa mereka.
“Eh, anakku nggak bisa lama nih! Dia cuman nganterin aja." Bimo memberi tahu.
“Oh! Iya, iya,” ucap orang tua Ken.
“Sisil pamit ya, Om... Tante..." Sisil pamitan.
“Iya, iya, Nak,” balas orang tua Ken bebarengan lagi.
“Bentar ya, kita antar anak kita dulu ke depan,” ujar Bimo.
“Oke! Oke!” angguk dua orang itu lagi.
Lalu sepeningggal mereka, orang tua Ken saling lihat-lihatan. Akhirnya apa yang mereka harap jadi nyata. Nanti tinggal bicara saja dengan Wati dan Bimo.
Jadi mereka itu ingin menjodohkan anak mereka. Mereka sudah merencanakan beberapa bulan lalu. Tapi gak dapat yang cocok. Pencarian mereka malah terjawab saat menerima kartu undangan acara ini.
Setelah menunggu, rupanya orang tua Ken tidak bisa bicara. Ya, namanya lagi ada acara begitu pastinya nggak bisa leluasa. Karena itu untuk membicarakan hal itu. Keesokan harinya orang tua Ken menghubungi lewat sambungan telepon. Mereka berbicara dengan mode loud speaker biar semua bisa bicara. Namun setelah orang tua Ken bicara mengenai niat mereka. Rupanya tak berbuah manis.
“Hah! Anakmu si Sisil sudah menikah?!” Ibu Ken terpana.
“Iya, Mur. Adanya yang bontot tapi masih kelas 3 SMU. Gimana, kalian mau nggak? Aku sih nggak masalah. Suamiku juga pasti nggak masalah. Iya kan, Pi?” Wati ditengah bicara melempar pertanyaan ke suaminya.
"Iya,” angguk Bimo.
“Malah kami senang anak kita dijodohkan. Tapi ya itu, adanya yang kecil,” lanjut Wati.
“Mm... Gimana ya." Ibu Ken bingung, lalu melihat suaminya minta pendapat.
“Ya sudah, gak apa-apa. Nanti lusa kita ketemu di restoran ya. Nanti kukirim alamatnya. Nanti di sana juga kita ketemu Arya," tandas bapak Ken.
“Arya? Siapa tuh?” Wati mengeryitkan alis.
"Oo... Si Arya anak ketua yayasan itu?" sahut Bimo.
“Iya," balas bapak Ken.
“Wah... Apa kabar dia?”
“Baik. Sekarang dia jadi pengacara.”
“Wow... Hebat tuh anak! Tapi mau ngapain dia ikut?”
Tentu heran ya, karena pertemuan mereka seharusnya berempat. Jadi apa kepentingan Arya ikut? Arya adalah kakak kelas mereka. Istri-istri mereka kurang akrab. Jadi wajar, mami Putri tadi begitu mungkin karena dia lupa. Ibu Ken juga saat suaminya mengajukan ingin melibatkan Arya dalam rencana mereka awalnya sempat bingung. Tapi setelah dijelaskan ciri-ciri Arya baru ingat.
“Nanti akan dijelaskan semuanya di sana,” ucap bapak Ken.
“Oo... Gitu. Oke deh! Ya udah, kita tunggu alamatnya.”
“Iya, nanti kukirim.”
Klik!
Setelah telepon mati, Ibu Ken angkat bicara atas keputusan suaminya. Tentang anak Wati dan Bimo yang bontot.
"Tapi Pak, anak itu masih kecil loh!”
“Nggak apa-apa. Wong anaknya juga dikit lagi mau lulus sekolah kok!"
“Oh iya ya. Ibu tadi nggak kepikiran anaknya kelas 3 SMU.” Ibu Ken tersadar.
Memang seharusnya nggak masalah. Karena dalam rencana mereka ingin menunangkan dulu 1 tahun baru dinikahkan.
“Lagian, dari pada kita cari orang lain lagi. Kan tahu sendiri gimana susahnya.”
Biar mereka ingin anak mereka cepat nikah. Bukan berarti mengobral anak mereka ke sembarang orang. Yang tidak tahu bobot, bibit, dan bebetnya. Jadi sebelum mereka dapat undangan temu kangen itu. Mereka berdua pada sibuk mencari calon untuk Ken.
Singkat cerita, disebuah restoran di tengah kota mereka semua bertemu. Wati akhirnya ingat siapa Arya setelah ketemu. Lalu usai mereka basa-basi sebentar, orang tua Ken bicara mengenai asal muasal kenapa mau menjodohkan anak mereka ke mereka.
Jadi sejak ditinggal kekasihnya 5 tahun silam, anak mereka nggak ada pacaran lagi. Sejak saat itu juga anak mereka jadi dingin. Seperti menyalahkan diri sendiri atas kematian pacarnya. Sebagai orang tua tentu mereka sangat khawatir. Wati dan Bimo turut prihatin. Sebagai orang tua mereka pun memahami kegelisahan yang dirasakan sahabat mereka.
“Kita sih nggak masalah. Apa lagi kita ini sudah bersahabat sejak lama. Lagi pula, anak kalian sudah matang, dan berpangkat lagi. Orang tua mana sih yang gak mau dapat calon mantu kayak anak kalian. Kita rela deh anak kita masih muda sudah dinikahkan. Toh, belum tentu juga anak kita nanti dewasa dapat calon bagus. Tapi masalahnya anak kita itu pemalas, manja dan ceriwis loh! Takutnya anak kalian nanti nggak suka," respon Wati.
“Iya, maklumlah anak bontot. Ini salah kita sih sebagai orang tua terlalu memanjakan,” tambah Bimo.
“Santai saja, anakku juga sifatnya rada nggak beres. Tadi kan kalian dengar, anak kita berubah dingin sejak ditinggal kekasihnya. Malah menurutku bagus loh! Dingin ketemu ceriwis. Klop! Haha...,” ujar bapak Ken diiringi tawa.
“Iya ya. Haha...,” tawa yang lain.
“Eh, tapi ngomong-ngomong hebat juga ya kalian. Anak kalian ada yang jadi tentara. Perwira lagi." Bimo memuji.
“Siapa dulu dong, Bapaknya..." Bapak Ken menyombongkan diri.
“Ibunya nggak, Pak?” protes ibu Ken ke suaminya.
“Iya dong, Ibunya juga.”
“Haha...,” tawa mereka lagi.
“Eh, udah, udah! Kita berhenti dulu ketawanya. Karena kalian sudah pada bicara. Sekarang waktunya aku bicara,” ucap Arya.
“Oh ya! Gimana? Gimana? Gimana?” tanya Wati dan Bimo.
Arya menjelaskan rencana orang tua Ken yang bentuknya berupa wasiat, dan dia ikut andil didalamnya dengan menyumbang beberapa ide.
“Wah... Kebetulan banget Ibuku sudah nggak ada 3 tahun lalu loh!" respon Wati.
“Masa?” Ibu Ken mendelik.
“Iya!"
“Loh! Kok bisa kebetulan gini ya."
“Berarti mereka jodoh!” seloroh Arya.
“Haha..." Mereka tertawa lagi.
“Berarti aku harus bilang hal ini ke saudara-saudaraku dong. Sama sepupu-sepupu anakku. Takutnya nanti anakku nanya lagi ke mereka,” ucap Wati.
“Iya, kamu bilang aja. Kalau aku sih udah bilang,” ucap Ibu Ken.
Untuk diluar dari mereka hanya sekedar diberi tahu untuk menguatkan rencana. Karena nanti yang mengambil peran sampai hari H, Ibu dan Bapak Ken dengan adik Ken. Wati dan Bimo dengan kakak-kakak Putri.
"Tapi kebetulan juga sepupu-sepupu anakku yang cewek sudah pada nikah semua loh!" ujar Wati, memberi tahu lagi.
"Hah?! Masa?" Ibu Ken kaget lagi, dan kali ini dibarengin suaminya.
"Iya!" angguk Wati.
"Berarti mereka benar-benar jodoh!" seloroh Arya mengingatkan itu lagi, sambil tertawa.
"Haha..." Mereka tertawa lagi.
“Kalau kita memang buat rencana gitu, Wat. Karena kita tahu sepupu-sepupu anakku sudah pada nikah semua. Jadi biar anakku gak ada celah buat nolak wasiat itu. Biar habis perkara," ucap ibu Ken.
“Wah... Benar-benar hebat kalian! Udah direncanakan dengan matang," geleng Bimo.
"Ya, maklumlah! Kalau gak gitu, anak kita nggak nikah,” balas bapak Ken.
"Iya sih!"
“Ibumu namanya siapa, Wat?” tanya Arya.
“Imas.”
“Terus nama anakmu? Dan umurnya?”
“Putri Amelia. Umurnya 17 tahun.”
“Wah, pas banget ini. Sesuai rencana kita, mereka harus tunangan dulu kan. Dan kebetulan juga, pas dinikahkan Putri sudah lepas dari anak dibawah umur."
"Kok, bisa gitu ya?" Empat orang itu heran lagi, karena dari tadi pas melulu.
"Ya, berarti mereka benar-benar jodoh lah! Haha..." Arya mengingatkan tentang itu lagi, sambil tertawa.
"Haha..." Mereka langsung pada tertawa.
“Tadi malam sebenarnya aku dan Wati sudah bicara. Rencananya mau bilang ke Adit dan Murni. Maunya anak kita dinikahin pas lulus sekolah aja. Tahunya pas ke sini ada wasiat," ucap Bimo. Adit adalah nama Bapak Ken.
"He..." Orang tua Ken cengengesan.
“Oke! Nanti semua aku masukin ke berkas." Arya berbicara untuk semua jawaban Wati tadi.
“Oh ya, Wat. Nama Ibuku Ijah, dan nama anakku Kenadi Kusnadi panggilannya Ken. Biar kalian tahu,” ujar Ibu Ken, dan juga melempar pandangan ke Bimo.
“Oke!" jawab mereka.
“Wah... Nanti kita besanan nih!" senang Bimo.
“Makanya, ini harus berhasil!" tukas bapak Ken.
“Nanti kalau ditengah jalan ketahuan mereka gimana?” cemas Bimo.
“Asal mereka sudah saling jatuh cinta. Ketahuan juga gak apa-apa kali... Haha...,” seloroh Arya.
“Iya, benar, benar,” sependapat yang lain.
“Haha...” Mereka jadi tertawa bersama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
ibune Aldo
wkwkwk, adanya yang kecil.. ngerasa kayak beli barang ya, emak bacanya 😂😂😂
2021-08-13
0
cella_cuteee
ahahahha.... kocak nih para bapak n emak2 nya 🤣😂😂😂😂😂
2021-03-04
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tonggalkan jejaak🤗
tkn prfil q ajaa yaa😍
vielen danke😘
2020-10-20
0