CINTA SEHITAM ARANG

CINTA SEHITAM ARANG

mentari di kegelapan

Suara gemercik air ini yang selalu menemani hari-hariku, aku tidak tau ini hari apa dan tanggal berapa. Semuanya terasa sama kegelapan ini membuatku terus sendiri, duduk dipinggir sungai ini, lebih baik bagiku jauh dari ejekan orang.

Namaku Qia umur 23 tahun yatim piatu rambut panjang, kulit putih, tinggi 160 kata orang aku sangat cantik .

Ibuku meninggal diumurku yg ke 12 tahun dan ayah menyusul empat tahun kemudian, aku terlahir normal tapi diusia delapan tahun mengalami sakit yang tak kunjung sembuh dan mengakibatkan kehilangan penglihatanku. Aku ingin sekali melihat tapi apalah daya kini aku hidup sebatangkara digubuk reotku mustahil ada keajaiban.

"QIA.....Qia.......Qia."

Suara itu tidak asing Nenek adalah tetanggaku orang yang sangat baik, setiap hari dia mengantarkan makanan dan mengurusi segala keperluanku. Setelah Ayah dan Ibuku meninggal dialah orang yang merawatku.

" iya Nek ada apa?'' jawabku.

"Apa kamu sudah makan? Nenek bawakan makanan untukmu, pulanglah hari sudah mulai gelap."

Akupun bediri dan bergegas pulang tanganku di tuntun Nenek sampai kerumah, jarak dari sungai kerumah kira-kira 20 meter, Setiap hari aku selalu ke sungai untuk mandi juga mencuci pakaian bahkan terkadang untuk minum karna jarak sumur lumayan jauh dari rumah ku.

Aku sudah terbiasa berjalan sendiri tanpa tongkat ataupun bantuan orang lain, keadaan ini memaksaku untuk bisa mandiri .

Rumah ini adalah peninggalan orang tuaku satu-satunya, rumah panggung dengan anak tangga lima.

krukkkk.........krukkkkkkk......(suara perutku)

Aku membuka bungkus nasi yg di tanganku, selesai makan aku duduk di tangga merasakan dinginnya angin malam.

Dalam keheningan malam rasa rindu ini selalu ada, ibu ayah seandainya kalian ada pasti dunia bisa ku nikmati. Kenangan masa kecil itu yang menemaniku, setiap malam aku bermimpi dan berharap ketika aku bangun aku bisa melihat dunia ini, dan ada dipangkuan ayah dan ibu. Aku sangat kesepian andai saja ada yang mau mendengar keluh kesahku tanpa mengkritik sepatah katapun, pasti hidupku akan lebih berwarna dalam kegelapan ini.

Walau hanya sekilas aku tidak berani bermimpi tentang masa depanku, semuanya akan seperti ini sampai ajal menyemput.

ohhh aku sangat menginginkan kematian itu segera memnghampiri, tanpa bertanya sedikitpun aku sudah mengiklaskannya.

Aku melalui malam-malamku setiap hari seperti ini hingga aku tertidur.

...****************...

"TOK TOK TOK"

Aku terbangun mendengar suara dan ketukan pintu ternyata nenek mengantar makananku.

"Qia, kamu belum bangun ya? ini sudah jam 06.00 wib sudah pagi," ujarnya.

"Baru bangun Nek tadi malam tidak bisa tidur."

"Duduklah sebentar Nenek mau bertanya mana tau kau berkenan," sambil menepuk lantai.

"Ada apa Nek? apa perbuatan Qia ada yg salah?"

"Tidak! Qia tadi malam ada pemuda yang sedang mencari calon istri dari tingkah lakunya ia orang baik. Bagaimana menurutmu?''

"ohw!" Ucapku tanpa berkata apapun.

"Jika ia menyukaimu apa kamu akan senang?'' Tanya Nenek kembali.

"Saya tidak pantas nek! lebih baik ia mencari gadis lain saja.''

"Kamu jangan berkecil hati tetap percaya bahwa semua akan ada masanya, Qia Nenek sudah tua tidak mungkin selamanya aku bisa menjagamu, lalu siapa nanti yang akan merawatmu?'' Kata-kata itu membuat hatiku sakit.

"Sudahlah Nek! aku tidak ingin berharap apapun dalam kehidupan ini..." Aku terdiam.

"Bagaimana jika ia mau menerimamu?''

"Tidak ada laki-laki sempurna yang mau menerima gadis buta nek biarkan itu berlalu, aku mau pergi kesungai," ucapku mengalihkan pembicaraan kami.

Nenek pun langsung pulang mungkin ia sangat kesal mendengar jawabanku.

Selangkah demi selangkah aku berjalan sambil berfikir, apa mungkin ada yang mau menanggung hidupku? jika tidak bagaimana dan siapa nanti yang akan menjagaku?

Lalu jika ia laki-laki sempurna apa yang ia liat dariku? pertanyaan demi pertanyaan itu muncul dibenakku.

Duduk dipinggir sungai dengan derasnya air seakan mewakili rasa bimbang dalam hati dan fikiranku. Di dalam hati mengatakan ia tapi fikiran sebaliknya menolak dan tak ingin berdamai dengan hati.

Perkataan Nenek tadi membuat ku tak bisa memikirkan hal lainnya, aku mencoba menjauhkannya tapi semakin aku berusaha semakin melekat difikiranku.

"Ka Qia! ka...ka..." ia adalah cucuk nenek namanya jannah umur 10 tahun.

"Ada apa jannah?'' jawabku.

"Ka, Nenek memanggilmu kerumah, paman yang tampan itu datang lagi,"ucapnya dengan nada mengejekku.

"Ahhh! kamu bisa aja...''Gumamku.

Kami berjalan perlahan sambil memegang tanganku, ia terus bercerita mengungkapkan isi hatinya, ia begitu senang Andai saja aku tidak pernah besar mungkin aku juga akan seperti jannah Bahagia tanpa beban sedikitpun, dan orang tuaku tetap ada disisiku.

"Nek kami datang, dimana paman tampan itu?'' Ujarnya cekikikan.

"Ia sudah pergi tadi ia sangat buru-buru, duduklah Qia disini," panggil Nenek.

Jannah pun pergi bermain dan meninggalkan ku dengan Nenek .

"Qia tadi Nenek sudah menceritakan tentang kehidupanmu kepadanya, ia tidak masalah dengan segala kekuranganmu dia ingin bertemu secepatnya."

"Hmmmmmmm..."aku hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.

"Laki-laki itu itu sangat baik,Tampan, kulit sawo matang, rambut pendek, tinggi 165cm dan ia sangat sopan." Ucap Nenek.

"Dia begitu sempurna Nek memikirkannya saja aku takut,"ujarku.

''Mungkin dialah orang yang akan membahagiakanmu dan merawatmu setelah kematianku, kau tidak boleh keras kepala dengarkan kata-kataku ini.''

''Akan aku pertimbangkan dulu, aku sangat tidak ingin menjadi beban orang lain.''

''Lalu apa kau bisa mengurus dirimu sendiri setelah aku mati? apa yang akan kau lakukan?''

Aku pergi dengan perasaan yang bercampur aduk air mataku terus mengalir aku sangat membenci diriku sendiri.

Apa salahku sehingga dunia ini menghukumku, wanita buta seperti ku hanya bisa berharap belas kasihan orang lain.

Sesampainya dirumah kata-kata Nenek tadi terus memenuhi fikiranku, aku sangat bimbang apa yang aku harus kulakukan.

Jika aku terima bagaimana nanti akan mengurus rumah tanggaku, tapi klo aku tolak akan menjadi beban seumur hidup untuk Nenek dan setelah itu apa yang akan terjadi?

Aku memejamkan mataku dengan air mata yang membasahi bantalku, berharap semua hanya mimpi belaka.

Qia kau wanita yang kuat, beberapa tahun kau bisa menghadapai masalah sekarangpun kau pasti bisa.

Aku seperti orang gila yang memberikan kekuatan untuk dirinya sendiri, jika tidak orang-orang hanya akan membuat rasa sakit ini semakin dalam.

Bersambung.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!