Keesokan harinya aku bangun pagi seperti biasa, tapi Andri sudah ada didepanku ia duduk dikursi sambil menungguku bangun.
"Selamat pagi." Ucapnya.
"Pagi (sambil mengusapkan tanganku diwajahku)
Ko kamu disi Andri?''
"Aku sengaja menunggumu bangun, ada berita yang sangat baik untukmu apa kamu siap mendengarnya?" Ia begitu bersemangat.
"Berita apa Andri, cepatlah katakan! aku sudah tidak sabar?'' jantungku berdetak sangat kencang.
"Donor mata yang aku katakan sudah ada, hari ini juga kau akan menjalani operasi donor mata?''
"Betulkah?'' ucapku dengan nada tidak percaya.
"Sebentar lagi kau akan melihat dunia ini, kau akan sama dengan orang-orang."
Mendengar kata-katanya air mataku mengalir deras.
"Ehhh...ko kamu nangis? ada yang salah dengan kata-kataku?"
"Sebenarnya aku sangat senang dengan berita ini, tapi jujur saja Andri aku masih takut di khianati."
"Qia aku tau kau masih belum percaya kepadaku, tapi mungkin suatu saat kau akan mempercayaiku."
"Maafkan aku Andri? aku tau kamu orang baik tapi entah kenapa hati ini sangat susah berdamai dengan fikiranku."
"Ok baiklah! sekarang saatnya kita ke rumah sakit sebelum lewat jadwalnya, bersiap-siaplah aku tunggu didepan."
Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar Andri langsung memegang tanganku, sambil menuntunku berjalan dan masuk kedalam mobilnya.
"Qia tenanglah aku tidak akan menyakitimu," kata-kata itu kembali aku dengar.
Aku memang sangat takut, aku takut kejadian yang dulu itu terulang kembali aku pun hanya diam saja.
"Supaya kamu rilex aku nyalakan musik, lagu apa yang kamu suka?''
"Terserah saja Andri, aku ikut aja bahkan sudah lama aku tidak mendengar musik."
"Baiklah klo begitu siap-siap kita akan meluncur." Ia tertawa kecil untuk mencairkan suasana.
Sebenarnya aku bimbang dengan kata-katanya aku takut donor mata hanya alasan untuk bisa mempergunakanku. Tapi satu sisi aku tidak ada pilihan untuk menolaknya semoga saja ini sesuai dengan harapanku.
Setelah lumayan jauh diperjalanan akhirnya sampai juga.
"Kita sudah sampai, tunggu sebentar."Ia turun dari mobil dan membukakan pintu lalu menyuruhku duduk dikursi roda.
Sambil mendorongku ia terus menyemangatiku, hingga akhir kami memasuki satu ruangan.
"Pagi dokter." Kata Andri.
"Pagi juga dokter Andri," jawab sang dokter.
"Dok! ini teman yang saya ceritakan Namanya Qia," ia memegang pundakku.
"Hay dok namaku Qia,"ucapku.
"Qia saya dokter Irwan, Apa kamu sudah siap?'' Ujar pak dokter.
"Saya sudah siap Dok." Ya tuhan aku tidak percaya beberapa langkah lagi aku akan bisa melihat semuanya.
Setelah bertemu dengan dokter Irwan rasa bimbangku sedikit berkurang, walau belum bisa mempercayai perkataan Andri sepenuhnya tapi setidaknya keraguan itu mulai terkikis.
"Qia operasi ini tidak selalu berhasil, jika nanti hasilnya tidak sesuai yang kamu inginkan. Apa kamu siap dengan segala resiko kegagalannya?" Ujar dokter irwan.
"Ia dok! aku siap dengan semua resikonya." Jawabku dengan sangat yakin.
Kemudian dokter irwan dibantu beberapa dokter dan suster, menyiapkan semua keperluan saat operasi. Yang aku dengar dari pembicaraan mereka ada enam orang dokter yang terlibat salah satunnya termasuk Andri.
Pakainku pun di ganti dengan pakaian rumah sakit oleh suster setelah itu dilakukan beberapa tes.
"Qia kamu harus yakin ya operasi ini akan berhasil, karna yang jadi penentu berhasil atau tidaknnya adalah kepercayaan dan semangatmu. " Ucap andri.
Setelah itu aku memasuki ruangan operasi dan aku tidak tau selanjutnya apa yang terjadi, ketika aku bangun aku sudah keluar dari ruangan dengan kedua mataku diperban.
"Dokter...dokter..." Aku terbagun setelah operasi.
"Aku disini Qia, aku Andri,''
''Andri...apa kamu dengar aku? aku dimana apa operasinya berhasil?''
"Semuanya berjalan dengan sangat baik, sekarang kita tinggal menunggu beberapa hari lagi sampai perbannya dibuka, istrahatlah!'' ucapnya.
Aku sungguh tidak sabar ingin secepatnya melihat. Detik demi detiknya terasa begitu lambat beberapa hari ini, hingga akhirnya hari demi hari ku lewati hari ini tepatnya jam 12.00 wib perbanya akan dibuka, jantungku tidak bisa terkontrol lagi ia trus berdegub kencang, aku trus berharap semoga hasilnya tidak menghianatiku.
Hari yang kunanti-nantikan kini tiba juga aku sangat tegang, berharap semuanya sesuai dengan mimpiku.
"Kamu sudah siapa kita akan membuka perbannya." Ucap dokter irwan.
"Saya sudah tidak sabar dokter," jawabku dengan suara yang gemetaran.
"Baiklah! akan saya buka perbannya semoga semuanya sesuai yang kita inginkan."
Sedikit demi sedikit perbannya terbuka dan kini hanya tinggal kapas yang menempel dimataku, perlahan-lahan dokter irwan melepaskan perbannya .
"Qia coba buka matamu pelan-pelan."
Siuuu...
Cahaya yang sangat silau hingga membuatku sulit membuka mata, aku melihat wajah dan beberapa suster ada di sekelilingku satu demi satu ku pandangi wajah mereka. Laki-laki yang berpakaian putih itu aku yakin ia dokter irwan dan wanita yang serba putih sebagai suster, lalu laki-laki yang berpakaian rapi itu apakah dia Andri?
"Hai! apa kau bisa melihatku?''sambil melambaikan tanganya tepat didepanku.
Tapi mulut ini sangat sulit menjawabnya antar percaya dan tidak aku trus melihat mereka dan mengamati ruangannya.
" Halo Qia? apa kau bisa melihatku? ini saya dokter irwan.'' Ia melambaikan tangannya.
"Dokter! ia aku bisa melihat semuanya,"ucapku.
"Syukurlah operasinya berhasil terima kasih dokter," Ucap laki-laki yang sangat rapi itu suaranya sangat tidak asing ditelingaku .
"Andri kamu pasti andri kan?" Aku memandangnya tanpa berkedip.
"Ia aku Andri, selamat ya sekarang kamu benar-benar sempurna" senyumannya sangat manis.
"Baiklah! selamat nona Qia dengan mata barumu, jika ada kendala jangan segan -segan hubungiku." Ucap sang dokter lalu pergi meninggalkan kami berdua.
"Boleh aku minta Cermin? aku sangat penasaran bagaimana wajahku.''
"Tentu saja! ini cerminnya."
Setelah puluhan tahun yang lalu akhirnya aku bisa juga melihat wajahku, sungguh ini tidak pernah terlintas difikiranku.Sekarang aku tidak berbeda dengan orang-orang siapun tidak akan bisa menyakitiku lagi.
Aku terus meraba wajahku antara percaya dan bermimpi.
''Andri aku tidak tau harus mengatakan apa kepadamu, tapi ini sungguh tidak pernah terlintas fikiranku, terimakasih banyak,'' Air mataku hampir menetes.
''Hei! sekarang kau tidak boleh menangis lagi, harus tersenyum.''
''Maafkan aku? tapi aku benar-benar belum percaya bisa melihat semuanya.''
"Istrahatlah! aku akan urus surat kepulangan mu dulu, tunggu disini jangan kemana-mana,'' Andri langsung keluar.
Sekarang aku sudah bisa melihat semuanya tidak ada lagi yang bisa menghindariku, Aku akan kembali dan menjadi seperti yang kamu inginkan aku akan mencarimu dimanapun kamu gumamku dalam hati.
"Sekarang kita bisa pulang," Andri datang membawa kursi roda tak lupa dengan senyumannya yang sangat indah.
Aku tak bisa berhenti melihatnya rasanya aku belum percaya ada orang berhati malaikat, setiap melihat wajahnya mulutku seperti terkunci rapat.
Ia adalah malaikat tanpa sayap yang di kirimkan untukku .
Akhirnya kami sampai dirumah ia mengantarkan ku ke dalam kamar, aku bingung mau ngomong apa rumah yang sangat mewah kamarnya juga sangat luas.
"Istrahatlah!" ucapnya sambil melangkahkan keluar kearah pintu.
"Andri,Terimakasih!"
"Kamu tidak perlu berterimakasih, ini sudah kewajibanku membantu sesama," sembari menutup pintu.
Aku memejamkan mataku tapi aku takut jika bangun nanti aku tidak bisa melihat semuanya, aku tidak bisa tidur aku tidak ingin kembali kekegelapan itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments