Suara gemercik air ini yang selalu menemani hari-hariku, aku tidak tau ini hari apa dan tanggal berapa. Semuanya terasa sama kegelapan ini membuatku terus sendiri, duduk dipinggir sungai ini, lebih baik bagiku jauh dari ejekan orang.
Namaku Qia umur 23 tahun yatim piatu rambut panjang, kulit putih, tinggi 160 kata orang aku sangat cantik .
Ibuku meninggal diumurku yg ke 12 tahun dan ayah menyusul empat tahun kemudian, aku terlahir normal tapi diusia delapan tahun mengalami sakit yang tak kunjung sembuh dan mengakibatkan kehilangan penglihatanku. Aku ingin sekali melihat tapi apalah daya kini aku hidup sebatangkara digubuk reotku mustahil ada keajaiban.
"QIA.....Qia.......Qia."
Suara itu tidak asing Nenek adalah tetanggaku orang yang sangat baik, setiap hari dia mengantarkan makanan dan mengurusi segala keperluanku. Setelah Ayah dan Ibuku meninggal dialah orang yang merawatku.
" iya Nek ada apa?'' jawabku.
"Apa kamu sudah makan? Nenek bawakan makanan untukmu, pulanglah hari sudah mulai gelap."
Akupun bediri dan bergegas pulang tanganku di tuntun Nenek sampai kerumah, jarak dari sungai kerumah kira-kira 20 meter, Setiap hari aku selalu ke sungai untuk mandi juga mencuci pakaian bahkan terkadang untuk minum karna jarak sumur lumayan jauh dari rumah ku.
Aku sudah terbiasa berjalan sendiri tanpa tongkat ataupun bantuan orang lain, keadaan ini memaksaku untuk bisa mandiri .
Rumah ini adalah peninggalan orang tuaku satu-satunya, rumah panggung dengan anak tangga lima.
krukkkk.........krukkkkkkk......(suara perutku)
Aku membuka bungkus nasi yg di tanganku, selesai makan aku duduk di tangga merasakan dinginnya angin malam.
Dalam keheningan malam rasa rindu ini selalu ada, ibu ayah seandainya kalian ada pasti dunia bisa ku nikmati. Kenangan masa kecil itu yang menemaniku, setiap malam aku bermimpi dan berharap ketika aku bangun aku bisa melihat dunia ini, dan ada dipangkuan ayah dan ibu. Aku sangat kesepian andai saja ada yang mau mendengar keluh kesahku tanpa mengkritik sepatah katapun, pasti hidupku akan lebih berwarna dalam kegelapan ini.
Walau hanya sekilas aku tidak berani bermimpi tentang masa depanku, semuanya akan seperti ini sampai ajal menyemput.
ohhh aku sangat menginginkan kematian itu segera memnghampiri, tanpa bertanya sedikitpun aku sudah mengiklaskannya.
Aku melalui malam-malamku setiap hari seperti ini hingga aku tertidur.
...****************...
"TOK TOK TOK"
Aku terbangun mendengar suara dan ketukan pintu ternyata nenek mengantar makananku.
"Qia, kamu belum bangun ya? ini sudah jam 06.00 wib sudah pagi," ujarnya.
"Baru bangun Nek tadi malam tidak bisa tidur."
"Duduklah sebentar Nenek mau bertanya mana tau kau berkenan," sambil menepuk lantai.
"Ada apa Nek? apa perbuatan Qia ada yg salah?"
"Tidak! Qia tadi malam ada pemuda yang sedang mencari calon istri dari tingkah lakunya ia orang baik. Bagaimana menurutmu?''
"ohw!" Ucapku tanpa berkata apapun.
"Jika ia menyukaimu apa kamu akan senang?'' Tanya Nenek kembali.
"Saya tidak pantas nek! lebih baik ia mencari gadis lain saja.''
"Kamu jangan berkecil hati tetap percaya bahwa semua akan ada masanya, Qia Nenek sudah tua tidak mungkin selamanya aku bisa menjagamu, lalu siapa nanti yang akan merawatmu?'' Kata-kata itu membuat hatiku sakit.
"Sudahlah Nek! aku tidak ingin berharap apapun dalam kehidupan ini..." Aku terdiam.
"Bagaimana jika ia mau menerimamu?''
"Tidak ada laki-laki sempurna yang mau menerima gadis buta nek biarkan itu berlalu, aku mau pergi kesungai," ucapku mengalihkan pembicaraan kami.
Nenek pun langsung pulang mungkin ia sangat kesal mendengar jawabanku.
Selangkah demi selangkah aku berjalan sambil berfikir, apa mungkin ada yang mau menanggung hidupku? jika tidak bagaimana dan siapa nanti yang akan menjagaku?
Lalu jika ia laki-laki sempurna apa yang ia liat dariku? pertanyaan demi pertanyaan itu muncul dibenakku.
Duduk dipinggir sungai dengan derasnya air seakan mewakili rasa bimbang dalam hati dan fikiranku. Di dalam hati mengatakan ia tapi fikiran sebaliknya menolak dan tak ingin berdamai dengan hati.
Perkataan Nenek tadi membuat ku tak bisa memikirkan hal lainnya, aku mencoba menjauhkannya tapi semakin aku berusaha semakin melekat difikiranku.
"Ka Qia! ka...ka..." ia adalah cucuk nenek namanya jannah umur 10 tahun.
"Ada apa jannah?'' jawabku.
"Ka, Nenek memanggilmu kerumah, paman yang tampan itu datang lagi,"ucapnya dengan nada mengejekku.
"Ahhh! kamu bisa aja...''Gumamku.
Kami berjalan perlahan sambil memegang tanganku, ia terus bercerita mengungkapkan isi hatinya, ia begitu senang Andai saja aku tidak pernah besar mungkin aku juga akan seperti jannah Bahagia tanpa beban sedikitpun, dan orang tuaku tetap ada disisiku.
"Nek kami datang, dimana paman tampan itu?'' Ujarnya cekikikan.
"Ia sudah pergi tadi ia sangat buru-buru, duduklah Qia disini," panggil Nenek.
Jannah pun pergi bermain dan meninggalkan ku dengan Nenek .
"Qia tadi Nenek sudah menceritakan tentang kehidupanmu kepadanya, ia tidak masalah dengan segala kekuranganmu dia ingin bertemu secepatnya."
"Hmmmmmmm..."aku hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.
"Laki-laki itu itu sangat baik,Tampan, kulit sawo matang, rambut pendek, tinggi 165cm dan ia sangat sopan." Ucap Nenek.
"Dia begitu sempurna Nek memikirkannya saja aku takut,"ujarku.
''Mungkin dialah orang yang akan membahagiakanmu dan merawatmu setelah kematianku, kau tidak boleh keras kepala dengarkan kata-kataku ini.''
''Akan aku pertimbangkan dulu, aku sangat tidak ingin menjadi beban orang lain.''
''Lalu apa kau bisa mengurus dirimu sendiri setelah aku mati? apa yang akan kau lakukan?''
Aku pergi dengan perasaan yang bercampur aduk air mataku terus mengalir aku sangat membenci diriku sendiri.
Apa salahku sehingga dunia ini menghukumku, wanita buta seperti ku hanya bisa berharap belas kasihan orang lain.
Sesampainya dirumah kata-kata Nenek tadi terus memenuhi fikiranku, aku sangat bimbang apa yang aku harus kulakukan.
Jika aku terima bagaimana nanti akan mengurus rumah tanggaku, tapi klo aku tolak akan menjadi beban seumur hidup untuk Nenek dan setelah itu apa yang akan terjadi?
Aku memejamkan mataku dengan air mata yang membasahi bantalku, berharap semua hanya mimpi belaka.
Qia kau wanita yang kuat, beberapa tahun kau bisa menghadapai masalah sekarangpun kau pasti bisa.
Aku seperti orang gila yang memberikan kekuatan untuk dirinya sendiri, jika tidak orang-orang hanya akan membuat rasa sakit ini semakin dalam.
Bersambung.......
Entah kenapa pagi ini rasanya jantungku dag dig dug, apa yang akan terjadi?
"Qia ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,"itu suara Nenek.
"Iya Nek, ada apa ?''
"Kemarilah! laki-laki yang aku ceritakan ia ingin bertemu."
Rasanya jantungku mau copot antara percaya dan tidak, bagaimana mungkin ia tertarik kepadaku? apa yang harus kukatakan padanya?
"Hai nama ku Zaky kamu Qia, kan?'' Suaranya begitu lembut ia sangat wangi sangat berbanding terbalik denganku.
"Ia, salam kenal Zaky," jawabku dengan suara gemetaran aku sangat gugup.
"Qia, saya datang kesini dengan maksud yang sangat baik jika kamu berkenan, aku sangat ingin menjagamu seumur hidupku," kata-kata yang sangat meyakinkan.
Aku sangat bingung harus menjawab apa, aku hanya bisa terdiam.
"Gimana? kau tidak harus menjawab sekarang fikirkan saja dulu,"ujarnya.
"Bukan maksudku menolak tapi aku tidak pantas, sebaiknya carilah wanita lain yang sempurna yang bisa memenuhi semua keperluanmu.'' Tegasku.
"Saya betul -betul ingin menjagamu dan menerima kekuranganmu!"
"Zaky, saya buta dan tidak bisa apa-apa, saya tidak akan bisa mendampingimu dengan baik.''
"Aku sudah pertimbangkan semuanya dan tidak keberatan sama sekali."
''Bagaimna ini? ia tidak mundur dengan kata-kataku bahkan setelah melihat keadaanku.'' Gumamku dalam hati, selama ini tidak ada satu lelakipun yang mendekatiku.
"Tidak! carilah wanita lain, aku takut nanti kamu akan kecewa jangankan melayanimu, menjaga diriku sendiri pun aku tak bisa, lalu bagaimana denganmu nanti?."
"Qia ini lamaran yang sangat sulit didapatkan, sebaiknya kau terima ia adalah laki-laki yang baik," ujar Nenek
''Jika kau tidak berkenan aku bisa mengerti, maaf Nek aku tidak bisa menunggu lama aku akan mencari yang lain saja.''
"Tunggu! aku siap menika, selama ini Nenek merawatku dengan sangat baik, aku tidak punya alasan menolak permintaannya, aku yakin ini yang terbaik untukku," sebenarnya aku tidak ingin ini terjadi. tapi, disisi lain aku tidak boleh egois dan terus menyusahkan Nenek.
"Kalau begitu aku akan datang kembali besok, aku akan bawa semua perlengkapannya." Jawab Zaky.
Malam ini aku tidak bisa tidur rasanya aku sangat gelisah, aku sangat bingung dengan semua keadaan ini kenapa ini harus terjadi kepadaku.
Besok aku akan menikah dan pergi kerumah suamiku, sungguh sebenarnya aku sangat tidak siap.
...----------------...
Pagi ini aku di jemput Nenek, kami mendatangi masjid yang tidak jauh dari rumah. Mesjid itulah yang akan menjadi saksi Halalnya dua insan.
"Qia, ingatlah pesanku, setelah ini kamu akan menjadi istri maka berbaktilah dan jaga kehormatan suamimu, maafkan aku jika kata-kataku menyakitimu sebenarnya aku juga tidak ingin kau pergi kemana pun, tapi aku tidak bisa menjagamu diumurku ini,"ia memelukku dan menangis.
"Iya Nek... "sambil menganggukan kepalaku air mataku tidak bisa kubendung lagi.
Sampainya disana ijab qobul pun dimulai dengan hikmat. Akhirnya kami sah menjadi suami-istri Ia pun mencium keningku tak terasa air mataku menetes, andai aku bisa menyaksikan pernikahan ini, pernikahan sekali dalam seumur hidupku.
Selesai pernikahan aku langsung dibawah kerumah suamiku, rumah yang sangat besar dan mewah hawanya pun sangat sejuk sangat jauh berbeda dengan gubuk reotku, Zaky menuntun ku masuk ke dalam rumah dan mengantarkan ku kedalam kamar.
"Ini kamarmu, sebaiknya kamu tidak keluar dari kamar tanpa sepengetahuanku ini tempat baru aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu,"ucapnya
"Ia!" Terimakasih ya tuhan engkau berikan aku. suami yang baik gumamku dalam hati
"Tunggu saja disini aku akan segera kembali."
Kamar ini sangat luas dan tempat tidurnya sangat empuk, tapi Sudah hampir satu satu jam Zaky belum juga kembali.
plakkkkkk.......plakkkkkkk.....plakkkkkk.
Itu pasti suara langkah kaki Zaky
"Ini makanan mu, makanlah!"meyodorkan piring kehadapanku.
" Iya, terimakasih Zaky, oh...ya dirumah ini ada siapa saja?" aku bertanya sambil makan.
"Hanya kita berdua tapi pagi hari Bi Ina datang untuk membersihkan rumah sore dia pulang."
Setelah selesai makan kami langsung tidur karna sama-sama kecapean kami tidak sempat bersandau gurau lagi, malam ini semua baik-baik saja sebagaimana layaknya suami istri.
...----------------...
"Pagi bu! ini saya bawa sarapan."
"Siapa ya?"jawabku.
"Saya pembantu rumah tangga bu, panggil saja bi Ina, saya akan melayani segala kebutuhan ibu jika ada yang perlu panggil saja.''
"Dimana Zaky bi?"
"Bapak sudah pergi bu, tadi saya ditelpon bapak untuk segera kesini."
"Kemana bi?"
"Saya kurang tau bu."
"owhhh!" bi Ina langsung pergi aku bangun dan beberes sebisaku, siang dan sore hari bi ina kembali mengantarkan makananku dan meletakkannya dia atas meja.
Melelahkan sekali satu harian di kamar ini terus,
bi ina juga sudah pulang tapi Zaky belum kembali juga padahal hari sudah mulai gelap.
kreeeeekkkkkkkk...
Pintu kamarku terbuka dan mengagetkanku.
"Zaky apa itu kamu?'' Aku sedikit berteriak dan takut itu orang lain.
"Ia saya! aku ingin meriasmu aku tadi membeli baju cepat ganti pakaianamu." Baru kali ini aku memakai baju baru setelah sekian lama, selama ini bajuku hanya bekas pemberian tetangga, aku sangat senang ternyata walau aku buta ia sangat memperhatikanku.
Aku pun bergegas menggantinya baju, ini sangat pendek dan tipis sepertinya ini tidak pantas dipakai .
"Baju ini sangat kecil dan tipis sepertinya salah ukuran." Ujarku sembari berjalan kearahnya.
"Udah pakai saja! aku ingin melihatnya,"
Malam ini kami bersenang-senang dan sangat menikmati sepanjang malam, aku sangat bahagia dan merasa orang yang paling beruntung bahkan tidak ingin malam ini berakhir.
Malam yang sangat bahagia yang pernah ku rasakan dan pagi ini, aku dijadikan seperti ratu rasanya aku ingin tertawa lepas dan berlari-lari.
''Bangun sarapan dulu aku sudah menyiapkannya. '' Zaky begitu romantis pagi-pagi aku terbangun sudah ada makanan, biasanya aku sering kelaparan.
Aku terbangun dengan senyuman indahku dan perasaan yang sangat bahagia, sungguh ini tidak pernah terlintas difikiranku akan mendapatkan cinta seperti ini.
Semuanya terasa indah meski tidak melihat wajahnya, tapi cintaku telah menggebu-gebu kepadanya, rasa yang tak pernah kurasakan kini aku menikmatinya.
Kupeluk Zaky erat-erat aku tidak ingin melepaskan pelukan ini, ingin selamanya seperti ini.
Kring...kring...kring...
Suara telpon berbunyi Zaky langsung mengangkat telpon.
''Qia kita akan kekampungmu, Nenek meninggal.''
Baru saja aku merasa bahagia tapi orang yang selalu menyayangiku mininggalkanku, padahal aku belum sempat menceritakan kebahagianku.
''Cepatlah kita pergi sekarang,'' ucap zaky.
Sesampainya disana semua orang sudah berkumpul untuk menguburkan zenajahnya, ini adalah pertemuan terakhir kami.
Aku sangat terpukul rasanya aku tidak percaya, sungguh sangat cepat semuanya berlalu. Kini semua orang yang menyayangiku pergi meninggalkan ku tinggal Zaky satu-satunya yang ku punya.
Kami pulang kembali kerumah suamiku, sekarang aku tidak punya alasan untuk kembali kekampung lagi, aku menangis hingga menjelang sore aku sungguh tidak percaya.
''Cepat ganti pakaianmu ini sudah jam 07.00 wib tidak ada gunanya menangisi kepergiannya, Nenekmu tidak akan hidup lagi.''
''Jaga mulutmu! jangan katakan itu, seharusnya kau bisa mengerti perasaanku.'' Aku terus menangis.
''Sekarang aku suamimu, kau harus menuruti semua pekataanku,'' ia melemparkan pakaian ke wajahku dan memaksaku memakainya.
''Seharusnya kau tidak menangis seperti ini, lihatlah wajahmu yang indah ini menjadi pucat tersenyumlah,''
Aku tersenyum dengan sangat terpaksa.
"Kamu sangat cantik minumlah obat ini supaya kau bisa tenang, aku tidak ingin kau terus menangis"
"Aku tidak----" belum selesai aku ngomong ia memasukkan pilnya kedalam mulutku.
"Sudah minum saja ini baik untukmu,"dengan nada kesal
Akupun langsung meminumnya, setelah itu Zaky keluar kamar, tak berapa lama ada suara orang masuk kamar .
"Zaky...Zaky...! ada apa kenapa kamu diam saja?" Ia terus mendekatiku tanpa sepatah kata.
"Za-Zaky..."ia membekap mulutku dengan tangannya lalu mencumbuku.
"Sudah kamu diam saja!" Suara dan bau badannya sangat asing aku berontak tapi sia-sia kekuatanku tak sebanding.
Aku sangat tidak nyaman dan takut setelah 1/2 jam, ia pergi begitu saja aku menangis dan merasa bersalah terhadap Zaky.
"Siapa orang yang bersamaku?'' Ujarku dalam hati.
"Kamu mau minum?'' ini baru suara Zaky jelas sangat berbeda dengan laki-laki yang bersamaku, Aku langsung memeluknya dan terus nenangis.
"Zaky aku sangat takut orang yang tadi bersamaku sangat asing," aku terus menangis dipelukannya.
"Itu pemikirannmu saja tidak ada yang berbeda," jawabnya begitu santai.
"Kenapa kamu tadi diam saya pas aku tanya?'' Sungguh aku tidak berani melepaskan pelukanku.
"Sudah nikmati saja tidak usah banyak tanya," ia mendorongku dari tubuhnya.
"Aku sangat takut Zaky."
"Sudahlah jangan pernah tanyakan pertanyaan seperti itu lagi tugas mu disini untuk mematuhi perintahku."
" Ta-tapi?''
"Sudahlah tidak usah kau fikirkan, masih sanggupkan?'' Ia kembali memasukkan pil kedalam mulutku.
"Biar kamu kuat! dan jangan menangis lagi itu tidak baik untukmu," gumamnya.
Ia merapikan pakaian ku kembali dan memperbaiki riasanku, aku hanya bisa diam saja dan air mataku tak berhenti mengalir.
"Sudah diam!" ia membentakku jantungku terasa mau copot ia sangat berbeda.
''Kenapa kau membentakku?''
Ia keluar kamar lalu tak berapa lama ada yang masuk lagi dan mencumbuku, dengan bau badan yang berbeda-beda, dalam satu malam ada empat orang yang keluar masuk kamarku dengan perangai yang berbeda juga.
uhhh rasanya badanku sakit sekali malam ini, aku tidur dengan tubuhku yang sangat kotor aku sudah tak berdaya lagi air matakupun sudah kering.
...****************...
"Pagi Bu!" Suara bi Ina membangunkanku.
"Pagi Bi, apa kawan Zaky ada dirumah ini atau siapa pun?" aku bangun dengan tubuhku yang lunglai.
"Bapak baru saja pergi dan saya lihat dia sendiri, ya ampun wajah Ibu pucat aku akan mengambilkan obat?''
"owh! tidak apa-apa Bi aku baik-baik saja," apa sebenarnya yang terjadi dan siapa laki-laki yang bersamaku? pertanyaan ini trus memenuhi fikirannku pada siapa aku bertanya.
''Istrahatlah Bu kesehatan itu nomor satu.'' Lalu pergi.
Sudah empat hari aku disini dan hanya berada didalam kamar, dan kejadian itu trus berulang setiap malam 2-4 orang silih berganti masuk kedalam kamarku tapi aku tidak bisa berbuat apapun, aku tidak bisa membuktikannya kepada siapapun .
Pagi ini aku coba mengobrol dengan Zaky, aku tidak ingin masalah ini berlarut-larut.
"Zaky...Zaky...Zaky!" aku memanggilnya.
"Ada apa? ''Jawanya dengan sinis.
"Zaky aku sangat ingin bicara, apa kamu ada waktu sebentar?''
"Cepat katakan aku banyak kerjaan," jawanya dengan ketus.
"Sepertinya orang yang bersamaku beberapa hari ini bukan kamu tapi orang lain,"perkataanku membuatnya marah.
"Itu hanya perasaanmu jangan terlalu kamu fikirkan hal-hal yang negatif,"ia mendorongku hingga aku terjatuh.
Belum siapa aku bicara Zaky pun langsung pergi, ya tuhan bagaimana ini? aku sangat yakin itu adalah orang yang berbeda apa sebenarnya yang terjadi?
Siang dan malam silih berganti aku tetap saja berada dikamar ini, setelah menikah sekalipun Zaky belum pernah membawaku kemana pun.
Malam ini Zaky meriasku seperti malam-malam sebelumnya lalu pergi begitu saja.
"Malam ini aku harus tau kebenarannya," gumamku.
Aku berjalan pelan-pelan menuju pintu samar-samar terdengar suara orang yang sedang berbicara, salah satunya suara Zaky lalu siapa laki-laki yang bersamanya.
"Orangnya sangat cantik dan kau pasti puas bersenang-senanglah, yang penting bayarannya sesuai dengan perjanjian."
Itu suara Zaky siapa yang mereka bicarakan.
"Qia namanya, kamu bebas mau berbuat apapun nikmatilah," ketika ia mau masuk aku lebih dulu mambuka pintu.
Barrrkkkkkkkkk........(pintu itu kubanting sekuat-kuatnya)
Duniaku hancur seketika ternyata selama ini aku dijual ke orang yang berbeda-beda, seketika badanku tak berdaya tapi aku harus bisa keluar dari sini.
"Kamu kenapa?" Zaky memegang erat tanganku rasanya sangat sakit.
"Aku mau pulang!" Aku membentaknya.
"Apa masalahmu? kenapa tiba-tiba kau mau pulang?" Jawabnya seperti rasa tidak bersalah.
"Kamu tega menjualku, aku tidak ingin tinggal disini," air mataku terus mengalir.
"Aku tidak menjualmu mereka hanya ingin bersenang-senang denganmu sebentar, sudahlah nikmati saya," benar-benar ia tidak merasa bersalah sedikit pun.
"Tidak aku akan pergi!" aku berlari tapi aku jatuh.
"Bawa dia kekamar kunci pintunya,"mereka menyeretku kekamar.
"plaaakkkkkkkkk......plakkkkkkkkk " Zaky menampar pipiku dan menghajarku seperti binatang, tak ada rasa iba sedikitpun ia trus menyakitiku darah berceceran dimana-mana.
"Jangan berani macam-macam ingat itu," ia mengancamku.
Meski aku berontak sekuat tenaga aku tetap kalah, bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini?
Bersambung..............
"Zaky tolong biarkan aku pergi dari sini ku mohon?"
"Meski kau mengis darah aku tidak akan membiarkan mu pergi, sudah beruntung aku mau menikahimu kalau tidak selamanya kau akan tinggal digubuk reotmu."
"Aku tidak mau dijual ke laki-laki brengsek itu, aku menikah dengan mu karna aku percaya kau bisa melindungiku."
"Mimpi kamu! bagaimana mungkin ada laki-laki normal yang menikahi gadis buta seperti mu, dasar perempuan tidak bersyukur," ia mendorong kepalaku ke sisi tempat tidur.
"Sebelum menikah kau bilang tidak ada masalah, tapi sekarang kenapa jawabanmu berbeda?"
"Aku memang tidak ada masalah sampai saat ini, tapi justru sebaliknya kamu yang tidak menerima keadaanmu."
"Aku mau pergi dari sini!" teriakanku.
"barrrrrrrr.........barrrrrrrrrrr......barrrrrrr." Pas bunga pun mendarat di keningku disertai darah yang mengalir.
Ia menyeretku kekamar mandi lalu menyiramnya sampai semua basah, tangan dan kakinya bergantian menyakitiku tanpa henti, melepaskan semua pakaianku lalu menyeretku keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang.
"Duduk!" ia menarik rambutku sakit sekali rasanya.
"Aku mau pergi dari sini zaky tolong ..."aku memohon.
"Diam aku bilang diam! Atau kau akan kubunuh," bukan simpati tapi ancaman yang kudapat.
"Lebih baik aku mati dari pada harus menjual diriku, bunuh saja aku!"
''Jika itu maumu akan kuturuti akan ku berikan mautmu, wanita buta sepertimu tidak ada gunanya dibiarkan hidup, kau hanya akan menjadi beban orang lain dan akhirnya akan menghancurkan kehidupannya juga.''
''Apa yang kau tunggu habisi saja aku! sudah sejak lama kematian ini kunantikan, aku akan sangat berterimakasih padamu jika kau melakukannya.''
Betul saja ia mencekikku hingga aku tidak berdaya, nafasku sudah hampir habis aku terjatuh dari kursi, ia menginjak perutku dan pergi meninggalkan ku dan tak berdaya.
Pagi hari berikutnya.
Bangun......Bangun.........!
Aku baru sadar ternyata sudah pagi seluruh tubuhku sangat sakit.
"Ini pakai bajumu, aku akan mengantarkamu."
"Kau akan membiarkan ku pergi dari sini, Zaky?''
"Cepatlah sebelum keputusanku berubah," aku pun bergegas memakai pakaianku .
"Aku sudah siap," aku sangat senang akhirnya aku terbebas dari cengkeramannya.
"Cepat masuk kedalam mobil.''
Dalam perjalanan ia hanya diam saja, aku pun tidak sabar ingin secepatnya kembali ke gubuk reotku, walau fasilitasnya jauh berbeda tapi aku lebih bahagia tinggal disana.
Walau Nenek sudah tiada dan sekarang tak ada orang yang peduli, aku lebih baik mati kelaparan dari pada harus menjadi budak.
"Sudah sampai cepat turunlah!"Menarik tanganku keluar.
"Terimakasih Zaky sudah mau mengantarku."
"Biar aku mengantarmu sampai kedalam, ayo pegang tanganku dan jangan banyak bertanya."
''Tidak perlu! walaupun sudah agak lama kutinggalkan, tapi aku tidak akan lupa.''
''Tutup saja mulutmu!''
''Sepertinya kamu salah ini bukan kampungku hawanya sangat berbeda."
"Sudah kamu diam saja, hawanya sudah berbeda kamubkan sudah lama tidak kesini"
"Ia, benar juga dimana rumah ku Zaky?"
"Mbak kunci kamarnya?" ia berbicara dengan wanita.
Tak berapa lama kami berjalan sampai juga ke dalam kamar yang hampir sama dengan kamar yang dirumah Zaky.
"Zaky ini bukan rumahku aku mau pulang saja. "Ucapku.
"Sudahlah kau disini saja dulu, nanti aku akan mengantarmu istrahat dulu aku capek tunggu disini aku lapar"
"Kau tidak menjualku lagi kan?''
"Sudah tenang saja disini, nanti kalau ada yang memanggil namamu bilang ia saja, itu orang yang mengantar makanan."
"Ya..." aku begitu percaya dengan kata-katanya.
15 menit kemudian seseorang masuk kamarku dan memanggil namaku.
''Qia ya...?'' Ucapnya.
"Taruh disini saja makananya,'' aku menunjuk ke arah meja.
"Baik!''
"Jangan lupa tutup pintunya."
"Sudah aku sudah menutupnya" ia memegang tanganku.
"Kau siapa dimana Zaky? Tolong...tolong...'' aku memberontak dan berteriak.
"Aku sudah membayarmu 2x lipat, sekarang kamu jadi milikku mari kita bersenang-senang gadis buta." Ia meraba-raba tubuhku.
"Tolong pak jangan lakukan ini, aku mohon pergilah dari sini," aku berlari dan memukulinya dan berusaha mencari pintu tapi aku gagal.
"Sudahlah kamu tidak bisa keluar dari sini wanita buta, kau harus melayaniku percuma kau menjerit, tidak akan ada yang peduli ini hotel siapapun bebas melakukan apapun."
Ia menjambak rambutku dan mendorongku ketempat tidur.
"Sudah jangan membuatku semakin marah, aku tidak ingin menyakitimu diam dan nikmati saja, dasar munafik jangan khawatir akan ku tinggalkan bonus''
''Ti-tidak lepaskan aku...'' aku memukulinya.
"Dasar wanita buta kamu mau ini kan," ia memukuliku dengan tali pinggangnya, hingga tak berdaya lalu menikmati tubuhku.
Setelah pria itu pergi Zaky memopong tubuhku kembali ke mobil meski sudah setengah mati.
Ia memaksaku minum dan makan dalam keadaan setengah sadar, lalu memasukkan obat melalui suntikan ditanganku.
Kepercayaanku sangat salah aku kira ia akan mengantarkan ku pulang, ternyata ia menjualku dari hotel ke hotel, sampai aku tak ingat lagi berapa banyak laki-laki yang bersamaku aku seperti hilang akal obat demi obat, suntikan demi suntikan dengan segala macam cara ia membuatku kuat.
"Aku harus bisa keluar dari tempat ini, walau seluruh badanku gemetar," rintihku.
''Zaky...zaky..." sepi tidak ada yang menjawab.
Aku meraba-raba mencari pintu dan menemukannya, ketika aku memegang gagang pintunya ada suara langkah kaki yang hendak masuk, jantung sudah hampir copot bagaimana ini aku harus bisa keluar, aku diam di belakang pintu.
Tak berapa lama pintupun terbuka.
"Gadis buta."ia memanggilku.
Aku berjalan pelan keluar dari belakangnya, untung saja pintunya belum tertutup.
"Heyyyyyyy jangan kabur!" ia memegang tanganku, aku mendorongnya ia meringis kesakitan dan terjatuh, kukunci pintu dan pergi meninggalkannya.
"Hei!"
Tapi aku sangat bingung kemana aku harus pergi, aku takut bertemu Zaky meski bingung aku trus berlari setidaknya aku harus berusaha.
"burrrrrrrrrrrrrrr"aku menabrak sesuatu dan mengenai kakiku.
"Permisi bu! biar saya yang membereskannya "suara seorang lelaki.
"Tolong biar saya pergi saya tidak ingin disini lagi? tolong jangan sakiti saya."
"Maaf bu saya tidak mengerti? saya bekerja disini dan tidak akan menyakitimu, apa ada yang bisa saya bantu bu?'' Ujar seorang lelaki.
"Tidak! terimah kasih pintu keluar dimana"
"Lurus aja nanti belok kiri," aku belari tapi jatuh kakiku sangat sakit .
"Biar saya bantu bu! saya tidak ada niat menyakitimu saya ikhlas membantu."
Walau berat hati aku tidak ada pilihan, aku harus menerima bantuannya.
"Tolong ambilkan sesuatu yang bisa menutupi tubuhku, jika ada nanti yang bertanya jawab saja aku temanmu." Aku tegaskan padanya.
"Baiklah bu! tunggu disini sebentar."
Ia menutupi tubuhku dengan kain hingga kaki tak terlihat sedikitpun, selangkah demi selangkah aku berjalan dengan pelan sambil menahan rasa sakit.
"Bu itu pintu keluarnya sudah dekat sebentar lagi kita sampai,"
Akhirnya aku bisa keluar dari sini, Walau tujuanku entah kemana dan tak mengenal siapapun, tapi setidaknya aku lepas dari jeratannya.
''Tungggu!'' Itu suara Zaky.
Nyawaku hampir melayang mendengar suara itu jantungku berdeguk kencang, kakiku lemas bagaimana ini?
Kami pun berhenti ia berdiri tepat dihadapanku.
''Ada apa?''
''Hmmmmmmmmmm''
Bersambung..........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!