The Greatest Emperor
Heru! Ia adalah seorang raja dari sebuah kerajaan kecil bernama Pandora. Pandora memiliki luas sekitar 6.400 kilometer persegi dan terletak di tengah samudera. Selama berabad-abad, Pandora tidak pernah melakukan kontak dengan dunia luar karena letaknya yang sangat jauh dari daratan terdekat. Walaupun demikian, Pandora adalah kerajaan yang sangat makmur dan memiliki teknologi maju.
Heru dikenal rakyatnya sebagai raja yang adil dan bijaksana. Di umurnya yang baru menginjak 21 tahun, ia mampu membawa Pandora menuju zaman keemasan melalui kebijakan-kebijakan yang ia terapkan selama 3 tahun masa kepemimpinannya. Prestasinya bisa dibilang sangat luar biasa, bahkan sanggup disejajarkan dengan raja-raja terbaik di era sebelumnya.
Selain dikenal bijak dan adil, Heru juga dikenal sebagai salah satu raja terkuat sepajang sejarah karena kemampuannya yang tak tertandingi. Ia dianugrahi dengan fisik mumpuni, pikiran jenius, insting tajam, dan bakat luar biasa. Dalam hal kemampuan tempur, ia sanggup One vs Army. Semua pencapaian itu didapat dengan kerja keras. Sehingga, kombinasi bakat dan kerja kerasnya menyatu menjadi sosok yang sangat dikagumi sekaligus ditakuti.
***
Ruang Tahta Kerajaan.
Heru duduk di singgasananya sambil meminum secangkir teh. Tangan kanannya memegang cangkir dan tangan kirinya memegang alas cangkir. Ia duduk di kursi singgasana raja sambil menyilangkan kaki. Kepalanya dihiasi mahkota emas dan bajunya terbuat dari sutra yang dilengkapi jubah berwarna merah berhias benang emas.
"Haah! Bosan!" Heru menghela nafas panjang sembari menikmati segelas teh hangat. "Apa tidak ada sesuatu yang menarik?" imbuhnya.
Saat Heru tengah larut dalam kebosanan, tiba-tiba sahabatnya yang bernama Herald datang ke ruang tahta dengan tergesa-gesa.
"Yang Mulia, saya datang untuk melapor!" Herald datang menghadap Heru sambil membungkuk hormat.
"Ada apa?" Heru menyangga kepalanya dengan tangan kanan sembari memandang Herald dengan ekspresi binggung.
"Ada beberapa orang asing yang datang ke Pandora menggunakan kapal. Saat ini, mereka tengah ditahan di pesisir pantai."
"Ayo ke sana sekarang!" Heru bangun dari singasananya. Jubah merah berhias benang emas menyerumbai seperti tengah tertiup angin, mahkota emas bersinar di bawah pancaran sinar matahari, membuatnya terlihat sangat luar biasa saat sedang berdiri di depan singasana raja.
***
Pesisir pantai.
Heru dan Herald sampai di dekat pantai yang dimaksud. Di sana, Heru melihat ada banyak warga yang tengah berkumpul. Heru datang ke pantai itu ditemani oleh 100 prajurit penjaga raja dan Herald di sampingnya. Rombongan Heru datang ke pantai itu mengunakan mobil mewah.
"Sang raja telah datang!" Seorang prajurit penjaga raja turun dari kendaraan sambil berteriak lantang kepada semua orang yang ada di sana.
"Oh, raja! Wah, itu sang raja! Raja, anda sangat tampan!" Orang-orang di sana histeris saat melihat raja mereka datang ke wilayah pesisir itu. Beberapa dari mereka bahkan sampai bersujud sebagai tanda penghormatan.
Heru pun turun dari kendaraannya. Saat kakinya pertama kali menyentuh tanah, orang-orang di sana tertegun karena melihat keagungannya. Wajah putih bersih berseri di bawah pancaran sinar matahari, baju mewah, mahkota emas, dan jubah berwarna merah berhias kain emas saling berpadu dengan indah, membuatnya terlihat sangat mempesona di mata setiap orang yang memandang.
"Oh, raja! Kyaa!" Para wanita di sana tumbang karena tidak sanggup menahan pesona yang Heru pancarkan.
Heru berjalan dengan pelan namun pasti mendekati orang-orang asing yang tengah dikerumuni penduduk Pandora. Matanya fokus menatap para orang asing itu. Setiap langkahnya terdengar seperti lantunan melodi indah di telinga rakyat Pandora yang ada di sana.
"Jadi kalian orang-orang asing itu?" Heru berdiri tepat di hadapan 12 orang itu sambil melirik tajam ke arah mereka.
"Benar, Yang Mulia." Seorang pria paruh baya mewakili 11 orang lainnya, menjawab pertanyaan Heru sambil menunduk hormat.
"Siapa namamu?"
"Andrew, Yang Mulia."
"Bagaimana caramu bisa sampai ke sini?"
"Kami tidak sengaja bisa sampai ke sini. Beberapa hari yang lalu, kapal kami terkena badai dan terombang-ambing di tengah lautan. Tanpa kami sadari, tiba-tiba kami sampai ke pulau ini."
"Lalu dari mana kalian berasal?"
"Kami berasal dari Benua Neverland."
Selama 21 tahun masa hidupnya, Heru tumbuh dan dibesarkan di kerajaan Pandora tanpa mengetahui apapun tentang dunia luar. Ia selalu diberitahu bahwa dunia luar itu sangat jauh dan hampir mustahil mencapai daratan terdekat. Karena hal itu, ia tidak pernah sekalipun berfikir untuk pergi ke dunia luar karena dirasa mustahil. Tapi, melihat ada orang yang berhasil selamat sampai ke kerajaanya, membuatnya mulai berfikir dua kali.
Heru menatap semua orang asing itu sambil menguntai senyum tipis di wajahnya. Melihat hal itu, Herald hanya bisa menghela napas seolah sudah mengetahui arti dari senyum itu.
***
2 hari kemudian.
Heru menemui adiknya yang bernama Hendra di aula kerajaan.
"Heh, aku?" Adik laki-laki Heru yang bernama Hendra memasang wajah binggung sambil menunjuk wajahnya sendiri dengan jari telunjuk.
"Hah ...." Heru menghela nafas. "Benar, Aku ingin kau mengambil alih tahta raja!" Heru menunjuk-nunjuk Hendra sambil sesekali menyentuh dadanya dengan jari telunjuk.
"Kenapa kau tiba-tiba ingin turun tahta?"
"Aku ingin menjelajah dunia!" Heru mengatakannya dengan wajah berseri-seri seperti seolah muncul cahaya menyilaukan dari wajahnya.
"Heh, apa kau bodoh atau semacamnya? Bagaimana mungkin seorang raja melepaskan tahtanya hanya karena ingin berpetualang!" Hendra menanggapi ucapan kakaknya dengan wajah suram.
"Oh, ayolah adikku yang manis. Aku yakin kau pasti bisa menjadi raja yang lebih baik dariku. Aku tau bahwa ada potensi terpendam dalam dirimu. Ini adalah saat yang tepat untuk memberitahukan kepada seluruh penduduk Pandora bahwa kau memiliki kharisma dan keahlian melebihi kakakmu yang bodoh ini." Heru mencoba membujuk adiknya menggunakan rayuan maut.
"A-Ahem! Begitukah? Baiklah kalau itu yang kau mau." Hendra pun luluh oleh bujukan kakaknya.
"Yosh!" Heru mengepalkan tangan karena berhasil membujuk adiknya untuk mengambil alih tahta raja. Ia sengaja melakukannya karena adiknya selalu menuruti apapun permintaannya saat dipuji.
"Tunggu dulu!" Herald muncul dari balik pintu untuk mencoba menghentikan keputusan bodoh yang Hendra ambil. "Pangeran Hendra, tolong jangan dengarkan bujukan Raja Heru. Ia sedang memperdaya Anda!" Herald berusaha menyadarkan Hendra dari bujuk rayu Heru.
"Tch!" Heru menggerutu karena kesal saat Herald merusak rencananya. "Herald, ini adalah perintah raja. Pergi dari sini sekarang juga!" Heru mengarahkan tangannya ke pintu keluar sebagai tanda meminta Herald keluar dari sana.
"Kali ini, saya tidak akan menuruti perintah Anda!" Herald mengabaikan perintah rajanya dan berjalan mendekati Hendra. "Sadarlah Pangeran Hendra. Anda saat ini tengah diperdaya Raja Heru." Herald bersujud hormat di depan Pangeran Hendra.
"Tapi ...." Hendra berusaha menepis omongan Herald dan tetap berada dalam tipu daya Heru. Pengaruh pujian yang Heru lontarkan masih melekat kuat di pikirannya.
Brak! Suara pintu aula istana dibuka dengan kasar.
"Heru! Apa yang ingin kau lakukan sampai-sampai nekat turun tahta!" Ayah Heru atau yang biasa dikenal sebagai Raja Hidan tiba-tiba memasuki aula.
Raja Hidan adalah ayah Heru sekaligus raja sebelumnya. Raja Hidan turun tahta di umurnya yang menginjak 57 tahun karena ingin segera mewariskan tahta pada putra sulungnya yang dianggap sebagai salah satu calon raja terbaik sepanjang masa. Karena hal itulah, Raja Hidan bersedia turun tahta sebelum ajal menjemput. Tapi, saat ini ia malah mendapati anak sulungnya berniat meninggalkan tahta raja hanya karena ingin berpetualang di dunia luar.
"A-Ayah!" Heru cukup terkejut dengan kedatangan ayahnya. Ia saat ini tidak tau harus berkata apa karena merasa bahwa ayahnya tidak akan memahami perasaanya yang sangat ingin melihat dunia luar.
Sejak masih kecil, Heru selalu penasaran dengan dunia luar. Tapi, lingkungannya tidak pernah sekali pun memberitahu informasi mengenai itu. Selama bertahun-tahun, ia hanya bisa memendam rasa penasarannya dan memilih memikul tanggung jawab sebagai raja di kerajaan Pandora.
Hendra dan Herald pun merasa kasihan saat melihat ekspresi tertekan di wajah Heru. Mereka sebenarnya tidak ingin melarangnya untuk pergi. Tapi, mereka tidak bisa melakukan itu karena Heru punya tanggung jawab besar di kerajaan Pandora. Tanpanya, kerajaan Pandora pasti akan kehilangan sosok pemimpin mereka. Sehingga, Herald dan Hendra harus menekan perasaan pribadi demi kebaikan seluruh kerajaan.
"Kutanya sekali lagi! Apa maksudmu dengan ingin turun tahta?'" Ayahnya menatap Heru dengan tajam.
"Maafkan aku Ayah. Sebenarnya aku ingin sekali melihat dunia luar." Heru tidak sanggup menatap mata ayahnya karena merasa bersalah dengan ucapannya yang tidak bertanggung jawab.
"Heru! Apa kau sadar dengan posisimu saat ini?" Ayahnya menatap Heru sambil sedikit memiringkan kepala. Tatapan itu terasa sangat mengintimidasi.
Heru hanya bisa terdiam mendengar ucapan ayahnya. Ia sadar betul bahwa keputusannya sangat egois. Sebagai seorang raja, ia harus lebih mementingkan kerajaan dan seluruh rakyatnya dari pada perasaan pribadi. Tapi, rasa penasarannya seolah mengalahkan itu semua. Sehingga, ia sampai tidak bisa berfikir jernih layaknya seorang raja.
"Haah ...." Raja Hidan menghela nafas sembari memegangi kepala karena merasa tidak tega melihat wajah putra sulungnya yang terlihat sangat tertekan. "Baiklah, aku akan mengizinkanmu untuk pergi melihat dunia luar!"
"Heh, benarkah?" Heru pun akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap mata sang ayah.
"Tapi, kau hanya punya waktu 2 tahun untuk memuaskan segala rasa penasaranmu! Setelah itu, kau harus kembali menjabat sebagai raja dan menghilangkan seluruh keigintahuanmu tentang dunia luar!" imbuh ayahnya karena tidak bisa melarang anaknya untuk pergi.
"Baiklah, Ayah!" Heru pun menundukkan kepala sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada ayahnya.
"Heh? Kenapa ayah mengizinkannya?" gumam Hendra dalam hati karena merasa heran dengan keputusan ayahnya.
Selama ratusan generasi, kerajaan Pandora telah terisolasi dari dunia luar karena suatu alasan. Dan alasan itu juga terus diturunkan dari generasi ke generasi di keluarga kerajaan sebagai suatu tradisi.
Raja Hidan yang telah mengetahui tentang rahasia itu, lebih memilih menurunkannya kepada putra keduanya karena dirasa bahwa Hendra lebih cocok untuk mengetahui rahasia itu demi terus menjaga tradisi. Raja Hidan tidak menurunkan rahasia itu kepada putra sulungnya yang merupakan raja Pandora saat ini karena telah memahami sifat dan karakter Heru dengan baik. Sehingga, ia merasa bahwa putra sulungnya tidak cocok mengetahui rahasia itu karena beberapa alasan.
***
Ruang kerja Raja Hidan.
"Ayah, kenapa kau mengijinkan Kakak pergi?" Hendra berdiri di depan ayahnya yang sedang sibuk membaca laporan di meja kerja.
"Menurutku, ini adalah saat yang tepat untuk kakakmu mengetahui fakta dunia yang sebenarnya." Raja Hidan melepas kacamatanya dan meletakkan kertas laporan itu sambil mengalihkan pandangannya ke arah Hendra.
"Ayah sudah memikirkannya sejak lama. Suatu saat nanti, kakakmu pasti akan tau tentang rahasia yang telah di turunkan di setiap generasi keluarga kerajaan. Ayah berfikir akan lebih baik jika kakakmu mengetahui fakta itu dengan mata kepalanya sendiri agar tidak salah faham." Raja Hidan berbicara kepada Hendra sambil berdiri di samping jendela besar di sisi ruangan.
"Jadi Ayah berniat membiarkan Kakak mengetahui itu semua dengan cara membiarkannya menjelajah dunia? Tapi, bukankah itu sangat berbahaya!" Hendra berusaha mengorek informasi lebih jauh tentang keputusan ayahnya.
"Tidak ada pilihan lain! Jika kakakmu mengetahui rahasia itu tanpa mengetahui faktanya, maka ia pasti akan memiliki kesimpulan yang keliru. Jadi, ini adalah keputusan terbaik yang bisa ayah ambil." Raja Hidan memandang putra keduanya dengan tatapan hangat sambil membayangkan wajah Heru.
Hendra pun akhirnya sedikit memahami keputusan ayahnya karena ia telah mengetahui rahasia yang di maksud.
"Lalu, bagaimana dengan para orang asing itu?" tanya Hendra.
"Kita tidak bisa membiarkan informasi tentang Pandora tersebar ke seluruh dunia."
"Baik, Ayah."
***
Keesokan harinya, Mantan Raja Hidan memanggil 10 prajurit terkuat kerajaan untuk datang ke aula istana. Ke-10 prajurit itu dikenal sebagai 10 pilar kerajaan. Kekuatan masing-masing dari mereka bisa disetarakan dengan ratusan atau bahkan ribuan prajurit kelas atas.
Mereka adalah Hans Lord of Pain, Andi The Shadow Lord, Alvin The Mighty, Barel All Rounded, Indra The Mist Lord, Gary The Killer, Selena The Savior, Luci Lord of Poison, Vian The Giant Killer, dan Jacob Lord of Despair
"Aku memanggil kalian semua untuk mengawal Heru!" ucap Mantan Raja Hidan.
"Mengawal Raja Heru? Apa Anda bercanda, Yang Mulia?" sahut Vian The Giant Killer.
"Mungkin terdengar aneh. Tapi aku ingin kalian tetap melakukannya."
"Memangnya kenapa Anda meminta kami mengawal Raja Heru?" sahut Selena The Savior.
"Aku tidak ingin Heru mengacau saat sedang berada di daratan lain."
"??!!"
Semua orang di sana terkejut mendengar ucapan Manta Raja mereka. Bagaimana tidak, sejauh yang mereka tau, Heru sangat cerdas dan penuh perhitungan, walaupun kadang bertindak bodoh. Mereka merasa mustahil Heru akan mengacau di daratan lain.
"Lalu, apa yang harus kami lakukan?" tanya Hans Lord of Pain.
"Pastikan agar informasi tentang kerajaan tidak tersebar." Mantan Raja Hidan menatap tajam ke-10 prajurit.
"Jadi, Anda meminta kami untuk melenyapkan semua orang yang mengetahui informasi tentang kerajaan? Lalu bagaimana dengan orang-orang itu?" tanya Jacob Lord of Despair.
"Lenyapkan mereka saat sampai ke tempat tujuan," jawab Mantan Raja Hidan.
"Baik, Yang Mulia," jawab ke-10 prajurit itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Adjie Husna Mas Oyen
baru hadir baru tahu jadi dowlod ini. hanya kok beda ya dengan di sebalah
2023-11-07
1
Jimmy Avolution
Hadir...
2022-05-06
1
Aindra Official ™
Namanya MC pribumi banget,,,
nama Rudi lebih cocok jadi pengusaha atau pedagang ketimbang pendekar dengan latar fantasi ...
2022-04-17
2