Vol 1. Bab 2 - Menyelamatkan Wanita yang Disiksa

Sudah 3 hari sejak kami berangkat dari desa Alpen menuju kota Albon.

Saat ini, kami tengah beristirahat di sebuah hutan belantara.

"Rudi, jangan biarkan dia lolos!" teriak Akito sambil berlarian menggiring ayam hutan menuju ke arahku.

Aku melebarkan tangan dan kaki untuk bersiap menangkap ayam hutan yang mengarah padaku.

Plok!

Aku berhasil menangkap ayam hutan itu. Kemudian mengangkatnya sambil mengatakan, "Yeah, ayam bakar!"

"Yeah!" Akito juga ikut senang karenanya.

Kami melompat kegirangan karena berhasil menangkap ayam hutan.

Kami berencana memasak ayam itu untuk makan malam.

"Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari, akhirnya kita bisa makan enak!" kataku sambil mengepalkan kedua tanganya sembari menghadap langit.

"Oh, Tuhan ... terimakasih!" Akito meniru poseku sembari berlinang air mata.

Aku bertugas mengumpulkan kayu bakar. Sedangkan Akito bertugas meracik bumbu.

Setelah selesai mempersiapkan semuanya, kami mulai membakar ayam itu. Kemudian memakannya saat ayam itu telah matang.

Kami makan dengan lahap seperti orang yang belum makan selama berhari-hari. Setelah kenyang menyantap ayam bakar, kami berdua langsung beristirahat.

4 hari telah berlalu sejak kami berangkat dari desa Alpen.

Seharusnya, hanya tersisa 1 atau 2 hari lagi untuk sampai di kota Albon. Akan tetapi, di tengah perjalanan, aku mendengar suara wanita yang sedang menjerit kesakitan.

Aku pun melihat sekeliling untuk memastikan hal tersebut. Tapi, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.

Saat ini, aku tengah berada di hutan belantara. Jadi, aku tidak boleh lengah dan harus selalu waspada. Karena ancaman bisa datang kapan saja dan dari mana saja.

"Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Akito yang tampak sedikit cemas dan bingung.

"Entahlah ... aku mendengar suara yang mencurigakan," jawabku sambil melihat sekitar.

Aku berusaha melupakan jeritan itu dan kembali melanjutkan perjalanan. Tapi, tidak lama berselang, jeritan yang sama kembali terdengar.

Tanpa aba-aba, aku langsung berlari sekuat tenaga menuju arah jeritan tersebut.

"Hoi, Rudi!"

Akito cukup kaget saat melihat Rudi yang tiba-tiba berlari kencang ke suatu tempat. Melihat hal itu, Akito ikut berlari mengikuti Rudi dari belakang.

Aku akhirnya sampai di sebuah bangunan terbengkalai di tengah hutan.

Bangunan itu tampak seperti gudang yang tidak digunakan untuk waktu yang sangat lama. Banyak rumput-rumput liar yang menjalar di setiap sisi bagunan itu.

Aku kemudian mengintip ke dalam bangunan melalui lubang kecil yang berada di salah satu sisi bagunan itu.

Setelah melihat ke dalam bangunan itu, ekspresiku seketika berubah. Mataku mulai menyipit dan urat di kepalaku mulai menojol, itu adalah sebuah ekspresi kemarahan.

Aku langsung menghancurkan tembok di depanku untuk membuka jalan.

Akito cukup kaget karena melihat sahabatnya yang tiba-tiba memghancurkan tembok bangunan itu.

"Hoi, apa yang se ...." Akito ingin menayakan alasan kenapa Rudi tiba-tiba bertingkah aneh. Tapi, setelah melihat ke dalam bangunan itu, ia mengurungkan niatnya.

Kemarahan mereka memuncak setelah melihat seorang wanita yang sedang disiksa oleh 2 perempuan dan 6 laki-laki.

Wanita itu mengeluarkan banyak darah dari kepalanya karena terus disiksa oleh beberapa orang.

Tubuh wanita itu tel*nj*ng bulat, mulutnya disumbat kain, dan air matanya mengalir deras dari kedua kelopak matanya.

Wanita itu menatap Rudi dan Akito dengan tatapan tersirat, seolah sedang meminta untuk diselamatkan.

Tanpa pikir panjang, aku pun melesat dengan kecepatan tinggi ke arah salah satu pelaku untuk menghancurkan lengan pelaku itu.

Kratak! (Suara tulang hancur).

Pelaku itu terdiam sesaat karena syok. Ia baru menyadari bahwa lengannya telah hancur setelah beberapa saat kemudian.

"Argh!" Pelaku itu menjerit sangat keras karena rasa sakit akibat tangannya yang patah.

Aku kemudian mengendong wanita yang telah disiksa menjauh dari sana.

Setelah dilihat dari dekat, tubuh wanita itu sangat menggoda. Eh bukan, maksudnya, tubuh wanita itu penuh dengan luka lebam akibat dipukuli. Kulitnya tampak membiru. Dan di beberapa bagian, tampak bekas luka sayatan benda tajam.

Aku pun melepas bajuku untuk menutupi tubuh wanita yang sedang tel*nj*ng bulat tersebut.

"Akito, tolong jaga dia sebentar."

Aku kemudian melangkah maju dengan ekspresi marah. Sedangkan, Akito duduk di dekat wanita itu untuk menjaganya.

7 orang yang ada di hadapanku mulai bersiap memasang kuda-kuda bertarung.

3 orang pelaku kemudian mulai menyerangku dari 3 sisi berbeda.

Aku bisa menghindari serangan ketiga pelaku itu dengan sangat mudah.

Kratak! Kratak! Kratak! (Suara tulang hancur).

Aku memukul kaki dan tangan ketiga pelaku itu hingga membuat tulang mereka hancur.

"Argh!"

Ketiga pelaku itu menjerit kesakitan.

"To-tolong ... tolong ampuni Kami."

Sedangkan 4 sisanya, mulai memohon ampun sambil gemetar ketakutan.

Mereka berusaha melarikan diri dari tempat itu. Akan tetapi, aku tidak membiarkan satu pelaku pun lolos dari sana.

Dengan kecepatan secepat kilat, aku melesat ke arah keempat pelaku yang tersisa, dan menghancurkan lengan dan kaki mereka.

"Argh!"

Suara jerit kesakitan terdengar dari 8 pelaku itu.

"Kenapa kau melakukan ini kepada kami?" tanya salah satu pelaku yang tanganya hancur.

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kalian menyiksa wanita itu dengan kejam?" tanyaku sembari memberikan tatapan tajam.

"Kami hanya diperintah untuk menyiksanya," jawab lirih pelaku itu lagi.

Aku pun tidak memperdulikan semua ocehan para pelaku itu setelah mendengar jawaba mereka.

Aku kemudian meninggalkan para pelaku itu dan berjalan mendekat ke arah Akito.

"Akito ... apa aku sudah keterlaluan?" tanyaku dengan nada lirih.

"Jika kau tidak melakukanya, maka aku yang akan melakukanya. Jadi, jangan merasa bersalah, Sobat. Mereka memang layak dihukum," jawab Akito.

Itu bukan pertama kalinya aku melukai manusia. Tapi, untuk pertama kalinya, aku merasakan perasaan bersalah yang amat besar.

"Tolong bunuh saja aku," ucap wanita yang sudah kuselamatkan, dengan air mata tak terbendung memohon untuk segera dibunuh.

"Apa maksudmu?" Aku menanggapi ucapan wanita itu dengan perasaan bingung.

"Saat ini, kau sudah baik-baik saja. Jadi, tenanglah," imbuhku yang berusaha menenangkan wanita itu.

Wanita itu masih terus menangis. Kemudian berkata, "Aku tidak punya siapa pun. Hal seperti ini pasti akan terjadi lagi. Aku sudah tidak mau disiksa terus menerus. Jadi, kumohon ... bunuh saja aku."

Dengan peradaan marah, aku mengatakan, "Jika kau ingin mati, maka bunuh dirimu sendiri! Kenapa kau memintaku melakukanya?"

"Aku tidak berani melakukanya," jawab wanita itu sembari menundukkan kepala dan berlinang air mata.

"Itu berarti kau masih ingin hidup. Jadi, berhenti berfikir konyol dan lanjutkan hidupmu dengan baik!" Aku menanggapi ucapan wanita itu dengan perasaan kesal.

Aku pun memberikan semua sisa uang yang kumiliki dan mengantar wanita itu ke desa terdekat.

Sesampainya di desa terdekat, wanita itu menundukkan kepalanya untuk berterima kasih.

Aku dan Akito kemudian kembali melanjutkan perjalanan kami ke kota Albon.

Setelah melewati perjalanan panjang selama 8 hari, kami berdua akhirnya sampai di kota Albon.

Perjalanan kami harus molor karena banyak hal tak terduga di sepanjang perjalanan.

Sesampainya di kota Albon, kami berdua sangat terkejut saat pertama kali melihat kota Albon yang begitu luar biasa.

Banyak bangunan megah berjejer rapi sejauh mata memandang. Orang-orang di sana juga terlihat berpakaian rapi dan mahal. Mereka semua terlihat asik berlalu lalang di tengah kota.

"Fouyoo ... kota ini benar-benar luar biasa."

"Kota ini jauh lebih baik dari dugaanku."

Kami benar benar terpukai dengan keindahan kota Albon.

"Oi, Akito. Apa kau tau di mana markas kelompok Foxie?" tanyaku sambil berjalan menelusuri kota.

"Hmm ... entahlah," jawab Akito yang berjalan di sampingku.

"Heh? Jadi kau tidak tau? Lalu kenapa kau menargetkan mereka kalau tidak tau di mana markasnya?"

"Kenapa kau malah menyalahkanku? Bukankah kau juga setuju dengan ideku?"

"Haah ... lupakan saja. Kalau begitu, ayo cari di mana markas mereka."

"Seharusnya tidak sulit mencarinya."

Itulah yang dikatakan Akito. Tapi, setelah 3 jam mencari, mereka tidak kunjung menemukan markas kelompok yang mereka cari.

"Di mana sebenarnya mereka bersembunyi?" Aku mulai putus asa karena tidak kunjung mendapat petunjuk sama sekali.

"Haah ...." Akito hanya bisa menghela nafas.

"Oi, Akito! Cepat tanya seseorang! Kalau begini terus, kita tidak akan menemukan markas mereka."

"Kau saja yang bertanya! Kenapa malah menyuruhku?"

"Bukankah ini idemu, hah?"

"Itu memang ideku! Tapi, kau juga setuju, kan?"

Kami berdua akhirnya terlibat perkelahian kecil di tengah kota. Akibat perkelahian itu, orang-orang di sekitar mulai memperhatikan kami.

"Apa yang mereka lakukan?"

"Mama, ada orang aneh!"

"Jangan dilihat, Sayang." Sambil menutup mata anaknya.

Karena banyak orang yang mulai memperhatikan, kami berdua langsung menghentikan perkelahian dan pergi dari sana agar tidak semakin malu.

Kami kembali melanjutkan pencarian sambil terus mengerutu.

"Gara-gara ulahmu, kita dianggap orang aneh."

"Itu ulahmu sendiri!"

"Apa katamu, hah?"

"Ngajak ribut lagi, hah?"

Kami berdua saling beradu kepala.

"Cih ...."

Kami menggerutu di saat yang sama dengan gerakan yang sama pula (gerakan memalingkan wajah).

Kami melanjutkan pencarian dan berjalan menelusuri kota sambil mengalihkan pandangan satu sama lain.

Setelah 5 jam mencari, kami akhirnya menyerah dan memutuskan untuk bertanya pada warga sekitar.

"Permisi, apa kau tau di mana markas kelompok Foxie?" tanyaku kepada seorang gadis cantik yang kutemui.

"Markas kelompok Foxie? Maaf, aku tidak tau," jawab gadis itu.

Kami terus bertanya kepada setiap orang yang kami temui. Dari 30 orang yang kami tanya, semuanya mengatakan jawaban yang sama, yaitu tidak tau.

"Kenapa tidak ada satu pun yang tau di mana markas kelompok Foxie? Oi, Akito! Apa kau tidak salah informasi? Jangan-jangan, kelompok yang kita cari tidak ada di kota ini?"

"Hmm ... entahlah. Jika diingat-ingat lagi, berita tentang kelompok Foxie diedarkan sekitar 10 hari yang lalu. Mungkin saja, mereka sudah pergi dari kota ini."

"Apa! Kau benar-benar membuatku marah! Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"

"Apa boleh buat? Foxie adalah satu-satunya kelompok terdekat yang kuketahui. Kau tau sendiri, kan? Kalau desa kita sangat minim informasi?"

"Aku tau itu! Tapi, kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Kita sudah jauh-jauh ke sini tapi tidak mendapat apapun! Kalau begini, kita mau makan apa? Kita bahkan tidak punya uang sepeser pun untuk sekedar membeli minum!"

"Setidaknya, kita bisa mencari kelompok yang lebih kecil untuk mendapat uang."

"Jangan bercanda!"

Karena tidak kunjung menemukan markas Foxie, kami pun memutuskan untuk menargetkan kelompok-kelompok kecil yang ada di kota Albon.

Tapi sebelum itu, kami harus menundanya sementara waktu karena kelehan setelah perjalanan panjang dan seharian mencari markas kelompok Foxie ke sana ke mari.

Kami pun mulai berkeliling ke setiap sudut kota untuk mencari penginapan termurah. Akan tetapi, tidak ada satu pun penginapan yang bisa kami sewa karena harga penginapan termurah berkisar 100 gale per malam. Sedangkan, uang yang kami miliki hanya tersisa 50 gale saja.

Dengan perasaan terpaksa, kami harus mencari bangunan tak terpakai untuk beristirahat. Karena jika tidak, kami harus tidur di pinggir jalan.

"Kita harus tidur di sini?" tanyaku yang tengah berdiri di depan bangunan kumuh tak berpenghuni di pinggiran kota Albon.

"Mau bagaimana lagi ... kau memberikan semua uang kita kepada wanita yang tidak dikenal. Jadi, kita tidak punya cukup uang untuk tidur di penginapan," jawab Akito dengan wajah pasrah.

Mereka harus tinggal sementara di sebuah bangunan terbengkalai karena tidak punya cukup uang untuk menyewa penginapan.

Atap bangunan itu sudah hancur, dindingnya mulai keropos, dan lantainya tampak sangat kotor.

"Kenapa harus begini!"

Aku berteriak keras karena kesal. Sedangkan Akito hanya memasang wajah pasrah sembari menghela nafas.

Terpopuler

Comments

Franco Holic

Franco Holic

asik kak novelnya , tapi masih ada beberapa penulisan yang mungkin keliru, karena diawal kakak menulis pake sudut pandang orang pertama, di bab ini ada beberapa penulisan menggunakan sudut pandang ketiga.. semangat!!!!

2022-05-06

1

lihat semua
Episodes
1 Vol 1. Bab 1 - Awal dari Segalanya
2 Vol 1. Bab 2 - Menyelamatkan Wanita yang Disiksa
3 Vol 1. Bab 3 - Perebutan Kekuasaan di Berlin, Ibukota Roland
4 Vol 1. Bab 4 - Berburu di Hutan Barat
5 Vol 1. Bab 5 - Iblis Es
6 Vol 1. Bab 6 - Kombinasi Memukau
7 Vol 1. Bab 7 - Hanya Pemenang yang Dikenang
8 Vol 1. Bab 8 - Melebihi Titik Beku
9 Vol 1. Bab 9 - Pertarungan di Pusat Kota
10 Vol 1. Bab 10 - Hanya Boleh Ada Satu Pemenang
11 Vol 1. Bab 11 - Lukisan Darah
12 Vol 1. Bab 12 - Monster
13 Vol 1. Bab 13 - Akito Bergabung Dalam Pesta
14 Vol 1. Bab 14 - Final Battle Dimulai
15 Vol 1. Bab 15 - Akhir dari Pertempuran Panjang
16 Vol 1. Bab 16 - Winner Take All
17 Vol 1. Bab 17 - Buta Huruf
18 Vol 1. Bab 18 - Simbiosis Mutualisme
19 Vol 1. Bab 19 - Jalan-Jalan
20 Vol 1. Bab 20 - Si Kaya dan Si Miskin
21 Vol 1. Bab 21 - Force
22 Vol 1. Bab 22 - Latih Tanding
23 Vol 1. Bab 23 - Menuju Pelelangan
24 Vol 1. Bab 24 - Kasino
25 Vol 1. Bab 25 - Pertemuan Dua Sahabat Lama
26 Vol 1. Bab 26 - Mimpi
27 Vol 1. Bab 27 - Rudi Melawan Julius
28 Vol 1. Bab 28 - Tekat Berkobar
29 Vol 1. Bab 29 - Impian dan Harapan
30 Vol 1. Bab 30 - Yuta Bergabung Dalam Kelompok
31 Vol 1. Bab 31 - Aura
32 Vol 1. Bab 32 - Menghabiskan Waktu di Ibukota Neverland
33 Vol 2. Bab 33 - Pelelangan Dimulai
34 Vol 2. Bab 34 - Lukisan Grade Bintang 5 Karya Adam
35 Vol 2. Bab 35 - Target Besar
36 Vol 2. Bab 36 - Abad Kehancuran (Revisi)
37 Vol 2. Bab 37 - Perburuan Besar Dimulai
38 Vol 2. Bab 38 - Bawahan Kelompok Nero
39 Vol 2. Bab 39 - Pria Misterius
40 Vol 2. Bab 40 - Kekacauan yang Tidak Diharapkan
41 Vol 2. Bab 41 - Mendapat Umpan Besar
42 Vol 2. Bab 42 - Menyusun Ulang Strategi
43 Vol 2. Bab 43 - Tenang Sebelum Badai
44 Vol 2. Bab 44 - Pertempuran Dimulai
45 Vol 2. Bab 45 - 10 Liter Untuk 10 Putaran
46 Vol 2. Bab 46 - Andre dan Anggotanya Melawan Morgan
47 Vol 2. Bab 47 - Kedatangan Pria Misterius
48 Vol 2. Bab 48 - Akito Melawan Morgan
49 Vol 2. Bab 49 - Kematian Morgan
50 Vol 2. Bab 50 - Dunia yang Kejam
51 Vol 2. Bab 51 - Solo vs Army
52 Vol 2. Bab 52 - Mode Penghancur
53 Vol 2. Bab 53 - Pembantaian
54 Vol 2. Bab 54 - Adam dan Misterinya
55 Vol 2. Bab 55 - Boing-Boing dan Wow
56 Vol 2. Bab 56 - Final Battle Melawan Kelompok Nero Dimulai
57 Vol 2. Bab 57 - Pertarungan Antar Individu
58 Vol 2. Bab 58 - Kageyama dan Julius
59 Vol 2. Bab 59 - Yuta dan Akito
60 Vol 2. Bab 60 - Alvin dan Dian
61 Vol 2. Bab 61 - Kehebohan Besar
62 Vol 2. Bab 62 - Predator Puncak
63 Vol 2. Bab 63 - Panggung Akbar
64 Vol 2. Bab 64 - Burn of Life
65 Vol 2. Bab 65 - Bertemu dengan Diri Sendiri
66 Vol 2. Bab 66 - Rudi Melawan Seluruh Anggotanya
67 Vol 2. Bab 67 - Pelarian
68 Vol 2. Bab 68 - Dia
69 Vol 2. Bab 69 - Bangsawan Elit Global
70 Vol 2. Bab 70 - Takdir
71 Vol 3. Bab 71 - Gua Misterius
72 Vol 3. Bab 72 - Pencuri
73 Vol 3. Bab 73 - Berangkat Menuju Benua Tengah
74 Vol 3. Bab 74 - Ayah dan Anak
75 Vol 3. Bab 75 - Dihajar Habis-Habisan
76 Vol 3. Bab 76 - Mengatur Jadwal Pertandingan di Arena
77 Vol 3. Bab 77 - Persiapan Sebelum Bertanding Di Arena
78 Vol 3. Bab 78 - Pembukaan
79 Vol 3. Bab 79 - Terlalu Kuat
80 Vol 3. Bab 80 - Menjadi Bintang
81 Vol 3. Bab 81 - Emosi Memuncak
82 Vol 3. Bab 82 - Pembantaian Warga Desa
83 Vol 3. Bab 83 - Awal dari Kegilaan Besar
84 Vol 3. Bab 84 - Lempar Batu Sembunyi Tangan
85 Vol 3. Bab 85 - Aliansi
86 Vol 3. Bab 86 - Persiapan Sebelum Perang
87 Vol 3. Bab 87 - Rahasia Para Elit Global
88 Vol 3. Bab 88 - Pertempuran Segera Dimulai
89 Vol 3. Bab 89 - Perang Besar di Benua Timur Dimulai
90 Vol 3. Bab 90 - Para Pimimpin Mulai Turun ke Medan Perang
91 PENGUMUMAN
92 Vol 3. Bab 91 - Pertempuran Kedua Belah Pihak
93 Vol 3. Bab 92 - Top 1 Persen Elit Dunia
94 Vol 3. Bab 93 - Melawan Mode Terkuat
95 Vol 3. Bab 94 - Ice of Devide Dimension
96 Vol 3. Bab 95 - Aura Raja
97 Vol 3. Bab 96 - Kejanggalan
98 Vol 3. Bab 97 - Dampak Perang
99 Vol 3. Bab 98 - Kematian Kedua Orang Tua
100 Vol 3. Bab 99 - Gadis Pujaan
101 Vol 3. Bab 100 - Akito dan Firli
102 Vol 3. Bab 101 - Kebencian yang Mengakar
103 Vol 3. Bab 102 - Nafas Terakhir
104 Vol 3. Bab 103 - Bertemu Dengan Sosok Misterius
105 Vol 3. Bab 104 - Kasih Sayang Melebihi Batas
106 Vol 3. Bab 105 - Sorot Mata Penuh Harapan
107 Vol 3. Bab 106 - Kedewasaan Dalam Berfikir
108 Vol 3. Bab 107 - Kabur
109 Vol 3. Bab 108 - Memulai Penyerangan Pada Kelompok Incaran
110 Vol 3. Bab 109 - Balas Dendam
111 Vol 3. Bab 110 - Buah dari Kesabaran dan Keteguhan
112 Vol 3. Bab 111 - Kejutan Besar
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Vol 1. Bab 1 - Awal dari Segalanya
2
Vol 1. Bab 2 - Menyelamatkan Wanita yang Disiksa
3
Vol 1. Bab 3 - Perebutan Kekuasaan di Berlin, Ibukota Roland
4
Vol 1. Bab 4 - Berburu di Hutan Barat
5
Vol 1. Bab 5 - Iblis Es
6
Vol 1. Bab 6 - Kombinasi Memukau
7
Vol 1. Bab 7 - Hanya Pemenang yang Dikenang
8
Vol 1. Bab 8 - Melebihi Titik Beku
9
Vol 1. Bab 9 - Pertarungan di Pusat Kota
10
Vol 1. Bab 10 - Hanya Boleh Ada Satu Pemenang
11
Vol 1. Bab 11 - Lukisan Darah
12
Vol 1. Bab 12 - Monster
13
Vol 1. Bab 13 - Akito Bergabung Dalam Pesta
14
Vol 1. Bab 14 - Final Battle Dimulai
15
Vol 1. Bab 15 - Akhir dari Pertempuran Panjang
16
Vol 1. Bab 16 - Winner Take All
17
Vol 1. Bab 17 - Buta Huruf
18
Vol 1. Bab 18 - Simbiosis Mutualisme
19
Vol 1. Bab 19 - Jalan-Jalan
20
Vol 1. Bab 20 - Si Kaya dan Si Miskin
21
Vol 1. Bab 21 - Force
22
Vol 1. Bab 22 - Latih Tanding
23
Vol 1. Bab 23 - Menuju Pelelangan
24
Vol 1. Bab 24 - Kasino
25
Vol 1. Bab 25 - Pertemuan Dua Sahabat Lama
26
Vol 1. Bab 26 - Mimpi
27
Vol 1. Bab 27 - Rudi Melawan Julius
28
Vol 1. Bab 28 - Tekat Berkobar
29
Vol 1. Bab 29 - Impian dan Harapan
30
Vol 1. Bab 30 - Yuta Bergabung Dalam Kelompok
31
Vol 1. Bab 31 - Aura
32
Vol 1. Bab 32 - Menghabiskan Waktu di Ibukota Neverland
33
Vol 2. Bab 33 - Pelelangan Dimulai
34
Vol 2. Bab 34 - Lukisan Grade Bintang 5 Karya Adam
35
Vol 2. Bab 35 - Target Besar
36
Vol 2. Bab 36 - Abad Kehancuran (Revisi)
37
Vol 2. Bab 37 - Perburuan Besar Dimulai
38
Vol 2. Bab 38 - Bawahan Kelompok Nero
39
Vol 2. Bab 39 - Pria Misterius
40
Vol 2. Bab 40 - Kekacauan yang Tidak Diharapkan
41
Vol 2. Bab 41 - Mendapat Umpan Besar
42
Vol 2. Bab 42 - Menyusun Ulang Strategi
43
Vol 2. Bab 43 - Tenang Sebelum Badai
44
Vol 2. Bab 44 - Pertempuran Dimulai
45
Vol 2. Bab 45 - 10 Liter Untuk 10 Putaran
46
Vol 2. Bab 46 - Andre dan Anggotanya Melawan Morgan
47
Vol 2. Bab 47 - Kedatangan Pria Misterius
48
Vol 2. Bab 48 - Akito Melawan Morgan
49
Vol 2. Bab 49 - Kematian Morgan
50
Vol 2. Bab 50 - Dunia yang Kejam
51
Vol 2. Bab 51 - Solo vs Army
52
Vol 2. Bab 52 - Mode Penghancur
53
Vol 2. Bab 53 - Pembantaian
54
Vol 2. Bab 54 - Adam dan Misterinya
55
Vol 2. Bab 55 - Boing-Boing dan Wow
56
Vol 2. Bab 56 - Final Battle Melawan Kelompok Nero Dimulai
57
Vol 2. Bab 57 - Pertarungan Antar Individu
58
Vol 2. Bab 58 - Kageyama dan Julius
59
Vol 2. Bab 59 - Yuta dan Akito
60
Vol 2. Bab 60 - Alvin dan Dian
61
Vol 2. Bab 61 - Kehebohan Besar
62
Vol 2. Bab 62 - Predator Puncak
63
Vol 2. Bab 63 - Panggung Akbar
64
Vol 2. Bab 64 - Burn of Life
65
Vol 2. Bab 65 - Bertemu dengan Diri Sendiri
66
Vol 2. Bab 66 - Rudi Melawan Seluruh Anggotanya
67
Vol 2. Bab 67 - Pelarian
68
Vol 2. Bab 68 - Dia
69
Vol 2. Bab 69 - Bangsawan Elit Global
70
Vol 2. Bab 70 - Takdir
71
Vol 3. Bab 71 - Gua Misterius
72
Vol 3. Bab 72 - Pencuri
73
Vol 3. Bab 73 - Berangkat Menuju Benua Tengah
74
Vol 3. Bab 74 - Ayah dan Anak
75
Vol 3. Bab 75 - Dihajar Habis-Habisan
76
Vol 3. Bab 76 - Mengatur Jadwal Pertandingan di Arena
77
Vol 3. Bab 77 - Persiapan Sebelum Bertanding Di Arena
78
Vol 3. Bab 78 - Pembukaan
79
Vol 3. Bab 79 - Terlalu Kuat
80
Vol 3. Bab 80 - Menjadi Bintang
81
Vol 3. Bab 81 - Emosi Memuncak
82
Vol 3. Bab 82 - Pembantaian Warga Desa
83
Vol 3. Bab 83 - Awal dari Kegilaan Besar
84
Vol 3. Bab 84 - Lempar Batu Sembunyi Tangan
85
Vol 3. Bab 85 - Aliansi
86
Vol 3. Bab 86 - Persiapan Sebelum Perang
87
Vol 3. Bab 87 - Rahasia Para Elit Global
88
Vol 3. Bab 88 - Pertempuran Segera Dimulai
89
Vol 3. Bab 89 - Perang Besar di Benua Timur Dimulai
90
Vol 3. Bab 90 - Para Pimimpin Mulai Turun ke Medan Perang
91
PENGUMUMAN
92
Vol 3. Bab 91 - Pertempuran Kedua Belah Pihak
93
Vol 3. Bab 92 - Top 1 Persen Elit Dunia
94
Vol 3. Bab 93 - Melawan Mode Terkuat
95
Vol 3. Bab 94 - Ice of Devide Dimension
96
Vol 3. Bab 95 - Aura Raja
97
Vol 3. Bab 96 - Kejanggalan
98
Vol 3. Bab 97 - Dampak Perang
99
Vol 3. Bab 98 - Kematian Kedua Orang Tua
100
Vol 3. Bab 99 - Gadis Pujaan
101
Vol 3. Bab 100 - Akito dan Firli
102
Vol 3. Bab 101 - Kebencian yang Mengakar
103
Vol 3. Bab 102 - Nafas Terakhir
104
Vol 3. Bab 103 - Bertemu Dengan Sosok Misterius
105
Vol 3. Bab 104 - Kasih Sayang Melebihi Batas
106
Vol 3. Bab 105 - Sorot Mata Penuh Harapan
107
Vol 3. Bab 106 - Kedewasaan Dalam Berfikir
108
Vol 3. Bab 107 - Kabur
109
Vol 3. Bab 108 - Memulai Penyerangan Pada Kelompok Incaran
110
Vol 3. Bab 109 - Balas Dendam
111
Vol 3. Bab 110 - Buah dari Kesabaran dan Keteguhan
112
Vol 3. Bab 111 - Kejutan Besar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!