Di salah satu sudut kota, kelompok Picky Men sedang gempar karena mereka diserang secara tiba-tiba.
"Kelompok kita diserang, Bos!" ucap salah satu bawahan kelompok Picky Men.
"Siapa yang menyerang kita? Borm Head, Minor, atau Six Yoru?" tanya sang pemimpin kelompok Picky Men.
Pemimpin kelompok Picky Men sangat terkejut saat mendengar kelompoknya diserang tiba-tiba.
"Bukan! Yang menyerang kita hanya dua orang!" jawab si bawahan.
"Heh?" Pemimpin kelompok Picky Men kebingungan mendengar ucapan bawahannya.
"Dari mana dua orang itu berasal? Apa mereka dari kelompok kuat? Tidak mungkin. Aku tidak pernah berurusan dengan kelompok kuat manapun." Pemimpin kelompok Picky Men berusaha berfikir untuk mengatasi hal itu.
Duar!
"Argh! Tolong!"
Kekacauan di luar ruangan terdengar jelas dari tempat pemimpin kelompok Picky Men berada.
"Apa yang harus kita lakukan, Bos?" tanya si bawahan.
"Diamlah! Aku sedang berfikir!" bentak sang pemimpin.
"Baik, Bos!" sahut si bawahan.
Kekacauan semakin parah. Sedangkan pemimpin kelompok Picky Men hanya bisa terdiam mendengar semua kekacauan itu. Karena ia tidak tau harus berbuat apa.
Tidak lama berselang, orang yang telah meratakan kelompok Picky Men akhirnya sampai di ruangan tempat sang pemimpin kelompok itu berada.
"Apa kau pemimpinnya?" tanya orang yang sudah meratakan sebagian markas kelompok itu.
Ternyata, orang yang sudah meratakan kelompok Picky Men hanyalah bocah berumur 18 tahun.
"Siapa kau? Kenapa kau melakukan ini?" tanya sang pemimpin kelompok sambil menodongkan pedang kepada bocah itu.
"Aku? Oh, maafkan aku. Namaku Rudi. Aku adalah orang yang akan melampaui para Kaisar. Aku datang ke sini untuk mengalahkan kalian!"
"Melampaui para Kaisar? Hahahaha! Jangan membuatku tertawa! Bagaimana mungkin bocah sepertimu sanggup melakukan itu? Apa kau tidak tau seberapa menakutkannya orang-orang yang saat ini duduk di singgasana Kaisar? Mereka yang berada di tahta Kaisar bahkan tidak sanggup mengalahkan satu sama lain! Bagaimana bocah sepertimu sanggup bersaing dengan mereka?" ejek sang pemimpin kelompok Picky Men.
Frezee!
Seluruh ruangan itu langsung membeku seketika.
Itu adalah kemampuan spesial yang Rudi miliki, kemampuan membekukan segalanya.
"Aku tidak perduli sekuat apapun mereka. Aku pasti akan melakukannya!" kataku sambil berjalan menjauh.
Dengan tubuh dan nafas dingin, Rudi pergi meninggalkan tubuh sang pemimpin kelompok Picky Men yang telah berubah menjadi patung es begitu saja.
"Apa kau sudah selesai?" tanya Akito yang sudah selesai membereskan para keroco.
"Ya, ayo ke kelompok selanjutnya," jawabku dengan wajah serius.
Aku pun berjalan meninggalkan markas kelompok Picky men dengan santai sambil sesekali menggerakan jariku.
Gelar kaisar adalah sesuatu yang sangat diimpikan setiap orang. Hanya yang terkuat dari yang terkuat, penguasa dari segala penguasa, raja dari segala raja yang akan diakui sebagai seorang Kaisar.
Rudi bukan mengincar gelar Kaisar, tapi melampauinya. Mencapai titik tertinggi di mana tidak ada seorang pun yang layak disejajarkan dengannya.
Hari itu, aku dan Akito berhasil menumbangkan 4 kelompok kecil yang kami temui di kota Albon.
.
.
Keesokan harinya, aku dan Akito sedang berada di sebuah penginapan di pinggiran kota Albon.
"Oi, Akito. Kelompok mana lagi yang harus kita tantang? Sangat membosankan jika harus melawan kelompok-kelompok lemah. Lagi pula, uang yang kita dapat juga tidak seberapa," kataku sambil memakan camilan.
Dari penyerangan 4 kelompok sebelumnya, kami hanya mendapatkan 600 gale. Itu adalah jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan usahanya.
Sebagai perbandingan, harga seporsi makanan standar di suatu kota berkisar 5 - 10 gale.
"Aku tidak tau harus menantang kelompok mana lagi. Bagaimana kalau kita taklukkan kota ini? Kita bisa mendapat banyak uang dari sana," ucap Akito.
"Itu ide menarik ... apa kau ingin aku bilang begitu? Jangan bodoh! Menaklukkan kota sama saja dengan mendeklarasikan perang!" bentakku.
"Ya, ya ... Aku hanya bercanda," balas Akito.
"Kita harus segera pergi ke kota yang lebih besar untuk menemukan lawan yang lebih menantang. Oi, bagaimana kalau kita menantang All Stars?" tanyaku.
"Haaahahahahahaha! Ide bagus ... jika kau ingin mati cepat," jawab Akito.
"Haaaah! Aku benar-benar tidak tau harus menantang kelompok mana lagi." Aku benar-benar frustasi karena keterbatasan informasi yang kumiliki.
"Yah, kita masih punya 500 gale. Setidaknya, itu cukup untuk beberapa hari ke depan. Jadi, ayo sedikit bersantai sambil memikirkan langkah selanjutnya. Prioritas kita adalah mencari anggota dan membangun kelompok kuat. Setelah itu, waktunya untuk megincar para Kaisar," ucap Akito.
Karena dirasa tidak ada kelompok yang menarik, kami berdua mulai pergi meninggalkan kota Albon. Tujuan kami berikutnya adalah kota Berlin, Ibukota Negara Roland.
Berlin adalah Ibukota Negara Roland. Berbeda dengan Albon, Berlin memiliki wilayah yang jauh lebih luas dan maju. Orang-orang yang tinggal di sana didominasi kaum kelas atas, atau sering disebut sebagai kaum bangsawan.
Perjalanan dari Albon ke Berlin memakan waktu sekitar 1 hari dengan menggunakan bus antar kota. Tapi, karena tidak mau mengeluarkan banyak uang, mereka lebih memilih untuk berlari, hitung-hitung sebagai latihan.
Saat perjalanan menuju Berlin, mereka menyempatkan untuk beristirahat di sebuah rumah makan yang berada di desa sekitaran Berlin.
"Huah ... makanan di sini benar-benar nikmat." Aku merasa sangat puas dengan rasa makanan di sana.
"Aku setuju denganmu." Begitu pula dengan Akito.
Saat kami sedang asik makan, kami tidak sengaja mendengar pembicaraan beberapa orang di meja sebelah.
"Hei, apa kau sudah dengar? Katanya kelompok Hendri berhasil mengalahkan kelompok Ciel."
"Ya, kudengar mereka sekarang menjadi kelompok paling berpengaruh di ibukota."
"Lalu, bagaimana dengan kelompok Gary? Bukankah mereka masih memegang pengaruh yang lebih besar?"
"Jangan bodoh! Karena kejatuhan kelompok Ciel, kelompok Hendri sekarang memegang kekuasaan yang lebih besar dari pada kelompok Gary."
"Kupikir, kejatuhan kelompok Ciel benar-benar membawa perbedaan besar di peta kekuasaan ketiganya."
"Ya, setelah bertahun-tahun ketiganya berkuasa di ibukota, akhirnya keseimbangan itu mulai goyah."
"Lalu, apa yang akan dilakukan kelompok Gary? Jika mereka membiarkan kelompok Hendri begitu saja, bisa-bisa mereka juga akan dijatuhkan."
"Hmm ... mungkin mereka sengaja diam."
"Jika mereka sengaja diam, bukankah itu sangat merugikan?
"Apa kau lupa soal jendral besar yang baru? Kudengar, kemampuannya benar-benar tidak bisa diremehkan. Mungkin saja, kelompok Gary tidak terlalu agresif karena tidak ingin terlalu menarik perhatian pihak militer."
"Yah, bisa jadi begitu. Menurut informasi yang kudengar, jendral besar yang baru telah menangkap banyak kelompok kuat di seluruh negeri."
"Apa jendral besar yang baru benar-benar sekuat itu?"
"Banyak yang mengatakan kalau dia ada di Top 1 Persen Elit Dunia."
"Benarkah? Bukankah itu sangat luar biasa?"
"Haaahahahahahaha! Aku benar-benar tidak sabar menunggu apa yang akan terjadi ke depannya."
Setelah mendengar obrolan sekumpulan orang di meja sebelah, aki dan Akito mulai menguntai senyum tipis.
"Oi, Apa kau dengar itu?" tanyaku pada Akito.
"Ya, sepertinya ibukota adalah medan tempur yang menarik," jawab Akito.
"Apa jadinya kalau tiba-tiba ada kelompok yang tidak dikenal bisa menjatuhkan kelompok-kelompok itu?" tanyaku dengan senyum tipis.
"Haaahahahahahaha! Mungkin orang-orang akan terkejut setengah mati," jawab Akito.
"Haaahahahahahaha! Aku juga berfikir begitu. Ayo kita kejutkan orang-orang dengan debut kelompok kita," ucapku.
"Bukankah kita sudah debut di Albon?" tanya Akito.
"Jangan bodoh! Albon tidak dihitung," jawabku jengkel.
Rudi dan Akito telah menentukan tujuan mereka. Mereka ingin ikut dalam perang yang memperebutkan peta kekuasaan di Ibukota Negara Roland untuk menunjukkan kemampuan kelompok mereka pada dunia.
Puas beristirahat, mereka pun mulai melanjutkan perjalanan ke Berlin, Ibukota Negara Roland.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments